Kondisi Nelayan dan Pemanasan Global
[HARI NELAYAN NASIONAL 2018]
Setiap tanggal 6 April diperingati sebagai Hari Nelayan Nasional. Hari nelayan sebenarnya bentuk tradisi secara turun-temurun dari rasa syukur akan kekayaan laut yang menyejahterakan kehidupan masyarakat. Bagaimana tidak? Kondisi geografis Indonesia yang menguntungkan, yaitu diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Pada tahun 2018 ini, dirayakan Hari Nelayan ke-58 tahun. Perikanan sebagai salah satu sub sektor pertanian yang menyumbangkan lapangan pekerjaan cukup besar bagi masyarakat Indonesia.
Infografis Jumlah Nelayan Indonesia tahun 2008-2010
Jumlah nelayan laut yang bekerja Full time pada tahun 2010 di Indonesia berdasarkan data yang didapatkan dari data.go.id yaitu sebanyak 1.084.304 nelayan. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2008. Pada tahun 2009 mengalami penurunan 1,3 persen sementara pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 1,1 persen.
Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah nelayan paling banyak pada tahun 2010 dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya, yaitu sekitar 14,3 persen dari total jumlah nelayan Indonesia. Provinsi dengan jumlah nelayan paling sedikit di tahun yang sama yaitu Provinsi DI Yogyakarta dengan jumlah nelayan kurang dari 1 persen dibandingkan total jumlah nelayan Indonesia tahun 2010.

Kondisi iklim dunia saat ini sangat mempengaruhi sektor perikanan terutama di Indonesia. Salah satunya yaitu Global Warming atau pemanasan global. Penyebab utama pemanasan global yaitu gas emisi yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas emisi tersebut dapat ditimbulkan dari aktivitas manusia seperti membakar hutan, penggunaan kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi, dan penyebab lainnya.
Penelitian Mulday (2008), menyatakan bahwa efek rumah kaca ini menyebabkan suhu di Bumi meningkat, termasuk juga suhu di lautan. Kadar oksigen di lautan berkurang dengan bertambahnya kadar karbondioksida sehingga mengganggu ekosistem air didalamnya.
Hal itu diperburuk lagi dengan meningkatnya kadar keasaman laut yang dapat merusak terumbu karang bahkan sampai mati. Makanan ikan di laut seperti plankton juga akan mati dalam keadaan suhu yang tinggi, kadar oksigen rendah serta kadar keasaman yang tinggi.
Kondisi tersebut menyebabkan ikan di laut melakukan migrasi atau berpindah tempat untuk mencari tempat hidup yang sesuai. Jika suhu air laut yang ditempati ikan semakin hangat atau lebih panas dari keadaan normal maka ikan lebih memilih untuk berpindah ke perairan yang lebih dalam agar mendapatkan suhu lingkungan yang dibutuhkan.
Bobot ikan pun terkena imbas dari pemanasan global. Penelitian Cheun (2014), ikan yang terkena pemanasan global mengalami penurunan bobot yang signifikan. Penurunan tersebut sekitar 24 persen dari keadaan normal. Hal ini dipengaruhi dari kualitas air yang semakin menurun serta makanan ikan yang terbatas.
Dengan kondisi ikan yang berada pada perairan yang lebih dalam serta bobot ikan yang berkurang secara signifikan akan berdampak besar pada penghasilan nelayan. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan penurunan minat masyarakat untuk menjadi nelayan sehingga jumlah nelayan penurunan.
Penulis : Aisyah Rizki Harahap