Pemimpin Suka Baca Komik?

Wakil presiden yang baru telah menjadi sorotan khusus belakangan ini, terutama pada aspek unik yang menarik perhatian. Sorotan tersebut terjadi akibat beredarnya video lama yang menyatakan bahwa sang wakil presiden tidak gemar membaca buku. Dalam video tersebut, sang wakil presiden mengungkapkan, bahwa buku yang menjadi bahan bacaan hanya komik atau berita ringan. Beliau juga menyatakan, bahwa tidak ada kebiasaan membaca di dalam rumah. Hal itu tentunya menjadi bahan perbincangan warganet, mengingat rendahnya minat baca di Indonesia.

Data yang ada menunjukkan, bahwa minat baca di Indonesia masih sangat rendah. UNESCO menyebut bahwa indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001%. Hal itu berarti dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab utama rendahnya minat baca di Indonesia, seperti tidak ada kebiasaan membaca sejak dini, kurangnya akses terhadap buku yang berkualitas, hingga pergeseran preferensi membaca ke konten visual. Selain itu, perhatian masyarakat terhadap pendidikan literasi sejak dini juga masih minim, sehingga membentuk kebiasaan baca yang lemah.

Kebiasaan membaca memiliki pengaruh yang besar dalam beberapa aspek. Ketika membaca, otak dituntut untuk berpikir, menganalisis berbagai masalah, mencari jalan keluar atau solusi masalah, hingga mendapat informasi-informasi baru. Membaca dapat melatih otak untuk berpikir kritis dan menambah wawasan baru. Berdasarkan hal tersebut, tentunya wajar banyak yang mempertanyakan kualitas sang pemimpin baru yang hanya menyukai bacaan komik.

Buku fiksi seperti komik sering dianggap sebagai bacaan yang kurang serius atau sebatas bahan hiburan dibandingkan dengan buku non-fiksi. Namun, buku fiksi seperti komik memiliki potensi besar untuk meningkatkan minat baca seseorang. Komik dapat memancing rasa ingin tau, terutama bagi orang yang menyukai media visual. Selain itu, alur cerita komik juga dapat menyampaikan pesan moral, sosial, dan politik yang penting. Komik dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperkenalkan ataupun menumbuhkan minat baca di masyarakat.

Minat baca dapat menunjukkan keinginan seseorang untuk terus belajar hal baru dan memahami berbagai perspektif yang ada. Bacaan ringan seperti komik dapat meningkatkan imajinasi, mengasah kreativitas, hingga memperkuat daya ingat seseorang. Maka dari itu, kualitas kepemimpinan seseorang tidak dapat dilihat dari jenis bacaannya saja, tapi juga harus memperhatikan aspek-aspek lain. Adanya sosok pemimpin dengan kegemaran membaca komik dapat menjadi contoh baru untuk meningkatkan minat baca di Indonesia.

Kenyataan dengan dipimpin oleh sosok yang memiliki kegemaran yang cenderung “kurang wah” untuk seorang wakil presiden, menimbulkan berbagai kekhawatiran masyarakat. Menyikapi hal ini, kita perlu menggunakan cara pandang yang berbeda, terutama terhadap jenis bacaan seseorang. Publik cenderung memiliki persepsi yang kurang bagus terhadap jenis bacaan ringan seperti komik. Pada dasarnya, kualitas pemimpin harus dinilai berdasarkan visi, misi, kinerja, serta interaksi pemimpin di masyarakat, tidak hanya fokus pada satu aspek saja.

Kualitas kepemimpinan seorang pemimpin tidak dapat dinilai hanya oleh satu aspek, seperti jenis bacaan yang dibaca. Akan tetapi, kualitas kepemimpinan dapat dinilai dari cara menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari bacaan tersebut. Membaca komik tidak membuat kualitas seorang pemimpin turun, tetapi justru membaca komik dapat meningkatkan imajinasi dan mengasah kreativitas seseorang. Melalui kegemaran wakil presiden dalam membaca komik mungkin dapat memiliki berbagai solusi dalam menghadapi masalah bangsa serta memiliki pandangan yang lebih luas.

Minat baca terhadap segala jenis bacaan menjadi modal yang penting di tengah rendahnya minat baca di Indonesia. Memiliki pemimpin yang gemar membaca komik, bisa menjadi kunci untuk meningkatkan minat baca di masyarakat dan membuka ruang bagi berbagai bentuk bacaan. Kita harus siap dipimpin oleh seseorang yang mungkin jauh berbeda dari harapan. Akan tetapi, kita harus tetap memiliki kepercayaan akan kualitas serta visi dan misi yang dapat memajukan Indonesia.

 

Penulis: Aizurahma Zaikir Narilla

Editor: Zhafira Tinara Ananda Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com