Site icon Persmacanopy.com

Penugasan Online PKKMU Sebesar 80% untuk Menekan Mafia Ospek

Sutrisno sedang melayani pembeli
Sutrisno sedang melayani pembeli

Malang, CANOPY—Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKK-Maba) selalu identik dengan atribut yang wajib dipakai serta tugas yang diberikan kepada mahasiswa baru (maba) wajib dikerjakan. Dari tahun ke tahun selalu ada pedagang yang berjualan di sekitar gerbang Universitas Brawijaya di Jalan Veteran. Para pedagang tersebut menyediakan berbagai atribut yang dibutuhkan oleh maba untuk digunakan pada pelaksanaan PKK-maba seperti seragam putih hitam, name tag, tas, dll.

Sutrisno (43) sudah delapan tahun berjualan atribut untuk PKK-maba di Jalan Veteran. Ia mulai menggelar dagangannya menjelang diadakannya Program orientasi untuk mahasiswa baru. Sutrisno mengaku bahwa info atribut yang ia jual berdasarkan dari pengalaman dari tahun ke tahun. Selain itu, ia juga mencocokkan dari pengumuman dari situs resmi PKK-maba mengenai berbagai atribut dan tugas yang diperlukan.

Tidak hanya atribut untuk Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Universitas (PKKMU), Sutrisno juga menyediakan atribut dari beberapa fakultas seperti Fakultas Kedokteran, Program Vokasi, dan lain-lain. “Seperti perlengkapan berbagai fakultas yang sudah disediakan, karena dari tahun ke tahun, ya, itu-itu aja, jadinya kita sudah tahu,” kata pria yang akrab dipanggil Trisno ini.

Untuk harga yang Sutrisno kenakan tidak ada patokan. Hal ini dikarenakan masih adanya tawar-menawar antara mahasiswa dengan dirinya. Sedangkan untuk omzet yang ia peroleh dari tahun ke tahun sangat beragam. “Omzet tidak bisa diprediksi karena terbentur berbagai kebijakan kementrian yang selalu berubah tiap tahunnya. Tahun ini menurun (omzet) sangat drastis,” terangnya.

Tidak hanya masyarakat umum yang berjualan atribut untuk PKK-maba ini. Mahasiswi asal Fakultas Ilmu Administrasi yang akrab dipanggil Caca juga pernah berjualan atribut untuk PKK-maba pada dua tahun yang lalu (2013). Ia beralasan karena ia sanggup membuat atribut seperti name tag, gantungan kunci, peta UB dengan mudah. Selain itu, niatnya didasarkan pada adanya beberapa akun yang menjual atribut tersebut. Tapi sejak tahun kemarin, ia sudah tidak lagi menjual alat ospek dikarenakan tugas yang diberikan kepada maba berupa tugas online yang terkesan ribet.

Sebelum niat untuk menjual atribut terwujud, kakak perempuannya juga pernah menawarinya dalam bisnis penjualan atribut ini. “Dulu mbakku juga nawarin ngajakin, karena temannya mbakku yang panitia juga (berjualan) karena dia yang tahu detailnya sebelum diberitaukan ke maba,” terang mahasiswi pajak ini.

Caca menjelaskan bahwa pemasaran hanya sebatas mulut ke mulut. Hal ini dikarenakan pemasaran lebih diutamakan pada rekan yang juga maba UB. Sedangkan untuk harga ia mematok harga rendah dikarenakan ia lebih memilih harga yang pantas untuk mahasiswa. “Harga dibikin sesuai dengan biaya pengeluaran dan pembuatan,” katanya.

Mia Anjani, salah satu maba Vokasi yang di wawancarai reporter CANOPY sebelum pelaksanaan PKKMU angkat bicara mengenai maraknya penjual atribut ini. “Penjual tersebut, kan, termasuk usaha kreatif dalam menghasilkan uang. Seharusnya usaha lain diganti ke bidang lain saja selain alat PKK-maba. Mengingat ini PKK-maba tujuannya melatih mental dan kreatifitas maba. Lebih baik para pedagang tersebut diterbitkan saja,” tuturnya.

Ketua Pelaksana PKKMU Raja Brawijaya dalam konferensi Pers saat selesai upacara menyatakan bahwa penjualan atribut ini ditekan dengan pemberian tugas Online yang lebih banyak yaitu sebesar 80 %.

“Jasa penjualan memang bukan rahasia umum dan menjadi konsumsi berita kita untuk tiap tahun, untuk tahun kemarin ada penyedia jualan alat Ospek sedangkan untuk tahun ini ada joki pengerjaan tugas Ospek. Tanggapan terkait orang yang jual alat Ospek, ini merupakan bentuk pembodohan maba, inovasi untuk 80 % karena untuk menekan jumlah mafia-mafia Ospek. Dan Alhamdulillah jumlahnya sedikit berkurang,” jelas ketua pelaksana yang bernama Djairan.

Reporter : Dwi Ghina Faridah, Niswatin Hasanah, Nur Dian Laksono

Exit mobile version