Sebelum membahas bagaimana cara budidaya wortel pada lahan kering, pertama-tama harus memahami pengertian dan berbagai permasalahan yang biasa terjadi pada lahan kering di Indonesia. Menurut Dariah et al (2004) lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebgagian besar waktu dalam kurun setahun, ataupun sepanjang tahun. Biasanya lahan kering di Indonesia banyak dimanfaatkan oleh petani sebagai lahan untuk penanaman tanaman pangan, pemanfaatan lahan kering ini mulai dari yang topografinya datar ataupun juga ada yang miring. Kebanyakan lahan kering di Indonesia ini terletak di dataran rendah dengan ketinggian <700 mdpl serta dataran tinggi antara 700 sampai 2500 mdpl (Santoso, 2003). Dalam pemanfaatan suatu lahan baik lahan kering maupun lahan basah, pasti ada permasalahan yang dihadapi oleh petani, guna membudidayakan suatu komoditas yang akan ditanam. Data mengenai lahan kering yang ada di Indonesia pernah dianalisis oleh Mulyani dan Sarwani (2013), yang dibedakan berdasarkan karakteristik dan penciri masing masing. Lahan kering dibedakan menjadi dua, yakni lahan kering masam dan lahan kering iklim kering. Adapun luas lahan kering masam jauh lebih luas dibanding lahan kering iklim kering, tercatat seluas 108.775.830 hektar sangat jauh jika dibandingkan dengan lahan kering iklim kering yang hanya seluas 13.272.094 hektar, hampir sepersepuluh luasnya.
Adapun permasalahan atau kendala yang terjadi pada lahan kering masam dan iklim kering adalah sebagai berikut: (1) Lahan kering masam, sesuai dengan namanya lahan ini mempunyai tanah yang bereaksi masam dengan pH <5, kadar alumunium tinggi, tekstur liat dan curah hujan >2000 mm per tahun (Subagyo et al., 2000). Secara umum dapat disimpulkan bahwa lahan kering masam ini merupakan lahan yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah, maka perlunya pengolahan secara intensif atau input yang cukup tinggi untuk memperbaiki hingga produktivitassnya tinggi. (2) Lahan kering iklim kering, lahan ini berbeda dengan lahan kering masam, lahan ini memiliki pH tanah cenderung netral, selain itu curah hujan <2000 mm per tahun, dengan bulan kering >7 bulan (Balitklimat, 2003). Walapun secara umum kondisi kesuburan lahan ini lebih baik dibandingkan lahan kering masam, namun permasalahan utama adalah pada kondisi sumberdaya air yang terbatas dan curah hujan yang rendah.
Budidaya Tanaman Wortel
Wortel yang mempunyai nama latin Daucus carota L merupakan tanaman sayuran umbi yang biasa dikonsumsi manusia serta mengandung berbagai manfaat. Wortel adalah tanaman khas dataran tinggi, dengan ketinggian sekitar 1.200-1.500 mdpl, suhu optimal untuk pertumbuhan sekitar 22-24°C dengan kelembaban dan sinar matahari yang cukup. Sedangkan persyaratan tanah banyak mengandung humus, tata udara dan tata airnya baik (tidak menggenang) dan tumbuh baik pada pH tanah 5,5-6,5. Keunggulan tanaman ini adalah dapat ditanam sepanjang tahun pada musim hujan atau kemarau (Mulyahati, 2005).
Teknik budidaya wortel secara umum sama dengan Teknik budidaya tanaman lainnya, meliputi persiapan atau pengolahan lahan, penanaman, perawatan tanaman dan terakhir adalah pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Persiapan atau pengolahan lahan. Tujuan utama dari persiapan lahan ini adalah menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman wortel. Langkah awal adalah membersihkan sisa tanaman dari penanaman periode sebelumnya, biasanya untuk mengoptimalkan kandungan organik pada tanah aplikasi yang tepat adalah tanaman sisa dibiarkan atau dibusukkan lalu dibajak sampai tekstur tanah menjadi halus atau gembur. Selanjutnya adalah membuat bedengan (guludan) menggunakan cangkul yang bertujuan untuk membuat aliran air atau parit-parit sehingga air tidak akan tergenang pada lahan, pengolahan lainnya, sesuai dengan kendala pada karakteristik lahan kering masam, yang mana adalah kondisi mayoritas lahan di Indonesia yakni memiliki pH tanah yang masam <5, maka supaya wortel dapat tumbuh optimal pada pH yang sesuai dapat dilakukan dengan pengaplikasian kapur pada lahan tersebut.
