FOOD NOT BOMBS

Oleh : Desi Fitri Fajar Utami

Makan merupakan sebuah kebutuhan bagi seluruh umat manusia, merupakan kebutuhan pokok, paling utama bagi seluruh masyarakat. Demi makan manusia akan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Entah itu mencari dengan cara halal atau-pun tidak.

Sangat miris sekali jika sekarang kita manusia- manusia yang masih bisa makan enak bahkan tiap hari makan enak, kalau tidak enak tidak mau makan. Melihat masih ada orang –orang yang busung lapar atau mati kelaparan. Kita hanya bertanya- tanya bagaimana bisa itu terjadi? Apa mereka tidak memiliki uang? Atau tidak memiliki akses pangan? Pertanyaan ini hanya menjadi refleksi kepedulian manusia yang mengetahui realita kelaparan itu. Tidak ada solusi lain selain tetap membiarkan mereka perlahan mati kelaparan.

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi kelaparan itu? Mereka mati karena lapar, mereka lapar karena tidak ada makanan, mereka tidak punya makanan karena mereka tidak punya uang. Masalah sebenarnya adalah “uang”. Kenapa harus uang yang menjadi masalah?

Padahal kita semua tahu makanan itu berasal dari tanah sedangkan tanah ini merupakan milik negara dan akan digunakan sebaik- baiknya untuk kesejahteraan masyarakat. Tapi bagaimana dengan realita yang ada?? Masih ada busung lapar dan mati karena kelaparan. Tuhan menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan makhluk yang mendiaminya, Tuhan menciptakan makhluk terutama manusia yang mempunyai akal untuk dapat dengan bijak memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Kadang manusia sendiri lupa, manusia dibutakan oleh uang.
Kalau lagi – lagi membahas soal uang. Kesenjangan di negara bahkan di dunia ini sangat lebar. Manusia yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin.

Makanan yang seharusnya menjadi hak bagi setiap manusia yang menginjakkan kaki di bumi, malah dijadikan lahan keuntungan bagi masyarakat tertentu yang pintar memanfaatkan kesempatan. Makanan dijadikan dagangan, makanan menjadi alat tukar uang yang sangat menguntungkan. Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa perekonomian juga bertumpu pada sektor pertanian dan pangan. Tapi tidak semua orang memahami bahwa masih ada saudara kita di luar sana yang masih mengalami busung lapar dan bahkan mati kelaparan.

Adanya kelaparan ini juga dipicu adanya kenaikan bahan pangan yang lagi- lagi diatur oleh masyarakat tertentu ( sebut saja “tengkulak” ). Mereka ini adalah manusia paling kejam di dunia, mereka secara tidak langsung menjadi pembunuh masal manusia- manusia lain yang tidak dapat membeli bahan pangan karena harga pangan yang naik. Mereka menaikkan bahan pangan seenak udelnya, alasan momen lebaran lah atau tahun baru atau musim paceklik ( kalau ini bisa dimaklumi ). Para tengkulak akan membeli barang pokok seperti beras, cabai, bawang merah dsb dari petani dengan harga yang sangat murah dan menjualnya dengan harga yang cukup memberinya banyak keuntungan. Hal ini sangat merugikan banyak petani di negeri ini. Dengan permainan yang ada kadang pemerintah malah tidak mau ambil pusing, pemerintah akan mengimpor bahan pokok tersebut. Membeli bahan pokok yang sama dengan harga yang murah dan dijualnya di dalam negeri dengan harga murah yang dapat dinikmati dan menjadi pilihan masyarakat. Adanya impor bahan pokok ini akan sangat membuat petani dalam negeri terpuruk. Seperti yang terjadi di Nganjuk ( 5-8-2015 ), para petani turun kejalan untuk mengadakan demo dan menuntut pemerintahan kabupaten nganjuk untuk menyelamatkan harga bawang merah yang sangat rendah bahkan petani tidak dapat mengembalikan modal sama sekali malah merugi. Di pasaran sendiri harga bawang merah lokal kalah bersaing karena adanya bawang merah impor yang banyak beredar di masyarakat. Hal ini merupakan suatu pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia.

Pemerintah mencanangkan Swasembada Pangan, tetapi pada realita yang ada pemerintah tidak dapat mempertanggungjawabkan hasil panen petani lokal saat panen bawang merah. Malah pemerintah memudahkan mengimpor bahan pangan. Hal ini jangan sampai membuat para petani lokal sakit hati dan tidak akan menanam bahan pangan lagi. Hal ini justru akan berdampak buruk bagi negara kedepan, karena hanya mengandalkan impor bahan pangan. Padahal dengan sumberdaya alam yang melimpah, Indonesia seharusnya menjadi pengekspor bahan pangan terbesar di dunia. Tetapi ini sangat berbeda dengan kenyataannya. Jangan sampai lahan pertanian yang menjadi lahan tumbuh tanaman bahan pangan menjadi lahan gedung perkantoran, pabrik atau perumahan. Jika semua lahan pertanian berubah fungsi, manusia kedepan tidak akan pernah bisa menikmati bahan pangan yang berasal dari nutrisi dalam tanah. Bayangkan! semua makanan berasal dari organisme yang sudah dimodifikasi secara genetik.

Makanan bukan ancaman yang harus ditakuti. FOOD NOT BOMBS! Semua kembali pada persepsi manusia itu sendiri. Mari berbagi makanan tanpa memikirkan keuntungan, mari berbagi tanpa mengharap imbalan.

FOOD NOT BOMBS sendiri adalah kelompok – kelompok aktivis yang membagikan makanan gratis untuk orang miskin atau orang yang tidak mampu membeli makanan. Kelompok ini sudah banyak berdiri dengan berbagai macam nama kelompok. Selain mengampanyekan anti-kemiskinan, mereka juga bertujuan untuk menciptakan tatanan kehidupan manusia non-kekerasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com