Malang-Canopy. Hiruk pikuk suasana Rangkaian Acara Jelajah Almamater Brawijaya (Raja Brawijaya) tahun ini bertajuk Gerak Brawijaya Lestari Indonesia dengan nama angkatan Adyatama. Setelah sukses dengan Tampah mob tahun lalu, kini konsep mob mengusung perkusi 3 alat yang tidak lazim di dunia musik. Alat yang digunakan yaitu tongkat semafor, papan dada dan sempoa. Mob perkusi ini berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Marching Band ESB dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Brawijaya dengan memainkan lagu Gebyar-Gebyar.
“Setelah beberapa kali diskusi, kami (panitia –red) hanya menemukan konsep yang sama seperti sebelumnya. Sehingga untuk mob lebih menarik, diputuskan konsep perkusi sebagai penampilan mob Rabraw tahun ini.” Tutur Fikriza Ilham selaku koordinator Acara Raja Brawijaya 2019.
Fikriza mengaku bahwa ide mob perkusi ini terinspirasi dari perkusi angklung namun dengan alat yang lebih mudah dan familiar bagi maba. Dalam pelaksanaan mob perkusi juga melibatkan mahasiswa penyandang disabilitas untuk menunjukkan bahwa Universitas Brawijaya merupakan lembaga pendidikan ramah inklusi.
Panitia mengalami banyak kesulitan dalam proses persiapan mob perkusi. Mulai dari konsep yang baru pertama kali, pemilihan alat, dan teknis sendiri cukup mengalami kesulitan. Proses latihan juga mengalami kesulitan utama karena peserta tidak dapat merasakan dan mengikuti tempo. Sehingga perlu latihan menggunakan instrument lagu terlebih dahulu.
Dibalik kesulitan yang dialami, pasti ada hikmah diujung hari. Siapa sangka bahwa mega kolaborasi perkusi ini berhasil mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kolaborasi perkusi terbanyak dengan jumlah 14.950 peserta. Jumlah ini mengalahkan rekor yang telah ada yaitu 11.000 peserta dari masyarakat umum.
“Sejujurnya ini diluar ekspektasi. Terlepas berbagai keadaan yang ada, alhamdulillah berhasil.” Ucap Fikriza.
Reporter : Yuliastuti Y
Fotografer : Yuliastuti Y
Editor: Naila Nifda