BUMI MANUSIA
Oleh Pramoedya Ananta Toer
Diterbitkan oleh Lentera Dipantara pada Tahun 2005
Jumlah halaman 535
ISBN : 979-97312-3-2
Buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang anak pada masa Belanda masih menjajah Indonesia. Pulau Jawa yang sangat berbeda dari jaman sekarang dan pendidikan yang masih jauh terjangkau untuk masyarakat pribumi. Kisah percintaan yang digambarkan penuh dengan pergolakan di masa penjajahan membuat pembaca terhipnotis serta melupakan kekejaman Belanda di jaman itu.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke, seorang anak yang bersekolah di H.B.S, sekolah yang hanya bisa dimasuki oleh keturunan warga Belanda dan pejabat negara atau priyayi. Pria yang dilahirkan di kalangan priyayi Jawa yang selalu erat dengan budaya Jawa ini ingin keluar dari keterkukungannya dan menjadi manusia modern seperti apa yang telah didapat dari sekolahnya. Ini bukan berarti Minke durhaka terhadap keluarganya dan bahkan ayahnya yang sangat ia hormati, ini adalah wujud dari pengetahuan dan peradaban yang lebih baik dengan adanya pendidikan.
Pergolakan cinta itu dimulai dengan pertemuannya dengan seorang perempuan keturunan Belanda dan Jawa yang bernama Annelies. Perempuan yang pernah bersekolah di E.L.S tidak sampai tamat karena harus membantu mamanya seorang Nyai yang terkenal dengan status pemilik Perusahaan Pertanian di Wilayah Wonokromo. Mama Annelies dikenal sebagai Nyai Ontosoroh, ia sangat menyayangi Annelies. Ia rela melakukan berbagai hal untuk anak kesayangannya, hingga harus memohon pada Minke untuk tinggal di rumah mereka. Hal ini membuat banyak pertentangan mulai dari keluarga Minke yang malu dengan perilaku anaknya, kakak kandung Annelis, Robert Suurhof, yang cemburu dengan perilaku mamanya yang lebih menyayangi Minke disbanding Robert sendiri, sampai munculah kejadian yang membuat Annelies malu kepada Minke karena perilaku bejat kakaknya terhadap Annelies.
Novel ini membuat pembaca tak henti-hentinya membaca, karena ketika membaca, pembaca seperti melihat sendiri bagaimana kejadian tersebut terjadi. Penulis novel, Pramoedya Ananta Toer, juga menyelipkan kata-kata mutiara melalui perkataan Jean, sahabat Minke yang merupakan mantan serdadu Belanda, pada novel halaman 77 :
“kau terpelajar, Minke. Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu. …”
Kata- kata ini yang sampai sekarang masih banyak orang kutip sebagai pelajar dan yang terpelajar.
Tidak hanya itu,Pramoedya juga menyajikan kalimat yang sangat inspiratif seperti perkataan Nyai Ontosoroh
“jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tetapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai.”