Site icon Persmacanopy.com

Rektor Menyapa; Mulai PTN-BH sampai Kampus UB Kediri

Jajaran Rektorat UB dalam acara “Rektor Menyapa” yang diselenggarakan EM-UB pada kamis (14/09) di Rektorat lantai 2, UB TV. Dok: CANOPY/ Ardiah V.

Malang, CANOPY – Pada kamis (14/9) Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan acara Rektor Menyapa. Acara yang juga menghadirkan Rektor UB beserta jajarannya itu digelar di gedung rektorat lantai 2.  Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, M. S menjelaskan beberapa isu terkait rencana UB menjadi PTN BH, keadaan kampus UB Kediri juga isu lainnya.

Isu terkait perubahan status UB menjadi Peruguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH) paling banyak disoroti. Menurut Bisri, sitem penunjukan PTN menjadi PTN-BH diatur oleh sistem yang dijalankan pemerintah, bahwa PTN-BH adalah perguruan tinggi yang dipilih dan dievaluasi oleh kementrian, bukan permintaan dari kampus. Ia mencontohkan UI dan ITB yang telah dievaluasi dan diberi mandat oleh kementrian.

“PTN-BH itu masuk di Rencana Pengembangan Jangka Menengah (RPJM) Dirjen Pendidikan Tinggi, bukan UB. UB tidak pernah menyebutkan renstra-nya untuk menjadi PTN-BH, yang ada itu dalam RPJM Dikti. Tahun 2017 yang ditarget Dikti untuk menjadi PTN-BH ada 3 yaitu UNS, Unand, dan UB,” ujarnya.

Bisri juga menambahkan, selama jadi rektor ia tidak tertarik kalau UB jadi PTN-BLU maupun PTN-BH, karena menurutnya, saat ini (PTN-BLU) pun tidak mendapatkan dana infrastruktur dari negara. “Biaya pembangunan yang digunakan menggunakan biaya PMDP mahasiswa.  PTN-BLU pun tidak begitu cukup (dana pembangunan, –red). Selama menjadi rektor dari tahun 2015, hanya mendapatkan biaya 8 milyar, dan itu untuk biaya operasional rumah sakit pendidikan,” tambahnya.

Selain itu, untuk saat ini Rektor menyatakan kalau ia tidak menolak atau menerima PTN-BH. Menurutnya, PTN-BH atau BLU itu sama saja, yang terpenting bagaimana mengelola kampus dengan baik. “Kampus (UB, -red) Kediri saja masih subsidi, jadi kita masih bisa survive untuk saat ini,” ujarnya.

Bisri menambahkan, sebelum penetapan UB menjadi PTN-BH harus ada analisa SWOT oleh Tim Pengkajian PTNH-BH. “Kalau posisi kita masih lemah, ya kita akan tunda. Tapi, kalau kita sudah kuat, ya tidak apa-apa, toh transisinya masih 2 tahun,” ungkapnya. “Kami tidak sembarangan mengambil keputusan, supaya keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang bijaksana. Keputusan yang baik untuk UB kedepannya,” tambahnya.

Disisi lain, Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, MS. selaku wakil rektor 4 bidang perencanaan dan kerjasama juga menyatakan kalau rencana kampus menjadi PTN-BH adalah mengupayakan kampus yang otonom. Sasmito yang juga pernah menjadi Tim Persiapan UB menjadi PT-BHMN pada tempo 2007 silam menambahkan, kalau otonom ini adalah hak ilmuan, hak kampus. “Tapi pada prinsipnya, otonom itu bisa berarti PTN-BLU, bisa juga bentuknya PTN-BH. Tergantung bagaimana kita mengisinya (menjalankannya, -red),” ujarnya.

Terkait keadaan kampus UB Kediri sendiri, hal ini ikut ditanggapi oleh Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, M.S. Ia menyampaikan kalau pada tahun lalu, Menristekdikti meminta supaya Pemda Kediri menyediakan sarana dan pra sarana. “Permintaan itu telah dijalankan, ada lahan 20 hektar dan ada gedungnya. Nah, ini merupakan permintaan pada tahun lalu. Saat ini Pak Menteri (Ristekdikti, -red) memunculkan peraturan baru, UB Kediri diharapkan  memiliki otonomi sendiri pada tahun 2025, dan jadi kampus yang terpisah menjadi Kampus Universitas Brawijaya-2,” ungkapnya.

Untuk itu, menurutnya UB menyiapkan dan membina kampus UB Kediri. “Dengan bertambahnya tahun kampus kediri akan dilepaskan dari Universitas Brawijaya,” pungkasnya.

 

Reporter : Taufik Nurrohman

Ardiah Virana Putri

Editor   :  Alif Nur Rizki

Exit mobile version