Aksi Kamisan Malang: Bercerita Tentang Penindasan Hari Ini
Canopy-Malang. Kamis (12/03) lalu, Komite Aksi Kamisan Malang menggelar aksi rutin, yang bertempat di depan Gedung Balai Kota Malang. Aksi yang bertajuk “Nanti Kita Cerita Tentang Penindasan Hari Ini” dimulai pada pukul 15.30 WIB. Aksi ini dihadiri oleh 7 orang, dan dikawal oleh polisi yang berjumlah kurang lebih sama dengan massa aksi lengkap dengan 2 mobil patroli mereka. Menurut Kevin, Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), selaku Koordinator lapang aksi kamisan kali ini mengangkat isu tentang refleksi penindasan dari rentang awal tahun hingga saat ini.
Aksi ini dilakukan dengan membentangkan sepanduk beserta perlengkapan aksi lain, tanpa ada orasi, hanya memutar lagu-lagu bertemakan perjuangan serta penindasan dengan volume keras. Tak lama kemudian hujan mengguyur memaksa masa aksi untuk berteduh di basement Gedung DPRD Kota Malang. “Meski hujan, walau sempat terhenti, tapi semangat teman-teman yang terus berdatangan akhirnya kami (masa aksi-red) hujan-hujanan sampai petang” ujar kevin.
Semakin sore massa aksi terus bertambah, sekitar pukul 16.45 WIB, hujan pun reda. Aksi ini diramaikan oleh dua musisi lokal yaitu Samanesna asal Gresik dan Riant Daffa asal Kediri, yang kebetulan sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Kota Malang. Sore itu sekitar 20 orang memadati setengah jalan di depan Balai Kota Malang, dan menggelar panggung musik serta bernyanyi bersama. Kevin menambahkan bahwa aksi tak melulu soal teriak-teriak dengan garang, karena menurutnya solidaritas bisa dalam bentuk apapun, “Sederhananya saya ingin bagaimana kita tetap berdiri dengan metode gerakan apapun, seperti melawan dengan bahagia” tutur mahasiswa tingkat akhir tersebut.
Menurut Irmaya, salah seorang massa aksi, ia lebih menyoroti isu RUU Omnibus law yang sedang mencuat, ia berpendapat bahwa memang seharusnya buruh menolak RUU tersebut. Ia juga mengomentari soal semangat para masa aksi “Banyak yang antusias ya, walaupun hujan-hujan, mereka tetap semangat untuk memperjuangkan hak dan demokrasi” ujarnya.
“Aku melihatnya pemerintah tidak serius menangani ini (RUU Omnibuslaw-red), mereka memang lebih mementingkan investor” kata mahasiswa UM tersebut. Ia juga mempertanyakan kenapa pak Jokowi lebih mementingkan investor daripada para buruh atau rakyatnya, “Mungkin pak Jokowi punya hutang budi dengan para investor… mungkin ya” Ujar Irmaya dengan nada kelakar.
Dalam Rilis yang dikeluarkan oleh Komite Aksi tersebut juga menyinggung tentang omnibus law. Tentu saja omnibus law menjadi momok baru bagi rakyat, karena hampir dari setiap kebijakannya dibentuk oleh mayoritas pengusaha. Selama dua periode kepemimpinan Joko Widodo, terdapat berapa peraturan perundang-undangan memudahkan izin investasi demi kepentingan korporasi, isi rilis tersebut. Hal-hal seperti itu semakin merugikan buruh dan mengancam kedaulatan petani akibat pendirian usaha yang semakin masif.
Adapun beberapa poin sikap yakni: (1) Gagalkan Omnibus law, (2) Stop represi gerakan rakyat yang memperjuangkan Demokrasi, (3) Hentikan diskriminasi atas petani Tegalrejo, (4) Hentikan izin Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Geotermal di lereng gunung Arjuno dan sekitarnya, (5) Menuntut Kepolisian untuk mengungkap pembunuh buruh PT Flow di Pasuruan, (6) Menuntut kepada PT Alpen Food Industry untuk memberikan hak normatif kepada buruh yang bekerja.
Kevin juga berpesan bahwa semoga solidaritas ini terus berlanjut dan konsolidari jalanan akan terus lahir.
Penulis : Pramana Jati P
Editor : Shanti Ruri P