Iduladha Menjelang, antara Tugas Menghadang dan Rindu Pulang

Hari raya Iduladha yang tinggal sesaat lagi membuat suasana hati diliputi perasaan campur aduk. Merayakan hari istimewa ini tentu saja lebih menyenangkan apabila dihabiskan bersama orang-orang tersayang. Namun, bagi para mahasiswa yang merantau, momen ini justru menjadi dilema tak berujung. Pasalnya, kala waktu semakin dekat menuju hari raya, kehidupan kampus tidak kalah cepat mendorong mahasiswa berlari menghadapi agenda yang begitu padat.

Antrean panjang dari tugas yang minta diselesaikan dan kegiatan UAP (Ujian Akhir Praktikum) yang masih harus dipenuhi beserta jadwal UAS (Ujian Akhir Semester) yang sudah diputuskan membuat kebimbangan untuk harus merayakan hari raya bersama keluarga atau menetap di perantauan karena jadwal yang terlampau padat.

Iduladha atau yang biasa disebut Hari Raya Kurban, bukan hanya tentang ritual keagamaan. Lebih dari itu, Iduladha menjadi salah satu momen kebersamaan dengan keluarga yang sangat dinantikan semua orang. Bagi para perantau, memiliki satu hari untuk merayakan hari raya, saling berbagi cerita, dan  bercengkerama dengan orang-orang yang dirindukan sambil menyantap rendang sapi memberikan kehangatan dan kedamaian tersendiri. Suasana ramai dan hangat yang datang dari menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang, membuat mahasiswa yang merantau tidak bisa membendung rasa rindu. Atmosfer sepi yang sering kali dirasakan menjadikan mahasiswa yang merantau mulai haus akan kebersamaan.

Namun, kenyataan hidup terkadang menghadang angan-angan manis itu dengan sederet tanggung jawab yang tak bisa diabaikan. Sebagai mahasiswa, tuntutan perkuliahan seperti tugas dan ujian atau bahkan kegiatan non akademik seperti agenda organisasi dan kepanitiaan menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa perantau untuk bisa kembali ke kampung halaman dan merayakan Iduladha bersama keluarga dan sanak saudara.

Hari raya Iduladha yang hampir di depan mata menjadi dilema bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa pertanian yang masih dihantui dengan UAP dan UAS yang masih belum mencapai kata selesai. Hal ini menjadikan keputusan untuk tetap tinggal atau pulang ke kampung halaman bukanlah hal yang mudah, karena keduanya memiliki alasan tersendiri. Bagi sebagian mahasiswa, keputusan ini menyangkut pada kerinduan dengan keluarga dan kehidupan akademik mereka. Meskipun demikian, kenyataannya adalah dalam situasi tertentu, mahasiswa seakan tidak memiliki pilihan lain. Mereka perlu mengkompromikan kebutuhan emosional dengan tanggung jawab akademiknya.

UAP menjadi salah satu kewajiban yang harus dipenuhi setiap mahasiswa sebagai bentuk pemenuhan nilai pada mata kuliah tertentu. UAP lazim dilaksanakan pada akhir semester dengan jadwal yang sangat berdekatan dengan UAS. Jadwal UAP dan UAS yang sangat berdekatan ini cenderung membuat fokus mahasiswa terpecah belah terlebih lagi terdapat jeda libur hari raya.

Salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian mengungkapkan bahwa tidak bisa merayakan hari raya Iduladha bersama keluarga dikarenakan kampung halaman yang cukup jauh dan tidak cukup waktu untuk bisa menikmati liburan tersebut. Selain jadwal akademik yang padat dan tugas masih harus dipenuhi, beberapa mahasiswa juga mengungkapkan bahwa tidak bisa menikmati libur hari raya karena kegiatan organisasi dan kepanitiaan yang diikuti. Namun, kegiatan non akademik yang diikuti merupakan pilihan yang sudah disertai dengan komitmen sehingga mahasiswa yang memutuskan harus bertanggung jawab dengan tugas yang telah diamanahkan.

Disamping itu, tidak sedikit mahasiswa yang masih memiliki waktu untuk pulang ke kampung halaman karena jarak kampung halamannya yang masih terhitung dekat. Hal ini tentunya menjadi sebuah keuntungan tersendiri dan menimbulkan rasa iri kepada mahasiswa yang harus menikmati hari raya Iduladha di perantauan. Namun, perasaan iri yang dirasakan masih bisa diatasi dengan cara menikmati waktu lebaran bersama teman-teman di perantauan.

Merayakan hari raya di perantauan tentunya akan menjadi hal baru bagi mahasiswa yang mungkin pertama kali menjadi anak rantau. Merasakan suasana salat berjamaah di lapangan rektorat lalu bercengkerama sembari menikmati hidangan khas hari raya Iduladha bersama teman seperantauan menjadi hal baru yang berkesan. Berkomunikasi dengan keluarga di kampung halaman melalui video call juga dapat dilakukan untuk mengobati kerinduan meskipun jarak memisahkan.

Saat merayakan Iduladha di kampung halaman, rasanya menjadi momen yang sangat istimewa bagi kita. Tetapi akan sedikit berbeda ketika kita merayakannya di perantauan. Tentu perasaan bahagia itu terasa tidak utuh dan ada perasaan rindu dengan keluarga. Untuk mengalihkan semua perasaan itu, salah satunya yang bisa kita lakukan adalah dengan berbagi kebaikan pada orang-orang di sekitar. Seperti dengan membuat hidangan khas Hari Raya Iduladha dan membagikannya ke orang-orang yang membutuhkan, tentu akan membuat perasaan kita lebih bahagia dan begitu juga mereka yang mendapatkannya. Kegiatan ini juga bisa melatih rasa empati terhadap sesama dan tentu saja menjadi berkah bagi orang lain.

Oleh karena itu, baik tumpukan deadline tugas, jadwal UAP dan UAS yang padat tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa perantauan untuk tetap bisa menikmati libur hari raya Iduladha semestinya. Walaupun rendang dan gulai di rumah meronta-ronta untuk disantap, apa daya kewajiban yang sudah menjadi komitmen di awal perjalanan tidak bisa ditinggal barang sekejap. Sebagai mahasiswa tentunya tanggung jawab akademik maupun non akademik yang sudah diputuskan di awal perjalanan tetap harus dijalankan dengan sepenuh hati. Rindu rumah itu sudah pasti, tetapi deadline tugas tidak bisa ditunda lagi.

 

Penulis: Cahyani dan Talitha Danish

Editor: Danendra Reza

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com