Resensi Novel Dunia Anna
Saat Dunia Tahun 2082
Oleh : Khusnul Hasanah
Judul Buku : Dunia Anna
Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : Irwan Syahrir
Tebal : 244 halaman
Penerbit/cetakan : Mizan/Cetakan II, November 2014
Novel karya Jostein Gaarder ini berkisah tentang seorang remaja bernama Anna yang resah dengan kondisi dunia di masa yang akan datang. Keresahannya muncul ketika dia dan keluarganya berkunjung ke gunung saat perayaan natal dan tahun baru. Saat itu, Anna yang telah berusia 10 tahun melihat ada yang berbeda dari gunung tersebut. Tidak ada salju yang menyelimuti gunung seperti dulu, walau suhunya cukup rendah. Dalam perjalanan ia mendengar orang-orang berbicara tentang pemanasan global, ia menyadari bahwa dunia yang dihuninya sedang mengalami kerusakan. Bahkan rusa kutub mulai menyerbu desa untuk mencari makan. Saat Anna dan keluarganya melewati sebuah danau, Anna memandang lapisan danau yang bening, dibawahnya terdapat bangkai tikus dan hamster, padahal sepengetahuannya hamster dan tikus dapat bertahan hidup saat musim dingin di pohon-pohon hutan. Ia mulai menyadari bahwa cerita indah itu akan berakhir.
Anna yang sejak kecil suka berimajinasi diajak oleh ibunya menemui seorang psikolog karena Anna semakin aneh dengan imajinasinya. Psikolog tersebut bernama Dokter Benjamin. Anna menceritakan semuanya pada dokter Benjamin mengenai. Ia menceritakan tentang pemanasan global dan dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Ia juga bercerita tentang mimpinya selama ini, mimpi yang seperti nyata. Dokter Benjamin mengatakan bahwa Anna tidak memiliki kelainan apapun, bahkan mengatakan apabila Anna memiliki imajinasi tinggi yang mampu membayangkan diri Anna pada sesuatu yang tidak dialaminya sendiri. Anna pun merasa nyaman dengan dokter Benjamin, karena Anna menganggap bahwa dokter Benjamin adalah teman ngobrol yang baik tentang segala keresahannya selama ini. Dan dokter Benjamin menyarankan Anna untuk membuat komunitas peduli lingkungan.
6 tahun kemudian dan 2 hari lagi adalah hari ulang tahun Anna. Ia diberi hadiah cincin tua oleh sang bibi. Ketika mengenakan cincin tersebut, Anna bermimpi menjadi seorang anak berusia 16 tahun bernama Nova. Nova adalah cicit Anna yang hidup di tahun 2082. Nova selalu mengamati berbagai kejadian kerusakan di bumi. Di ponselnya terdapat aplikasi yang dapat memberi pemberitahuan mengenai spesies spesies yang hilang. Banyak sekali spesies yang mulai punahseperti monyet, iguana, antilop, rusa kutub, jerapah, serta hewan pemakan daging juga terancam karena hewan pemakan rumput yang punah. Salah satu penyebab hilangnya spesies-spesies itu adalah pemanasan global.
Nova menyalakan layar lebar di langit-langit kamarnya, ia melihat gambar kutub yang biru oleh laut dan tidak ada satu es yang tersisa. Samudra Pasifik dan Samudra Hindia telah menghanyutkan beberapa pulau dan negara telah. Kuil, masjid, gereja hanya terlihat sisa-sisanya saja. Kemudian Nova menonton video yang diambil pada tanggal 12-12-12 ketika nenek buyutnya masih berusia 16 tahun. Ia melihat bumi masih baik-baik saja. Berbagai macam hewan dan tumbuhan yang sangat indah bahkan ia juga melihat terumbu karang bawah laut yang belum pernah dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Semua begitu menyenangkan. Ia mencari berbagai artikel di internet dan menemukan sebuah surat yang ditulis nenek buyutnya yaitu Anna pada tanggal 11-12-12 “Nova sayang, aku tidak tau bagaimana rupa dunia saat kau membaca surat ini. Tapi kau tau…” ia bingung, bagaimana bisa nenek buyutnya tau namanya. Saat itu, Anna menyadari kalau itu adalah mimpi namun dia tetap melanjutkan mimpinya untuk melihat bagaimana dunia pada waktu itu.
Anna sebagai nenek buyut Nova ingin bercerita pada Nova tentang burung-burung yang berterbangan tapi Nova marah pada nenek buyutnya karena Nova tak menginginkan Anna bercerita tentang itu semua karena cerita-cerita itu tidak akan mengembalikan keadaan yang telah hilang. Nova memarahi Anna, meminta Anna mengembalikan apa yang telah hilang dari permukaan bumi ini. Kemudian Anna berkata bahwa ia akan membicarakannya dengan orang-orang pada zaman dulu untuk memperbaiki dunia.
