Imbauan Pemerintah Wujudkan Konservasi
Bertani, suatu kegiatan bercocok tanam, guna mendapatkan hasil berupa produk pertanian yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan ataupun kebutuhan yang bersifat materil. Kebutuhan produk pertanian yang terus meningkat berbanding lurus dengan pembangunan baik itu berupa pemukiman penduduk ataupun bangunan serba guna lainnya. Hal ini mengakibatkan lahan pertanian semakin berkurang dan produksipun otomatis akan menurun. Penggunaan lahan pertanian di area kaki gunung saat ini sudah mulai intensif, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan pasar akan komoditi pertanian.
Dusun Kekep Kecamatan Bumiaji Kota Batu adalah lokasi berbukit dengan topografi miring, mata pencaharian masyarakat setempat sebagian besar berprofesi sebagai petani. Lahan berbukit dengan kemiringan yang terbilang curam tidak menggoyahkan penduduk sekitar untuk bercocok tanam di area tersebut. Untuk menjaga kondisi lahan dan produktivitas lahan agar dapat terus berkelanjutan maka dibutuhkan upaya konservasi lahan pertanian. Masyarakat yang bercocok tanam di area perbukitan kurang memperhatikan keberlanjutan dari produktivitas lahan yang dikelolanya, kondisi lahan yang lama-kelamaan akan menurun seolah luput dari pandangan para petani mengenai pentingnya tindakan yang bersifat konservatif.
Area lahan pertanian yang dikelola oleh petani di Dusun Kekep juga berdekatan dengan tempat wisata “Taman Bunga Selecta” dan area tersebut juga dialiri aliran sungai yang termasuk ke dalam bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan DAS Mikro Talun, juga karena lokasinya yang berdekatan dengan wisata air terjun “Coban Talun.”
Topografi yang miring serta berbukit, dengan dihiasi beranekaragam jenis tanaman yang menjulang, seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang bekerja di daerah tersebut. petani yang sedari pagi telah berada di lahannya masing-masing terlihat amat fokus mengelola sumber pendapatannya itu. Seolah tidak terganggu dengan kondisi lahan disekitarnya, lahan yang butuh perhatian, butuh tindakan, tindakan yang dapat memperbaiki ekosistem sekitar. “Lahan sekitar sini memang seperti itu, karena yang lahan-lahan itu kan yang punya Perhutani, malahan dulu pernah ada longsor,” ujar Sodiq, salah satu petani, yang sedikit menyeritakan kondisi area setempat.
Sodiq (49) yang sedang bersantai bersama petani lainnya tampak terlihat lelah. Diseruput pula air mineral dalam teko yang dibawanya. “Sebenarnya ada anjuran pemerintah untuk menanam tanaman-tanaman tertentu, kalo di tempat yang curam itu, ditanami tanaman berkayu, nah kalo yang ada di bawah, tanamannya ya kentang, wortel, tomat,” tambah Sodiq, sambil sesekali menyeruput minumannya. Budi (39), petani yang memiliki lahan di dekat DAS Mikro Talun ini merasakan kondisi lahan di tempat ini sudah mulai memburuk, lahan-lahan di atas bukit walaupun dilihat dari bawah, sangat jelas jika terdapat beberapa spot yang terlihat gundul.
“Bukan cuma lahannya saja yang gundul, disini juga airnya sudah mulai kotor, kadang kalau sehabis hujan, malah lebih kotor lagi, soalnya erosinya besar, jadinya airnya gak sejernih dulu lagi,” ujar Budi yang juga membudidayakan bunga Hortensia ini. Erosi yang terjadi berasal dari hulu, kondisi hulu yang sudah tidak rindang lagi, menyebabkan kian parahnya dampak yang ditimbulkan.
Hanya Imbauan
Menurut Budi, masyarakat setempat sudah berupaya menjaga alam yang ada di sekitar Desa Tulung Rejo dengan melaksanakan anjuran dari pemerintah, seperti berupaya menanam tanaman berakar dalam atau tanaman kayu-kayuan, tetapi pemerintah tidak melakukan tindakan lebih lanjut lagi. Seolah-olah hanya memerintah saja. Padahal, pemerintah juga telah menyediakan dana untuk kegiatan konservasi, namun anggaran yang telah dialokasikan tidak sampai kepada masyarakat, hanya nasihatnya saja yang sampai. “Masyarakat itu kan punya lahan sendiri-sendiri, jadi kalau disuruh ngerjain lahan lain, kalo gak dikasih imbalan gak bakalan mau,” tambah Budi.
