Site icon Persmacanopy.com

Kasus Pencurian di Masjid FP UB Terus Berulang, Pengawasan Dinilai Lemah

Malang (14/10/2025) – Kasus pencurian di Masjid Nurul Falah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya kembali terjadi. Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya dua hingga tiga mahasiswa kehilangan barang pribadi saat melaksanakan salat, mulai dari ponsel hingga dompet. Ironisnya, setiap kasus selalu berakhir tanpa titik terang karena rekaman CCTV yang dianggap gagal membantu penelusuran. Ini membuat pelaku tak pernah teridentifikasi dan kasus serupa terus berulang.

Kasus pencurian kerap kali terjadi di Masjid Nurul Falah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Kejadian terbaru dialami oleh seorang mahasiswi agroekoteknologi bernama Velly, yang kehilangan ponselnya pada Jumat, 3 Oktober 2025, usai melaksanakan salat maghrib. “HP-nya aku taruh di samping tas, tapi setelah salat, ternyata sudah hilang,” tutur Velly.

Ia menjelaskan bahwa kejadian berlangsung sekitar pukul 18.30, saat kondisi masjid mulai sepi. “Sebenarnya di situ ada CCTV, tapi karena sudah magrib, petugas yang pegang rekamannya sudah pulang. Kami udah coba cari ke satpam di GS (Gedung Sentral) dan sekitar fakultas, tapi enggak bisa dilacak karena di kantor HPT (Hama dan Penyakit Tumbuhan) petugasnya sudah enggak ada,” tambahnya.

Kasus serupa sebelumnya juga dialami oleh Syifa, mahasiswi FP yang kehilangan ponsel dan dompet di bulan Ramadan tahun ini. Ia sudah mencoba menelusuri lewat rekaman CCTV, namun hasilnya nihil. “Waktu aku cek, katanya CCTV-nya cuma bisa tampil real-time, enggak nyimpen rekaman. Padahal aku langsung lapor hari itu juga,” ungkapnya.

Tak berhenti di situ, Syifa bahkan sempat melapor ke UB Care sebagai bentuk tindak lanjut dari kejadian tersebut. Namun, laporan tersebut tidak mendapat pencerahan. “Aku lapor ke UB Care karena udah dua kali kehilangan, tapi tanggapannya cuma janji bakal diteruskan ke fakultas. Nyatanya sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” katanya.

Pak Faldy Alifianto, selaku Laboran di HPT yang mengelola rekaman CCTV juga mengaku sering mendapatkan laporan terkait kehilangan barang di masjid FP. “Pokoknya pas maba baru ini sudah ada laporan antara dua atau tiga kasus kalau enggak salah. Kalau sama tahun sebelumnya ya banyak,” ujarnya.

Beliau juga menceritakan salah satu kronologi pencurian di masjid. “Kalau dulu itu pernah kasusnya yang cowok. Jadi, dia naruh tasnya di belakang. Terus pas waktu salat salat berjamaah ada bapak-bapak yang masuk. Itu dia langsung pakai tasnya, langsung ditutupi sama jaketnya dia. Ya enggak ketahuan, toh”.

Menanggapi kasus Syifa, Pak Faldy juga mengungkapkan bahwa CCTV di masjid memang kerap kali bermasalah.  “Pada saat dia kehilangan itu posisinya pas lagi error CCTV-nya. Jadi, enggak ngerecord gitu loh. Kadang kalau di sini kan tegangan ini kurang stabil. Jadi itu yang membuat kadang error. Terus, pernah pas waktu hujan besar sama petir, itu-nya kebakar. Makanya sekarang kemampuan juga agak menurun. Awalnya yang mampu rekam sepuluh hari. Sekarang itu karena rusak dan lain sebagainya, cuma mampu tiga hari saja,” ungkapnya.

Bahkan fakta lapangannya, CCTV di masjid terhubung langsung dengan sistem di HPT, bukan di bawah pengawasan langsung pihak fakultas. “Dulu saja, ini dananya swadaya kok, punyanya HPT sendiri. Lagi baru-baru ini kan FP punya CCTV… yang di parkiran misalnya. Kalau HPT ini sudah dari 2016 atau 2017 sudah pasang”, ujar Pak Faldy.

Ia menambahkan bahwa CCTV hanya dipasang di sisi belakang, sehingga area perempuan tidak terpantau jelas. “Kalau kita CCTV-nya dari belakang semua, enggak ada yang dari depan. Jadi itu pun kalau dari sisinya cewek cuma itu aja. Kelihatan ceweknya masuk pintu. Pintu pun cuma kelihatan separuh gini, yang bawahnya enggak kelihatan. Jadi cuma kelihatan orang masuknya siapa, orang keluarnya siapa. Kayak barang-barang yang di bawahnya itu juga enggak kelihatan,” tambahnya.

