Kembali Ditemukan Energi Terbarukan
“Ketersediaan energy yang tidak berimbang dengan kebutuhan energy untuk keperluan manusia. Dengan inovasi yang dilakukan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang mengolah limbah pelepah pisang dan mikroalga sebagai pengganti energy yang tidak terbarukan.”
Energi merupakan penopang bagi kehidupan manusia selain pangan. Semua kegiatan manusia seperti pengolahan bahan pangan yang nantinya akan dikonsumsi manusiapun harus diolah menggunakan energi. Energi yang kini masih banyak digunakan yaitu energi yang berasal dari minyak bumi. Namun lambat laun energi yang berasal dari dalam perut bumi tersebut berangsur mulai berkurang.
Menurut catatan ex. Badan Pengelola Migas (BP Migas) dikutip dari kompasiana, cadangan minyak terbukti hingga tahun 2012 adalah sebesar 3.92 milliar barrel atau hanya cukup digunakan selama kurang lebih 12-15 tahun lagi. Tingginya kebutuhan manusia terhadap minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui tersebut membuat manusia mencari solusi lain. Salah satunya dengan mengolah pelepah pisang dan mikroalga menjadi sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Agung Wicaksono adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) yang merupakan seorang penemu BIO-MIKSE. “BIO-MIKSE merupakan suatu produk bioetanol yang fungsinya sebagai pengganti bahan bakar bensin. Untuk menaikan nilai oktan maka diperlukan bahan bakar ramah lingkungan yang bukan berasal dari fosil tetapi dari tumbuhan atau apapun yang mempunyai karbohidrat tinggi sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan,” tutur mahasiswa asal Banyuwangi ini.
Saat ini banyak bioetanol yang dibuat dari bahan pangan yang mempunyai kandungan karbohidrat tinggi seperti jagung, ubi jalar, singkong, dan kelapa sawit. Penggunaan bahan pangan sebagai sumber energi mengakibatkan bahan pangan untuk kebutuhan hidup manusia berkurang sehingga dapat menggangu ketahanan pangan di Indonesia. Agung menggunakan pelepah pisang karena setelah panen tanaman pisang hanya diambil buahnya, sedangkan pelepah pisangnya menjadi limbah. Selain itu, pemilihan bahan dari pelepah pisang karena mempunyai kadar glukosa 76% lebih tinggi dibandingkan dengan singkong yang hanya 60%. Sehingga pelepah pisang dapat digunakan sebagai pengganti alternatif bioetanol yang biasanya berasal dari kelapa sawit, singkong, dan bahan pangan lainnya.
Agung menambahkan, selain menggunakan pelepah pisang untuk membuat bioetanol bahan yang digunakan kedua yaitu mikroalga. Dengan laut yang sangat luas, bisa diperoleh mikroalga yang cukup banyak karena mikroalga dapat dibudidayakan di air tawar dan air laut. Sehingga bahan baku yang dibutuhkan tetap melimpah dan berkelanjutan.
Produk BIO-MIKSE yang dikembangkan Agung, jika dibandingkan dengan bensin yang ada di pasaran mempunyai keunggulan yang lebih. Kombinasi bahan baku pelepah pisang dengan mikroalga yang telah dicoba menghasilkan nilai oktan 91,30. Sedangkan bensin premium yang ada di pasaran mempunyai nilai oktan 88 jika pada kendaraan bermotor biasanya mempunyai tanda keluar asap banyak. Asap yang dikeluarkan kendaraan bermotor tersebut terdapat gas beracun yang dapat memcemari lingkungan sekitar. Maka dengan menggunakan bioetanol yang mempunyai nilai oktan lebih tinggi, dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan.
Inovasi yang dilakukan Agung selain dari bahan baku yang digunakan untuk membuat bioetanol juga inovasi alat yang lebih lengkap. Agung mengatakan bahwa inovasi alat yang dilakukan yaitu menggabungkan tiga alat menjadi satu secara otomatis yaitu fragmentasi, fermentasi, dan destilasi untuk mendapatkan bioetanol, sehingga tanpa memindah-mindah sudah langsung bisa keluar sendiri. Jika saat ini di Indonesia alat yang digunakan masih terpisah-pisah sehingga proses selanjutnya harus dilakukan pemindahan terlebih dahulu.
Dalam penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan biodiesel, ternyata Agung tidak sendirian. Penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan dosen-dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) dan rekannya Ulfa Purwaningsih Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB). Dengan penelitian yang dilakukan Agung dan rekannya ini, mereka mendapatkan gold medal dari University of Korea, Seoul yang dilaksanakan pada tanggal 23 November 2014 kemarin. dari hasil juara pertama tersebut, mereka mendapatkan beberapa penghargaan. “Penghargaan yang diberikan CIGIF (Cyber International Genius Inventor Fair) 2013 ini ada empat item, yaitu piagam, sertifikat, medali emas, hak paten, dan beasiswa kuliah S2 di Korea Selatan.” Kata Agung yang sebelumnya juga pernah ke Korea Selatan untuk mengikuti perlombaan yang diadakan oleh International Conference on Advance Sciences and Technology (ICAST) 2012 di University of Seoul, Korea Selatan.
Reporter: Muhammad Saifudin