Glintung Go Green, Arbor Day yang Berkelanjutan

Sebuah kampung  yang ada di Malang menorehkan prestasi di tingkat Internasional yaitu pada acara Guangzhou Award for Urban Innovation 2016 di China. Perkampungan tersebut adalah RW 23 kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Saat ini dikenal dengan nama Glintung Go Green dan kampung konservasi air. 6 Tahun yang lalu, lingkungan di sekitar kampung sangat berbeda dengan saat ini. Daerah ini adalah daerah yang rawan banjir, tingkat kriminalitas yang tinggi sampai kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Perubahan yang terjadi pada kampung tersebut digagas oleh Bambang Irianto, seorang ketua RW 23. Saat itu Bambang Irianto baru saja diangkat sebagai seorang ketua RW dengan kondisi keuangan RW kosong dan kondisi perkampungan yang kumuh. Program pertama yang dilakukan oleh Bambang adalah kerja bakti di sekitar kampung. Program tersebut mendapatkan respon negatif dari warga sehingga hanya sedikit warga yang berpartisipasi dalam kerja bakti.

“Bahkan hingga 1 tahun kepengurusan saya, warga yang ikut dalam kerja bakti bisa dihitung dengan jari hingga akhirnya saya harus mengambil langkah tegas dengan menggunakan kewenangan saya”, ujar Bambang Irianto saat mengisi seminar Gerai Brawijaya (25/04).

Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan sebagai ketua RW yang dapat memberikan surat keterangan untuk warga.  Warga yang ingin mendapatkan surat pengantar atau surat keterangan dari RW wajib menanam tanaman di depan rumah. Selain kegiatan kerja bakti secara rutin, Bambang juga menganjurkan warga untuk menanam tanaman di depan rumah tanpa mengeluarkan uang atau menggunakan barang bekas.

“Saya berusaha memberikan perumpamaan pada warga, bahwa oksigen yang kita hirup ini gratis dari tuhan tapi kita perlu melestarikannya salah satunya dengan menanam tanaman sebagai penghasil oksigen”, lanjut nya.

Akhirnya, warga mulai menanam tanaman disekitar rumah mereka. Respon positif mulai muncul hingga Bambang Irianto mulai menggagas program yang baru yaitu bank sampah. Bank sampah ini menerima sampah dari warga untuk ditukar dengan uang. Selain itu, warga juga dapat meminjam uang dari bank sampah dan membayarnya dengan sampah. Sampah yang ada dipilah, didaur ulang dan dimanfaatkan untuk menghias kampung.

 

Program penanaman di sekitar rumah berkembang dengan adanya pelatihan hidroponik. Warga mulai membuat hidroponik pada lahan kampung yang kosong walaupun sempit. Ketika program penghijauan mulai berjalan, masalah banjir masih belum tertuntaskan. Akhirnya warga kampung membuat biopori atau lubang yang dapat menyerap air. Biopori menggunakan tempat cat diletakkan pada beberapa lokasi di kampung. Tujuan dibuatnya biopori adalah untuk memasukkan air sebanyak banyaknya ke dalam tanah. Program ini diberi nama Gerakan Menabung Air (GEMAR).

Banyaknya program berbasis lingkungan yang dilakukan oleh kampung Glintung menyebabkan beberapa institusi maupun perusahaan yang melakukan kerjasama dengan kampung tersebut. Salah satunya adalah pengaplikasian Sumur Injeksi karya Muhammad Bisri, Rektor Universitas Brawijaya. Kunjungan untuk belajar maupun hanya sekedar berwisata berdatangan dari dalam dan luar negeri. Selain itu, kampung Glintung dinobatkan sebagai kampung percontohan konservasi air pertama di dunia oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Tjahjo Kumolo.

Glintung Go Green yang dilakukan oleh warga kampung Glintung adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka penyelamatan lingkungan. Upaya lain telah dilakukan oleh oleh J. Sterling Morton pada tahun 1872 di kota Nebraska. Morton menginisiasi sebuah momentum perayaan yang diadakan untuk mendorong penanaman dan perawatan pohon. Momentum tersebut dikenal dengan sebutan Arbor Day. Kemudian Morton menanam berbagai pohon dan semak dalam suatu hamparan lahan kosong, ia juga menyebarkan pengetahuan tentang pohon dan menekankan pentingnya ekologi di Nebraska. Akhirnya J. Sterling Morton bergabung dengan Dewan Pertanian Nebraska dan mengusulkan peringatan untuk menanam pohon diwilayah mereka dengan nama “Sylvan Day” namun hal ini masih belum mencerminkan semua pohon sehingga berganti menjadi “Arbor Day”

Morton memimpin penanaman pertama 1 juta pohon dengan menanam biji bunga pada tanggal 10 April 1872. Tradisi mulai menyebar pada tahun 1882, sekolah – sekolah di seluruh negeri mulai berpartisipasi dengan adanya peringatan Arbor Day. Dalam kurung waktu 20 tahun, Arbor Day sudah dikenal dan dirayakan oleh setiap negara. Hari Arbor sebagai momentum penanaman lebih dari satu juta pohon di seluruh dunia, dan berjanji untuk menanam 5 juta lebih pohon selama lima tahun ke depan. Adapun manfaat menanam pohon, diantaranya:

  • Satu juta pohon dapat menghasilkan 162 milyar US$ yang senilai dengan manfaat lingkungan lebih dari 50 tahun. (Sumber: USDA Forest Service).
  • Satu juta pohon dapat menyerap 1 juta ton CO2 selama masa hidup pohon. (Sumber: Carbon Day).
  • Satu juta pohon dapat membantu mengembalikan habitat ratusan spesies hewan, yang kini banyak terancam atau hampir punah. (Sumber: Arbor Day Foundation).
  • Satu juta pohon dapat menyediakan oksigen untuk 4 juta orang dalam satu hari. (Sumber: Tree Canada Foundation).

Oleh karena itu, perlunya menanam dan melestarikan pohon disekitar kita. Hal tersebut bisa dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu di rumah kemudian dapat berkembang ke lingkungan sekitar.

Kesadaran dan motivasi perlu dilakukan sebagai awal untuk membangun lingkungan sekitar yang lebih baik dan perlunya gotong royong untuk mewujudkannya. – Bambang Irianto

Reporter : Ardiah Virana dan Aisyah Rizki

Editor : Elfita Rahma

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com