Pemira UB 2015: Timeline di Undur, Pakai e-Vote
Malang, CANOPY— Konferensi pers Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) UB 2015 yang diselenggarakan pada Minggu (15/11) siang, di Gedung Rektorat lantai 8. Panitia menjelaskan tentang penerapan e-vote pada gelaran ini.
Edy Santoso, S.Si, M.Kom, perwakilan rektorat, menjelaskan, penerapan e-vote berbeda dengan universitas lain yang telah menggunakan sistem ini.
Pemira UB 2015 yang semula direncanakan pada 8 Desember diundur ke tanggal 16 Desember 2015 karena berdekatan dengan gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, serta proses uji kelayakan dan kesiapan sistem e-vote.
Timeline Pemira
Achmad Chaiz selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa penerapan e-vote masih dalam proses pengajuan. Selain itu, adanya Pilkada serentak juga dirasa panitia akan menghambat gelaran tersebut. “Pilkada serentak pada tanggal 9 Desember dikhawatirkan akan mengurangi minat mahasiswa karena terbentur mahasiswa yang akan mengikuti pilkada di daerahnya.”
Timeline Pemira UB 2015 sebagai berikut :
- Pengambilan Form pada 21-22 November 2015
- Pengembalian Form pada 23-24 November 2015
- Pengumuman Daftar Calon Sementara 25 November 2015
- Pengunduran Diri Calon 25 November 2015
- Pengumuman Daftar Calon Tetap 25 November 2015
- Brifing Kampanye 29 November 2015
- Kampanye 1-14 Desember 2015
- Debat Tertutup 10 Desember 2015
- Pawai Bersama 14 Desember 2015
- Minggu Tenang 15 Desember 2015
- Pemungutan Suara 16 Desember 2015
Penggunaan e-Vote
Penggunaan e-vote kali ini merupakan cara baru pada pelaksanaan Pemira. Penggunaan e-vote yang telah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia juga menjadi alasan UB menerapkan cara yang sama.
Pada pelaksanaannya, e-vote di UB akan berbeda dari Perguruan Tinggi lain. Contohnya yaitu pemilihan hanya dilakukan di Fakultas masing-masing, waktu memilih yang singkat karena verifikasi menggunakan barcode di KTM.
“e-vote tidak mengubah seluruhnya, hanya metode yang sebelumnya mencoblos,diganti dengan menyentuh, untuk yang lainnya hampir sama, pelaksanaan juga memakai barcode reader untuk mengecek daftar pemilih teman-teman dari DPM, dari PD 3 menyebutnya sebagai Brawijaya vote karena tidak benar-benar elektronik yang sepenuhnya menggunakan internet dan jaringan,” terang Edy.
Edy juga menjelaskan bahwa sistem keamanan pada metode ini sudah aman. Apabila ada pihak yang ingin membobolnya maka sistem akan mendeteksi pelakunya. Sanksi akademis juga menanti untuk mahasiswa yang merusak sistem ini.
Selain itu pihak pengelola dari database adalah pihak yang telah diberi wewenang yaitu ahli yang profesional dari pihak Universitas.
“pada database akan tercatat secara detail seluruh penggunaannya, kapan itu dibobol dan dari komputer mana. 10 tahun yang lalu database perpustakaan pernah dibobol, kita bisa mendeteksinya dan orang itu di DO,” jelas Edy yang juga menjabat Wakil Program 3 PTIIK.
Reporter : Nur Dian Laksono