Hampir tiga tahun menjalani perkuliahan, banyak mahasiswa semester 5 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) masih belum mengantongi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Kartu yang seharusnya diterbitkan sejak awal perkuliahan ini menjadi syarat penting untuk akses fasilitas kampus, beasiswa, hingga verifikasi administrasi. Ketidakjelasan proses ini memicu keresahan. Mahasiswa merasa identitas akademiknya seperti “digantung,” sementara pihak bank dan administrasi kampus saling lempar alasan.
Afwanda – Mahasiswa Agroekoteknologi Semester 5
“Sebenarnya, permasalahan terkait keterlambatan penerbitan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) ini bisa dikatakan merupakan kesalahan dari dua pihak, yaitu pihak kampus dan pihak bank yang bekerja sama dalam proses pembuatannya. Dari sisi kampus, terlihat adanya keterlambatan dalam pengurusan administrasi KTM, khususnya untuk angkatan 2023. Padahal, KTM merupakan identitas resmi mahasiswa yang seharusnya sudah selesai sejak awal perkuliahan. Ironisnya, justru KTM untuk angkatan 2024 bahkan 2025 sudah mulai dicetak dan dibagikan, sementara mahasiswa angkatan 2023 masih belum bisa mendapatkan kepastian kapan KTM mereka akan selesai.”
Fatimah – Agribisnis Semester 3
“Menurut aku, seharusnya pihak kampus bisa kasih kejelasan yang lebih terbuka soal pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Soalnya prosesnya tuh lama banget, dari semester satu sampai tiga nggak pernah ada info yang jelas sama sekali. Padahal KTM itu penting banget buat mahasiswa, misalnya buat ngurus administrasi atau hal-hal lain yang butuh identitas resmi kampus. Tapi nyatanya, sampai sekarang masih banyak mahasiswa semester lima yang belum punya KTM. Jujur aja, ini cukup bikin kecewa, soalnya nggak nyangka bakal selama ini prosesnya.”
Amalia – Mahasiswa Agroekoteknologi Semester 3
“ kalo menurutku sendiri tuh sistem di siam harusnya bisa diperjelas lagi per bank nya, karena yang aku tau ada beberapa bank yang emang harus isi form dan tergabung di grup, sedangkan bank-bank lain itu cuma nunggu infomasi aja. Kaya kalo aku kan milih BCA yaa nah di siam cuma isi yg format siam aja terus tidak ada kelanjutannya, jadi cuma bisa nunggu, kalo misalnya bisa langsung ke bank nya untuk proses itu juga memudahkan karena beberapa event kan juga membutuhkan ktm secara cetak ya, jadi kalo lebih mudah dan cepet harusnyaa memang dibuat antrian yang seperti itu. Apalagi kalo sampai semester 5 nggak ada kejelasan, kan harusnya ada perubahan sistem/kejelasan misal dari email UB atau gimana gitu. KTM disini kan juga jadi identitas sekaligus fasilitas untuk kita yaa sebagai mahasiswa UB, sebaiknya dari pihak kampus ada kebijakan lain terkait ktm yang belum sepenuhnya dibagikan, pihak kampus juga bisa membuat seperti pengajuan lebih lanjut terkait ktm itu, informasi lanjutan, di website ataupun instagram nya UB.”
Ulfa – Mahasiswa Agroekoteknologi Semester 5
“Menurut aku, masalah keterlambatan pembuatan KTM ini udah jadi tanda kalau ada yang salah dalam sistem administrasi kampus. Mahasiswa udah sabar nunggu dari semester awal, tapi hasilnya nihil. Bukannya dapet kabar baik, malah makin bingung karena nggak ada kejelasan sama sekali. Padahal, kampus harusnya bisa lebih sigap dan transparan, apalagi ini menyangkut kebutuhan dasar mahasiswa. Kalau mau cepet, justru mahasiswa harus datang sendiri ke Banknya dan isi berkasnya dari awal, lalu apa gunanya pendaftaran online yang ada di sistem kampus itu kalau bikin sendiri di Bank bisa jadi dalam beberapa minggu aja, sedangkan yang melalui pendaftaran online bisa sampai bertahun tahun.”
Aldi – Mahasiswa Agroekoteknologi Semester 3
“Menurut aku, lamanya proses pembuatan KTM ini udah nggak masuk akal lagi. Mahasiswa udah nunggu lama dari semester 1 bahkan ada yang sampai sekarang sekarang semester 5, tapi hasilnya masih belum kelihatan juga. Setiap kali ditanya, jawabannya cuma “masih dalam proses,” tanpa ada kejelasan kapan selesai. Situasi kayak gini bikin mahasiswa merasa diabaikan, seolah kebutuhan mereka nggak dianggap penting. Padahal, KTM itu bukan cuma kartu biasa, tapi simbol resmi kalau kita bagian dari kampus dan biasanya jadi syarat-syarat untuk mengurus sesuatu seperti beasiswa dan mendaftar lomba.”
Masalah keterlambatan penerbitan KTM di Fakultas Pertanian UB kini mencerminkan betapa kurang efisiennya sistem administrasi dan komunikasi antar pihak terkait. Mahasiswa merasa diabaikan karena tidak mendapatkan kepastian yang jelas. Padahal, KTM punya makna lebih dari sekadar kartu identitas. KTM menjadi simbol pengakuan, akses terhadap fasilitas, serta bukti resmi bahwa mahasiswa benar-benar menjadi bagian dari universitas. Ketika kartu itu belum juga diterima, wajar jika mahasiswa merasa tidak dihargai dan seolah belum benar-benar diakui keberadaannya di lingkungan kampus.
Penulis: Talitha Danish Safira dan Jihan Faadhilah
Editor: Rayya Izana Abqariyya
Gambar: