Malang-Canopy. Kegiatan perkuliahan di Universitas Brawijaya resmi berjalan kembali per tanggal 21 Oktober 2020. Dengan diberlakukannya surat edaran NOMOR: 2124/UN10.F04/PP/2020, pelaksanaan pembelajaran semester ini diselenggarakan secara daring karena pandemi COVID-19 yang belum usai. Layaknya normal, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 3 bentuk yaitu kuliah, praktikum dan tutorial. Praktikum daring tentu membutuhkan beberapa perubahan, para dosen dan asisten praktikum (asprak) memutar otak agar capaian kegiatan praktikum tetap terlaksana. Pelaksanaan praktikum kali ini berbeda karena dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing. Beberapa mahasiswa mengeluhkan adanya kegiatan praktikum yang cukup membebankan secara finansial, terlebih ditengah pandemi seperti ini. Namun, ada juga yang tidak mempermasalahkan pelaksanaan praktikum mandiri.
Johan Kevin Siagian, mahasiswa Agroekoteknologi, mengeluhkan pelaksanaan praktikum ditengah pandemi karena harus menyiapkan alat dan bahan sendiri seperti bibit, pupuk dan polybag. Ia menyayangkan biaya UKT tidak menutupi biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan praktikum mandiri.
“Saya keberatan dengan adanya praktikum mandiri, karena besaran UKT seharusnya sudah mencakup biaya praktikum seperti sebelum adanya pandemi tetapi pada saat ini justru menggunakan biaya sendiri.” Jelas Johan.
Selain itu,. tidak sedikit mahasiswa yang tinggal di daerah padat penduduk dengan ketersediaan lahan pertanian rendah. Memanfaatkan lahan disekitar rumah tidak bisa digunakan untuk melaksanakan praktikum mandiri. Memang sudah dilakukan pendataan mengenai daerah tempat tinggal mahasiswa. Meski begitu, praktikum mandiri tetap dilakukan dengan ketersediaan lahan yang ada di sekitar tempat tinggal mahasiswa.
Niccollo Machiavella Irawan, Koordinator Asprak mata kuliah (matkul) Pengantar Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PPHPT), salah satu matkul yang menerapkan praktikum mandiri menjelaskan sebenarnya kegiatan praktikum PPHPT sangat fleksibel. Hal terpenting adalah output dan ilmunya tercapai. Ia merasa praktikum ini tidak berat asalkan mahasiswa bisa kreatif seperti memanfaatkan sumberdaya di sekitar rumah sehingga bisa menghemat biaya.
Berbeda dengan Johan, Medyanti Suraningwulan, seorang mahasiswi Agroekoteknologi, tidak merasa keberatan dengan pelaksanaan praktikum mandiri. Menurutnya, dengan adanya praktikum mandiri lebih memudahkan dalam memahami materi karena dilakukan dengan praktik langsung.
Pihak fakultas juga menganngapi mengenai kegiatan praktikum mandiri. Mangku Purnomo, SP., MP., Ph.D, Wakil Dekan II Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, menjelaskan bahwa setiap matkul yang ada praktikum sudah mendapatkan anggaran dana tersendiri. Sehingga mahasiswa melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan dana tersebut. Fakultas memberikan anggaran dana yang sudah dikoordinasikan dengan pihak laboratorium. Lalu diberikan pada laboratorium dan selanjutnya bisa dibelanjakan. Dana tersebut dapat digunakan untuk menunjang kegiatan praktikum mahasiswa mahasiswa yang dikoordinasikan dengan dosen pengampu dan asprak. Permasalahan utama terkait SPJ untuk mencairkan dana, belum ada yang bertanggung jawab.
“Pada prinsipnya apabila mahasiswa memang harus melakukan kegiatan praktikum mandiri dengan biaya sendiri, maka mahasiswa punya hak untuk mendapatkan support dana yang sudah dianggarkan oleh fakultas.” Pungkasnya.
Penulis: Hanif Azhari
Editor : Naila Nifda A
Foto Kegiatan Praktikum Mandiri oleh Shanti R.P