Penanaman, pada proses penanaman dilakukan dalam baris tunggal maupun ganda, idealnya jarak tanam pada wortel adalah sekitar 10-12 cm, dengan kedalaman tanam 2-20 cm. Selanjutnya adalah perawatan tanaman. Perawatan tanaman ini meliputi pemupukan, penyiraman, penjarangan, pembumbunan dan penyiangan. Pemupukan biasanya dilakukan dengan dosis N sebesar 75-150 kg/ha, P sebesar 50-100 kg/ha dan unsur K sebesar 50-200 kg/ha atau biasanya menggunakan pupuk kandang dengan jumlah 15-20 ton/ha, pemupukan dilakukan dengan cara disebarkan pada permukaan bedengan. Penyiraman, proses perawatan ini dilakukan secara rutin 1 sampai 2 kali sehari dipagi atau sore hari dengan menggunakan alat bantuan siram, menggunakan gembor atau irigasi berupa sprinkler. Penjarangan, penjarangan adalah penyeleksian atau pencabutan tanaman yang tidak tumbuh dengan baik maupun yang sudah kering, biasanya penjarangan dilakukan pada 1 bulan setelah tanam. Selanjutnya adalah pembumbunan, pembumbunan dilakukan dengan tujuan memperbaiki aerasi tanah selain itu juga memperlancar drainase tanah, menghindari adanya genangan air. Penyiangan, penyiangan adalah kegiatan untuk menghilangkan rumput-rumput liar atau gulma yang berada disekitaran tanaman wortel yang ditanam, penyiangan dilakukan biasanya dengan menggunakan alat bantu berupa cangkul.
Pengendalian OPT pada Tanaman Wortel
Adapun pembahasan tentang hama dan penyakit pada tanaman wortel sebagai berikut, (1) Hama, yang biasanya menyerang tanaman wortel adalah ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn), ciri-ciri ulat tanah ini adalah berwarna coklat sampai hitam, Panjang sekitar 4 cm. Ulat tanah ini biasanya menyerang bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman yang masih berumur muda, akibat serangannya tanaman akan layu atau terkulai terutama pada bagian yang diserang.
Selain ulat tanah, ada beberapa hama lain yang menyerang tanaman wortel seperti kutu daun (Aphid, Aphis spp.), hama ini hidup secara berkelompok, biasanya di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menjadi keriting atau abnormal, kutu daun bersifat polifag yang berarti hama yang dapat menyerang berbagai jenis tanaman, intensitas serangan paling parah adalah saat musim kemarau.
Hama selanjutnya yang menyerang tanaman wortel adalah lalat (Psila rosae). Hama ini sering merusak tanaman wortel dengan memasukkan larvanya dngan dara melubanginya. Selain hama ada penyakit yang sering kali dijumpai pada tanaman wortel, yakni bercak daun cercospora yang diakibatkan oleh jamur Cercospora carotae (pass.) solheim. Jika tanaman wortel terkena penyakit ini, daunnya akan timbul bercak cokelat tua atau terdapat warna putih di pinggiran bercak tersebut. Penyakit lain yang juga menyerang tanaman wortel ini adalah Busuk Alternaria, penyebab dari penyakit ini adalah Cendawan Alternaria dauci khun. Gejala yang timbul akibat serangan penyakit ini adalah timbul bercak pada daun atau bintik kecil berwarna coklat tua hingga kehitaman, serta membuat layu dan mengering.
Cara Pengendalian
- Pengendalian secara manual, pengendalian ini biasanya menggunakan alat bantu atau menggunakan tangan sendiri untuk memburu hama pada tanaman, misal pada hama ulat tanah, pengendalian manual dapat dilaksanakan dengan menangkap hama dengan tangan pada pagi atau siang hari dan dimatikan saat itu juga.
- Untuk mengatasi penyakit Bercak daun dan Busuk Alternaria yang menyerang tanaman wortel yakni dengan cara disinfeksi benih menggunakan larutan fungisida dengan kandungan tembaga klorida 1/ml selama 5 menit
- Jebakan, pengendalian dengan metode jebakan bisa menggunakan yellow sticky trap untuk menjerat serangga terbang, warna kuning merupakan warna yang dapat menarik perhatian serangga, maka serangga akan menempel dan terjerat karena ada lapisan lem, selain itu ada Pitfall, jebakan ini hanya ampuh untuk menjebak serangga yang biasa ada di permukaan tanah.
- Pemanfaatan musuh alami, yakni menambah keragaman hayati di lahan yang ditanami wortel, dengan ditanami tanaman pagar, misal crotalaria, krokot, dll.
- Pergiliran tanan dengan tanaman yang bukan sefamili dengan wortel, cara ini dapat meminimalisir serangan penyakit yang sering menyerang tanaman wortel
- Pembuatan biopestisida, yakni memanfaatkan beberapa tumbuhan yang mengandung bahan aktif insektisida, untuk kemudian diproses dan dijadikan cairan, diantaranya bandotan, tagetes, mengkudu, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Cahyono, B. 2002. Wortel:Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan degradasi lahan kering di Indonesia. Dalam U. Kurnia, A. Rachman, dan A. Dariah (Ed.). Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Mulyani, A. dan M. Sarwani. 2013. Karakteristik dan Potensi Lahan Sub Optimal untuk Pengembangan Pertanian di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan No. 2 tahun 2013. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Mulyahati, A. 2005. Saluran tataniaga wortel di kawasan Agropolitan Cianjur. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Santoso D. 2003. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Subagyo, H., Suharta & A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah Pertanian di Indonesia, dalam Sumberdaya lahan di Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Jakarta.
Penulis : Pramana Jati P
Editor : Shanti Ruri P