Modernisasi teknologi, Publikasi Gengsi dan Disfungsi Moralitas Adab Kemanusiaan.
Oleh : Rahendra Adam*
Kemajuan teknologi dalam satuan akhir dekade ini sangat pesat sekali, masih ingatkah anda ketika kita harus mengumpulkan uang koin dan mencari bilik-bilik telepon umum dipinggir jalan ? atau mungkin harus menggunakan kedai telepon umum atau yang sering disebut Wartel agar bisa berkomunikasi dengan saudara kita yang jauh? Kini, anda dapat berkomunikasi dengan saudara anda hanya dengan beberapa sentuhan dari rakitan barang elektronik atau yang biasa disebut Gadget yang hampir 82% penduduk dunia sudah menggunakannya. Iya, hanya dengan beberapa sentuhan dari Gadget anda pun seolah dunia ada di genggaman anda. Bagaimana tidak, jutaan akses untuk mendapat informasi sangat dengan mudahnya bisa diakses dari Gadget anda.
Mulai dari manfaat aplikasi, stratifikasi derajat materi, hingga menjadi ajang publikasi gengsi seseorang, pun menjadi korelasi Gadget dalam penggunaanya. Bagaimana tidak, perkembagangan kecanggihan produk gadget yang semakin kompleks berbanding lurus dengan Harga atau nominal yang harus disanggupi untuk memilikinya. Sebut saja salah satu produsen gadget ternama seperti “Apple” yang baru baru ini meluncurkan produk kelas atas dengan seri iPhone 6+ dengan harga fantastis sekitar 12 juta rupiah, yang dipercaya jika anda memilikinya akan menaikkan derajat materi pemakainya. Tidak cukup dengan pabrikan Apple yang bergengsi tinggi, “Samsung”, produsen asal korea ini seperti menantang semua produsen Gadget dengan meluncurkan produk terbarunya Galaxy S6 edge yang juga dibanderol dengan harga sekitar 12 juta rupiah, seolah ingin meraup sebanyak-banyaknya materi yang dimiliki seluruh penduduk dunia yang terhipnotis oleh kemolekkan hasil rekayasa industri mereka.
Bagi Mahasiswa, Gadget seolah bisa menjadi apa saja yang kita butuhkan. Tugas-tugas kuliah yang hingga saat ini masih menjadi momok mengerikan, sangat dengan mudah bisa dikerjakan karena akses untuk mendapatakan referensi hingga literasi sangat mudah didapat dengan jangkauan yang luas sekali. Pertemanan yang secara konvensional dilakukan dengan bertemu, kemudian bergurau, berkomunikasi, hingga menggunjing orang lain sekarang sudah jarang sekali dilakukan karena cukup dengan membuat kolom “Group” pada suatu aplikasi tertentu, kita bisa bebas melakukan kegiatan pertemanan tanpa harus berkumpul dan bertemu.
Namun dengan semakin canggihnya teknologi yang dipaparkan, alhasil berbagai dampak negatif masih menjadi nilai yang seolah mengiringi tingkat kecanggihan Gadget itu sendiri. Nilai-nilai moralitas hingga adab berperilaku seolah bisa dengan mudah di “fleksibilitas” kan. Bagaimana tidak, kemudahan berkomunikasi seringkali memicu tindakan yang kurang menunjukan etikat baik terhadap orang lain (yang lebih tua, dsb). Bagi kita Mahasiswa, berkomunikasi dengan dosen merupakan hal yang sudah seharusnya terjalin untuk melancarkan kegiatan pembelajaran maupun kegiatan terkait lain. Maka, tidak jarang kita menggunakan Gadget untuk menghubungi pihak Dosen untuk bisa sekedar membuat janji, hingga mengadakan pertemuan. Namun seringkali jalinan komunikasi dengan gadget tidak dengan dibumbui Etika atau adab yang baik, sehingga seolah menjadi tamparan keras bagi dosen (atau pihak terkait) apabila hal tersebut dilakukan oleh Mahasiswanya. Disini, bukan ke gila an hormat yang diinginkan oleh pihak terkait, namun kita sebagai manusia yang beradab, seharusnya selalu meyertakan adab dalam setiap berprilaku, sehingga bisa menciptakan salah satu bentuk penghormatan yang sesuai bagi siapapun insan yang ber adab.
*Penulis adalah mahasiswa Agroekoteknologi 2013 minat Budidaya Pertanian 2015