Tim PKM-PM Eco-Guardians Universitas Brawijaya Luncurkan Program Penguatan Karakter Holistik bagi Anak Marginal dengan Metode Mission Base Learning
Karakter yang kuat dan nilai-nilai moral yang kokoh adalah kunci penting bagi anak-anak marginal untuk menghadapi tantangan hidup dan dinamika kesadaran lingkungan. Dengan memperkuat nilai-nilai moral dan kepribadian sejak dini, penguatan pembangunan pondasi oleh anak-anak marginal dapat digunakan untuk menghadapi berbagai tantangan dan membuat keputusan tepat di masa depan.
Menyadari urgensi tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PM) tahun 2024, memperkenalkan inovasi baru untuk memperkuat karakter holistik anak-anak marginal di daerah Kedungkandang melalui metode Mission-Based Learning.
Tim PKM-PM ini diketuai oleh Dede Ramadhan dari Program Studi Agroekoteknologi angkatan 2022, bersama dengan Tiara Wahyuni Rahmawati Hipi (Agroekoteknologi 2022), Mohamad Lutfhi Irfansyah (Agroekoteknologi 2022), Zhelyta Aulia Andriani Putri (Agroekoteknologi 2023), dan Wanda Rahmastya Putri (Agroekoteknologi 2023). Dengan bimbingan dari Dr. Lilik Wahyuni, S.Pd., M.Pd., mereka berkomitmen untuk memperkuat karakter holistik anak-anak marginal dengan misi-misi unik. Program pengabdian masyarakat ini bermitra dengan Laskar Belajar yang merupakan sebuah komunitas belajar di daerah Kedungkandang.
“Metode Mission-Based Learning yang kami terapkan memungkinkan anak-anak marginal untuk belajar sambil bertindak, merasakan dampak positif langsung dari tindakan mereka, dan mengembangkan sikap peduli terhadap diri sendiri, lingkungan, serta masyarakat,” ujar Dede, Ketua Tim PKM-PM Eco Guardians.
Program Eco-Guardians dirancang dalam lima misi inspiratif yang dijalankan selama tiga bulan, masing-masing dengan tujuan khusus untuk membangun karakter dan kesadaran lingkungan. Misi 1 (The Integrity Challenge) mengajarkan terkait integritas dan kejujuran melalui permainan ular tangga yang menyenangkan. Misi 2 (Do It Yourself) mengembangkan kreativitas dan semangat meraih cita-cita dengan membuat totebag profesi. Selanjutnya misi 3 (Eco Art Workshop) yang menggabungkan seni dengan sikap kepedulian terhadap lingkungan melalui proyek pembuatan pupuk kompos dari sampah organik serta pot dari galon dan botol plastik.
Misi 4 (Green Guardian Guest) melakukan penanaman tanaman toga sebagai upaya mengurangi polusi udara serta memupuk tanaman di area sekitar rumah belajar menggunakan pupuk kompos organik yang telah dibuat pada misi sebelumnya. Misi terakhir yakni Eco-Guardians Days, yang merupakan misi puncak sekaligus pelaksanaan evaluasi dari misi-misi yang telah dilakukan sebelumnya melalui kuis cerdas cermat serta pada akhir kegiatan terdapat pambagian reward.
Melalui pendekatan yang interaktif dan menyenangkan, program ini dapat menciptakan perubahan positif dan memperkuat karakter holistik anak-anak marginal di daerah Kedungkandang. “Dari hasil pelaksanaan setiap misi, terlihat banyak perubahan sikap pada anak-anak. Mereka yang sebelumnya sulit diatur kini lebih menerima arahan dan semakin bersemangat dalam proses belajar,” jelas Aida, selaku ketua dari Laskar Belajar.
Dayat, salah satu pengajar di Komunitas Laskar Belajar juga mengaku sangat senang dengan dilaksanakannya program ini. “Kegiatan yang diberikan oleh Tim Eco-Guardians sangat menarik dan mudah untuk dipahami anak-anak, sehingga dapat menjadi contoh bagi kami dalam melakukan pengajaran lebih lanjut,” tuturnya.
Melalui semangat dan inovasi dari Tim Eco-Guardians mahasiswa Universitas Brawijaya, anak-anak marginal yang berada di Kedungkandang memiliki potensi untuk memenuhi harapan dan cita-cita mereka serta menumbuhkan karakter yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Harapannya, program inspiratif ini dapat menjadi contoh bagi banyak komunitas lain selain Laskar Belajar yang ingin menciptakan perubahan yang positif dalam mewujudkan karakter holistik anak yang kuat.
Penulis : Tiara Wahyuni
Editor : Cahyani