Mengenal Lebih dalam Tanaman Porang yang Sedang Populer di Indonesia

          Sejak beberapa waktu lalu tanaman porang menjadi tanaman yang sedang naik daun dan mulai dibudidayakan secara besar-besaran oleh petani di Indonesia. Tanaman Porang (Amorphophallus oncophyllus Prain.) atau lebih dikenal dengan nama bunga bangkai karena memiliki bunga dengan bau tidak sedap merupakan tanaman asli Indonesia. Porang atau iles-iles termasuk famili Araceae dan salah satu kekayaan hayati umbi-umbian Indonesia. Sebagai tanaman penghasil karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan, tanaman porang sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan diekspor sebagai bahan baku industri. Sebetulnya tanaman ini sudah sejak lama dimanfaatkan dan dikenal oleh masyarakat. Meskipun begitu budidaya tanaman ini masih belum banyak berkembang, tetapi akhir-akhir ini budidaya tanaman porang mulai dilirik oleh petani karena prospek kedepannya yang menjanjikan.

Sejarah tanaman porang di Indonesia

          Masyarakat Indonesia mulai mengenal dan memanfaatkan porang sejak jaman penjajahan Jepang. Saat itu mereka memaksa masyarakat yang tinggal di dekat hutan untuk mendapatkan dan mengumpulkan tanaman porang sebagai bahan baku industri dan juga pangan untuk pemerintah Jepang. Walaupun begitu tanaman porang ini tidak pernah dimanfaatkan secara optimal sehingga aspek budidaya tanaman dan proses pengolahannya tidak berkembang. Masyarakat hanya mengambil dari pertanaman yang tumbuh liar di bawah tegakan pohon atau di sekitar hutan, dan menjualnya dalam bentuk umbi basah.

Kandungan Tanaman Porang

Seperti halnya dengan tanaman umbi-umbian lain juga mengandung karbohidrat, mengandung lemak, protein, mineral, vitamin dan serat pangan. Karbohidrat merupakan komponen penting pada umbi porang yang terdiri atas pati, glukomannan, serat kasar dan gula reduksi. Kandungan glukomannan yang relatif tinggi merupakan ciri spesifik dari umbi porang.

Prospek budidaya tanaman porang di Indonesia

Penelitian tentang budidaya dan pengolahan porang terutama dilakukan di perguruan tinggi sekitar tahun 2000-an. Nilai ekonomi yang tinggi dan peluang bisnis yang besar mendorong beberapa pengusaha bersama masyarakat untuk membudidayakan porang. Karena sifat tahan naungan tanaman porang, Perum Perhutani juga merekomendasikan menanam tanaman polan di bawah hutan industri yang mereka kelola. Pada tahun 1980-an Perum Perhutani KPH Saradan mulai mengembangkan tanaman porang di kawasan hutan. Pengembangan porang di kawasan hutan industri diperkuat di bawah arahan Sekretaris Perusahaan Umum 2012 Dahlan Iskan. Dahlan Iskan telah menunjuk Perum Perhutani untuk bekerja sama dengan petani Pesanggem untuk mengembangkan tanaman porang dalam Program Bina Hutan Kemasyarakatan (PHBM). Pada tahun 1975-an, usahatani tanaman porang bergairah kembali dengan adanya kenyataan bahwa tanaman tersebut bernilai ekonomis tinggi dan sangat menguntungkan karena glukomannannya dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional yang berkhasiat bagi kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengembangan budidaya dan pemanfaatan porang ke depan sangat prospektif karena lahan tersedia, terutama di kawasan hutan sehingga tidak perlu bersaing dengan lahan komoditas tanaman pangan lainnya.

Referensi:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Tanaman Porang Pengenalan, Budidaya, dan Pemanfaatannya. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. ISBN: 978-979-1159-64-7.

Penulis             : Nurhalisah

Editor              : Shanti R.P

Sumber gambar : foto/istockphoto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com