Melihat kejadian kehilangan barang yang sering terjadi di masjid FP, Syifa sendiri merasa kurang nyaman dengan fasilitas CCTV yang tidak kunjung diperbaiki, apalagi di area masjid yang kerap kali dilalui orang-orang di luar FP.

“Dari sudut pandangku sebagai mahasiswa, tanggapanku tentu kurang nyaman. Karena bagaimanapun, dari banyaknya CCTV itu kenapa enggak ada upaya untuk segera memperbaiki, minimal di titik-titik rawan tertentulah, kayak misalkan masjid yang ternyata CCTV-nya itu terhubung ke HPT, begitu. Sedangkan masjid ini kan benar-benar terbuka dan bisa diakses oleh siapapun.. dan FP itu juga termasuknya area yang sering dilalui oleh orang-orang di luar FP, entah itu berjualan atau orang dari fakultas lain, dari luar masuk. Kita kayak enggak bisa memprediksikan siapa aja yang bakal lewat situ,” ujarnya.

Hingga kini, Syifa masih kerap mendengar kasus serupa perihal kehilangan barang ini yang pada ujungnya buntu karena perihal CCTV.

“Tapi, belum lama ini pun aku dapat info kalau teman saya juga kehilangan. Tiga kali aku mendengar kabar kehilangan setelah aku kehilangan itu. Dua di antaranya kehilangan di Masjid FP, dan kedua-duanya tidak mendapat pencerahan, lagi-lagi buntu karena masalah CCTV”.

Teman Velly, Fahriena, yang turut salat bersama Velly malam itu, juga menyayangkan kurangnya perhatian dari pihak fakultas terhadap kasus kehilangan di masjid. “Kalau menurut saya, dari pihak FPUB itu seperti tidak ada upaya untuk menyelesaikan masalah ini. Sudah banyak korban, tapi enggak ada solusi. CCTV memang ada, tapi nyatanya enggak benar-benar merekam kejadian,” ujarnya.

Fahriena menilai bahwa kondisi pengawasan yang lemah membuat pelaku semakin berani bertindak. “Si pencuri pasti merasa aman karena tahu CCTV-nya enggak berfungsi. Harusnya FPUB memperketat keamanan, tambahlah CCTV yang benar-benar memadai. Kalau misalkan FPUB memperketat kayak ada banyak CCTV yang bisa merekam, kan si pelaku pasti akan tertekan karena tahu ada CCTV yang bener. Bayar mahal-mahal kuliah di sini, tapi fasilitas keamanannya enggak ada!,” tambahnya dengan nada kecewa.

Syifa menambahkan bahan evaluasi untuk ke depannya terkait kejadian kehilangan barang yang terus berulang di Masjid Nurul Falah. “Mungkin ya, itu bisa menjadi bahan evaluasi yang perlu benar-benar di-follow up dan di-up-up terus. Karena cukup krusial, ya, di luar dari kelalaian kita sebagai mahasiswa. Yang namanya kadang luput, ya, manusia, kan, kita enggak tahu kapan waktunya. Jadi, buat antisipasi, adanya teknologi bernama CCTV itu kan untuk meminimalisir itu, ya, untuk menekan kelalaian-kelalaian itu. Kayak ya, sayang aja, adanya perangkat-perangkat tersebut, masih terhubung ke listrik, tapi ternyata enggak bisa dipergunakan, enggak bisa dimanfaatkan sebagaimana ekspektasi kita, harapan kita terhadap fungsi atau manfaatnya itu kan juga kayak sedikit sia-sia, gitu. Harapan ke teman-teman, ya, supaya lebih berhati-hati, waspada, dan jangan terlalu bergantung, deh,” tambahnya.

Pak Faldy juga mengingatkan agar mahasiswa tidak meninggalkan barang berharga saat salat, dan lebih baik memanfaatkan loker yang telah disediakan. “Setidaknya kalau punya harta benda, tolong dijaga baik-baik saja. Kalau bisa, ya, barang-barang berharganya dititipkan ke temannya. Jangan ditaruh di belakang. Kan sudah disediakan loker, toh? Lokernya itu dimanfaatkan,” ungkapnya.

Penulis: Siti Nurkholifah

Editor: Muhammad Ihza Ezra Saputra

Gambar: Siti Nurkholifah

Exit mobile version