Menurut Ir. M. Husni, MM pemerintah memang belum memberikan bantuan sepenuhnya terhadap kegiatan konservasi, namun kegiatan-kegiatan yang bersifat konservatif masih dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah. Dinas Pertanian saja tahun ini tidak menganggarkan dana khusus untuk konservasi. “Seharusnya memang daerah-daerah yang mengalami kerusakan lingkungan diberikan bantuan untuk melakukan kegiatan konservasi,” tambahnya yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Optimasi Rehabilitasi dan Konservasi Lahan, Direktorat Perluasan dan Pengolahan Lahan, Kementerian Pertanian.
Strategi konservasi ala Ir. M. Husni MM
Konservasi memang merupakan kegiatan yang tidak mudah, dan membutuhkan biaya tidak sedikit, tapi jika harus menunggu anggaran dana dari pemerintah, alam akan semakin terbengkalai. Pastinya setiap individu memiliki rasa simpati akan kondisi alam yang membutuhkan rehabilitasi. Kesadaran dari setiap individu sangat diperlukan untuk dapat melaksanakan kegiatan konservatif.
Ir. M. Husni MM bercerita, ketika beliau berbincang dengan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, memang dalam memperbaiki lingkungan, konservasi tidak hanya difokuskan pada pertanian saja, atau kehutanan saja, ataupun Dinas Pekerjaan Umum. Sebab dalam membangun lingkungan, selain secara teknis, kelembagaan, kultural budayanya juga harus disinggung.
Pendekatan secara budaya adat/setempat bisa melalui tokoh-tokoh agama, tokoh tokoh agama bukan hanya ceramah di masjid saja, tetapi juga melakukan pembekalan atau terapi motivasi kepada warga terkait pentingnya konservasi. Misalnya saja melalui tokoh agamawi (Kiai), tokoh tersebut memberikan larangan-larangan mengenai lingkungan, karena selama ini belum ada tokoh masyarakat yang melakukan hal tersebut. ada baiknya jika hal tersebut memang dilakukan sedini mungkin.
Saat ini pemerintah memang hanya bisa memberikan bantuan berupa imbauan atau saran-saran saja, karena memang belum ada kegiatan konservasi oleh dinas pertanian. “Tahun ini memang belum ada kegiatan konservasi yang dilakukan oleh dinas pertanian, dari segi peganggaran juga belum ada, jadi yang kita lakukan hanya imbauan berupa petunjuk, kita berdiskusi terlebih dahulu dengan bupati, gubernur, atau tokoh masyarakat setempat,” tutur Husni.
Imbauan yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian pertanian atau dinas pertanian setempat, berupa strategi-strategi mengenai konservasi. Strategi yang dicanangkan juga bekerja sama dengan instansi-instansi terkait, seperti program yang bekerja sama dengan kementerian kehutanan, mereka melakukan penanaman seperti tanaman buah-buahan, sengon, ataupun jati. Strategi tersebut sudah terlaksana di beberapa wilayah seperti Sulawesi, dan juga Sumatera. “Memang anggaran yang dibutuhkan besar, tetapi itu harus tetap dijalankan,” tukasnya.
Strategi: Social Forest Conservation Best Water Management
Strategi yang mengandalkan pendekatan sosial yang digabungkan dengan pendekatan secara batasan pengelolaan lingkungan jarang dilakukan. Masyarakat cenderung sulit untuk mencerna informasi-informasi berat, apalagi informasi yang bersifat teoritis. Sehingga pendekatan sosial, dinilai cukup ideal untuk memberikan pembekalan kepada masyarakat akan pentingnya konservasi.
Husni juga menjelaskan, Kementerian Pertanian juga memiliki strategi yang bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan: Social Forest Conservation Best Water Management, Teknisnya yaitu menanam tegakan pohon dengan tanaman pokok, untuk meningkatkan nilai tambah petani melalui tanaman rempah-rempah. Kegiatan ini diterapkan di Sulawesi tengah, jawa tengah, nusa tenggara barat, Sumatra utara. Sosialnya lebih ke pendekatan kepada masyarakatnya, dengan memanusiakan manusia, agar mereka merasa memiliki akan pentingnya alam. Pemerintah juga menyediakan pelatihan-pelatihan pada masyarakat. “Kegiatan ini sudah diterapkan pada tahun lalu. Tujuannya untuk menurunkan dampak dari climate changes.” Kata Husni