Himbauan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjangkit virus corona terus digencarkan oleh pemerintah. Mulai dari menjauhi keramaian, menghindari jarak berdekatan dengan minimal 1 meter atau social distancing, hingga penggalakan budaya hidup bersih dengan rajin mencuci tangan dan penggunaan masker bagi yang sakit. Pemerintah juga mengusahakan rapid test sebagai tindakan preventif penyebaran virus corona.
Hal-hal tersebut gencar dibicarakan di kota, namun tidak sampai sosialisasi menyeluruh hingga desa. Masyarakat desa sekedar tahu bahwa sedang terjadi wabah virus corona yang telah menelan korban di perkotaan. Khususnya rata-rata masyarakat desa hanya tahu dari media televisi yang mereka tonton. Istilah social distancing, hand sanitizer, dan rapid test saja mereka tidak tahu. Akses informasi yang terbatas dan tidak mudah dicerna, menyebabkan masyarakat membutuhkan pemahaman lebih akan pentingnya virus corona ini.
Pemerintah harusnya menginisiasi himbauan secara masif tidak hanya di tingkat kota saja namun sampai ke pelosok desa. Pemerintah sebaiknya mampu membuat strategi yang dapat melindungi masyarakat desa dari virus ini karena tidak semua orang desa punya kemewahan bisa kerja dari rumah seperti yang orang kota lakukan. Pemerintah khususnya kabupaten dapat merangkul kepala desa bahkan sampai tingkat RT, yang nantinya bisa memberitahukan dan menghimbau warganya mengenai virus corona melalui pengumuman menggunakan mobil yang berkeliling desa, ataupun speaker musala, dan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti.
Perjalanan saya menuju desa-desa yang berada di Malang selatan menemukan aktivitas tetap berjalan normal. Masih banyak petani berladang di sawah, pasar tetap ramai, warung tetap buka, bahkan warga desa masih menggelar pesta pernikahan dengan hiburan kesenian kuda lumping. Meski begitu, aktivitas belajar di sekolah mulai diliburkan.
Padahal sudah jelas Bupati malang M. Sanusi melalui situs web malangkab.go.id mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan hal tersebut (corona -red) yaitu:
1. Memastikan seluruh area dalam kondisi bersih;
2. Menyediakan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air mengalir dan menyediakan hand sanitizer;
3. Memasang pesan-pesan kesehatan di tempat-tempat strategis;
4. Mengurangi, menunda, atau bahkan membatalkan aktivitas yang melibatkan keramian, dan lebih banyak melakukan aktivitas di rumah;
5. Terus memberikan informasi, dan mengingatkan orang di sekitar kita agar tetap waspada, serta menghimbau agar senantiasa membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Fenomena masyarakat desa masih beraktivitas normal bukan karena mereka kebal. Namun jika tidak bekerja, mereka tidak memiliki pendapatan untuk makan, dan memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi kebanyakan masyarakat desa sumber pendapatannya dengan upah harian. Walaupun mereka secara tidak langsung melanggar himbauan yang dikeluarkan pemerintah pusat, berdasarkan peta sebaran virus corona di Kabupaten Malang, Malang Selatan belum ditemukan kasus. Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat desa cenderung tidak bepergian jauh, sehingga resiko penularan virus corona relatif kecil. Masih banyak masyarakat yang mengonsumsi makanan dan minuman sehat dari bahan- bahan herbal seperti jamu tradisional. Salah satu jamu tradisional yang saya jumpai di Desa Ngawonggo, ada salah satu warung ramai dikunjungi masyarakat yang menyediakan minuman rempah, warga sekitar menyebutnya wedang rempah, yang terbuat dari tanaman herbal.
Masyarakat desa Malang Selatan bukan berarti kebal, namun karena tidak adanya informasi yang jelas dan mudah dipahami. Mereka berpikir tidak akan tertular karena jauh dari pusat kota, mereka hanya ingin mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bekerja normal yang tidak bisa dilakukan secara daring. Pola hidup masyrakat pedesaan yang cenderung sehat dengan mengonsumsi ramuan tradisional, bisa jadi menurunkan resiko penularan virus corona.
Penulis : Wikan Agung
Editor : Naila Nifda A