Pada saat Nova hidup di tahun 2082, pom bensin telah lama kehilangan fungsinya karena minyak bumi telah dihabiskan oleh generasi sebelum Nova, orang-orang justru menggunakan hewan seperti unta untuk berpergian. Saat Anna terbangun ia menyadari bahwa minyak bumi terlalu banyak diekspoiltasi oleh generasinya, banyak orang mengantri untuk ke pom bensin. Motor dibiarkan menyala sehingga menambah gas karbon di udara sementara bensin akan cepat habis. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak orang telah menghambur-hamburkan minyak bumi dan merusak bumi. Negara penghasil minyak telah mengeluarkan hasil minyak buminya hanya untuk memperkaya dirinya sendiri dengan dalih bahwa eksploitasi minyak bumi dapat mengentaskan kemiskinan. Begitu pula dengan pembangunan yang dapat mengurangi jumlah pohon dan beberapa spesies serangga kehilangan rumahnya. Hal ini disadari Anna saat ibunya hendak membuat kolam renang dibelakang rumahnya.
Anna menceritakan semua mimpinya pada Jonas. Saat Anna terbangun seolah mendapatkan sebuah kesempatan untuk memperbaiki dunia sebelum cucunya mengusirnya ke hutan. Seluruh mimpinya itu berasal dari cincin yang dikenakannya 2 hari sebelum tanggal ulang tahunnya pada 12-12-12. Cincin itu berusia ratusan tahun milik nenek buyutnya yang didapat dari tante Sunniva yang menikah dengan seorang pedagang karpet persia. Cincin itu diyakini milik Aladin, cerita aladin dari kisah 1001 mimpi, itulah mungkin yang membuat Anna bermimpi demikian. Pada tanggal 11-12-12 Anna menuliskan surat elektronik yang ia upload di blog.
“Sebagaimana konsekuensi yang penting kamu lebih banyak tahu daripada aku. Es di Greenland dan lautan Atlantik menyusut. Perburuan sumber cadangan minyak dan gas yang baru dimulai. Para politisi berkata bahwa kita harus mencari minyak sampai tetes terakhir karena dunia membutuhkan energi lagi. Dunia membutuhkan minyak dan gas untuk mengentaskan kemiskinan, kata mereka. Tapi mereka bohong. Mereka tau bahwa mereka tidak didorong oleh kepentingan orang miskin. Mereka tentu saja sadar bahwa pembakaran minyak dan batu bara yang dilakukan si kaya hanya akan memperparah kondisi si miskin. Perusahan-purusahaan kaya itu dan negara-negara kaya penghasil minyaklah yang memerlukan keuntungan lebih banyak. Terus lagi, lagi. Tidak ada niatan politis untuk tidak menyentuh cadangan minyak dan gas yang baru. Sayangnya, pada saat yang sama kami juga memperturutkan kehendak bersama yang serupa. Kami adalah generasi egois. Kami adalah generasi brutal. Sedikit sekali kesadaran bahwa generas-generasi sesudah kita juga akan memerlukan sebagian dari energi ini. Satu kata lagi yang jarang kami gunakan yaitu kata hemat. Tapi, kata seperti “ramah lingkungan” “netral carbon” dan bla bla bla, terus digunakan dikoran-koran dan dokumen-dokumen publik. Kita telah menciptakan sebauh bahasa, lebih tepatnya basa-basi, yang semakin tidak berhubungan dengan retitas fisik”. Kata Anna dalam suratnya.
Lalu bagaimana reaksi Jonas setelah mendengar cerita Anna? Apa yang mereka lakukan setelah mengetahui hal tersebut? Apa isi keseluruhan surat yang ditulis Anna dan untuk siapa Ia menulisnya? Apakah Anna akan berhasil menyelamatkan bumi dari kerusakan-kerusakan yang telah dilihatnya di masa depan? Kisah tersebut pastinya menyajikan hal-hal mengesankan untuk dibaca.
“Umat manusia dibumi tidak hidup secara bersamaan, seluruh manusia tidak hidup hanya dalam satu kurun waktu. Telah hidup manusia sebelum kita, kita yang hidup saat ini, dan generasi selanjutnya yang hidup setelah kita. Jadi, kita tidak boleh mewariskan bumi yang lebih buruk daripada saat kita tinggal. Disatu sisi kita generasi yang berhasil mengeksplore alam semesta, disisi lain kita adalah generasi pertama yang melakukan kerusakan alam yang serius. Sejak akhir 1700-an bahan bakar fosil telah menggoda kita untuk dieksploitasi. Jika seluruh cadangan minyak, batu bara dan gas bumi dipompa keluar dan disebarkan ke atmosfer, mungkin peradaban kita tidak akan bertahan”, ungkap salah satu artikel Anna.
Dari novel ini Jostein Gaarder mengajak para pembacanya untuk sadar akan kondisi lingkungan saat ini, bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja dan telah mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan karena ulah kita sendiri. Jostein Gaarder tak hanya mengajak para pembacanya sadar tapi juga peduli akan upaya-upaya dalam menjaga lingkungan sebab bumi tempat kita tinggal bukan semata-mata hanya untuk generasi kita saja tapi untuk generasi sebelum kita dan generasi setelah kita. Jika kita merusak bumi maka generasi setelah kita lah yang akan mendapatkan imbasnya.