Vertical farming atau pertanian vertikal merupakan teknik menanam dengan susun tingkat untuk meminimalisir penggunaan lahan. Tanaman yang cocok untuk ditanam pada vertical farming, seperti seledri, bayam, sawi, kucai, anggur, dan stroberi. Vertical farming tergolong tipe pertanian kota (urban farming) dikarenakan tidak memerlukan lahan yang luas. Penggunaan vertical farming sudah marak dilakukan di negara-negara maju, seperti Jepang dan Belanda.
Pada umumnya pertanian vertikal menggunakan prinsip pengendalian lingkungan pertanian (CEA atau Controlled Environment Agriculture) yaitu dengan metode hidroponik, akuaponik, dan aeroponik. Pengendalian lingkungan yang dilakukan, yaitu mengendalikan cahaya, suhu, gas, air, kelembaban, dan nutrisi. Prinsip ini memodifikasi dari lingkungan alami untuk meningkatkan hasil panen dan memperpanjang musim tanam. Sistem CEA menggunakan tempat tertutup seperti rumah kaca dimaksudkan untuk mengendalikan cahaya, suhu, gas, dan kelembaban.
Metode yang digunakan dalam vertical farming, seperti hidroponik, akuaponik, dan aeroponik merupakan metode yang tidak memerlukan tanah. Pada metode hidroponik akar tanaman terendam dalam larutan cair yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Media tanam hidroponik dapat menggunakan air, kerikil, pasir, dan serbuk gergaji. Keuntungan penggunaan metode hidroponik, yaitu kemampuan untuk meningkatkan hasil panen dan mengurangi penggunaan air. Karena keunggulan ini, hidroponik menjadi metode yang sering diterapkan dalam vertical farming.
Akuaponik merupakan penggabungan dua metode, yaitu akuakultur dan hidroponik. Metode ini menggabungkan budidaya ikan dengan menanam tanaman tanpa tanah. Tanaman memanfaatkan air limbah yang kaya nutrisi dari tangki budidaya ikan yang kemudian disaring dan diolah hingga menghasilkan nutrisi bagi tanaman. Tanaman dapat membantu memurnikan air limbah yang dapat digunakan kembali pada tangki ikan. Tanaman mendapatkan karbon dioksida yang dihasilkan oleh ikan, dan membantu mempertahankan suhu air dalam tangki ikan dan rumah kaca pada malam hari. Metode ini cocok digunakan pada tanaman sayuran yang tumbuh cepat.
Metode aeroponik adalah metode pertanian modern dengan menggunakan kabut atau fog. Air yang tercampur dengan beragam nutrisi disemprotkan hingga menjadi kabut dan jatuh di tanaman. Metode ini tidak memerlukan media padat, bahkan media cair untuk proses tumbuhnya. Metode ini memiliki keunggulan, yaitu menghemat air hingga 90% lebih sedikit daripada metode hidroponik dan tidak memerlukan penggantian media tanam.
vertical farming menjadi salah satu model pertanian modern yang dikembangkan di seluruh dunia terkhususnya Indonesia. Penggunaan lahan yang tidak terlalu luas menjadikan masyarakat lebih mudah menerapkan model pertanian ini, tanpa memikirkan lahan dalam menanam tanaman. Model pertanian kota atau urban farming seperti ini, diharapkan dapat memperkuat perekonomian Indonesia dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Penulis : M. Syarif Hidayatullah
Editor : Shanti Ruri Pratiwi
Gambar diabadikan oleh Jeff Link dari fastcompany.com
Sumber:
HIMATEPA.UH. 2020. Vertical Farming: Karna yang Horizontal Sudah Terlalu Mainstream. Diakses pada tanggal 10 Mei 2021 pukul 21.26 WIB. http://agritech.unhas.ac.id/kmdtpuh/vertical-farming-karna-yang-horizontal-sudah-terlalu-mainstream/#:~:text=Pertanian%20vertikal%20merupakan%20sistem%20pertanian,dan%20diesel%20dalam%20sistem%20pertanian.
WIKIPEDIA. 2021. Pertanian Vertikal. Diakses pada tanggal 10 Mei 2021 pukul 22.18 WIB. https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_vertikal.