Kemunduran Waktu Tanam Padi dan Ancaman Peningkatan Harga Beras di Bulan-Bulan Pesta
Kemunduran waktu penanaman padi di Indonesia menjadi isu yang memerlukan perhatian serius. Menteri Pertanian, Andi Amran, mengungkapkan bahwa masalah ini timbul akibat El Nino. Seperti yang kita ketahui, El Nino merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi akibat peningkatan suhu sehingga memicu kekeringan di beberapa daerah terdampak seperti Indonesia. Fenomena ini memunculkan masalah baru pada sektor pertanian yaitu mundurnya jadwal penanaman padi 1-2 bulan yang seharusnya dilaksanakan pada bulan Agustus menjadi bulan November. Kondisi lahan pada bulan Agustus sedikit kering dikarenakan intensitas terjadinya hujan menurun sehingga tidak memungkinkan padi ditanam pada bulan tersebut. Kemunduran ini tentunya akan diikuti dengan panen raya yang seharusnya terjadi pada bulan Maret tertunda hingga bulan April-Mei.
Kondisi ini tentunya memunculkan keresahan masyarakat terhadap stok pangan di Indonesia. Menurut berita yang ada, Kepala Badan Nasional Arief Prasetyo Adi menegaskan walaupun panen raya mengalami kemunduran, hal ini tidak akan berpengaruh besar terhadap stok pangan dikarenakan Badan Urusan Logistik (BULOG) masih mempunyai stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga panen raya pada bulan April yaitu lebih dari 1 juta ton. Jumlah ini masih ditambah hasil impor dan produksi dalam negeri yang berhasil melakukan penanaman lebih awal sehingga dapat panen pada bulan Maret. Kabar tersebut memberikan harapan bahwa stok pangan di Indonesia dapat mencukupi, atau mungkin tidak. Kabar yang diberikan masih memunculkan pertanyaan, apakah keresahan masyarakat dapat berkurang mengingat kebutuhan pangan akan meningkat pada bulan-bulan ‘pesta’ di awal tahun 2024 mendatang?
Melihat kalender 2024, awal tahun ini terdapat event dan perayaan hari raya yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu berdekatan. Kegiatan diawali dengan pesta demokrasi dimana seluruh rakyat Indonesia akan memilih calon pemimpin baru negeri ini pada bulan Februari mendatang, diikuti semarak bulan puasa Ramadhan pada bulan Maret, serta Hari Raya Idul Fitri pada awal bulan April 2024. Stok beras memang masih tersedia, namun mengingat banyaknya kebutuhan pada bulan tersebut, apakah stoknya benar-benar cukup? Bukankah hal ini akan berpengaruh terhadap semakin meningkatnya harga beras di pasar?
Menyinggung terhadap harga beras, memang kenaikan harga sudah dirasakan oleh masyarakat sejak akhir tahun 2023. Beberapa kasus yang ditemukan terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur dimana harga beras mengalami peningkatan dalam selang waktu yang hanya sebentar. Warga mengaku harga beras 1 Kg seminggu yang lalu berkisar Rp14.700,00 kemudian naik menjadi Rp 16.500,00 pada minggu selanjutnya. Kenaikan harga beras tersebut juga diikuti oleh kenaikan harga produk pertanian lain seperti kentang. Direktur Utama Perum BULOG, Bayu Krisnamurthi, memperkirakan bahwa harga beras pada awal tahun 2024 memang belum bisa diturunkan menjadi harga normal. Beberapa faktor yang melatarbelakangi hal tersebut diantaranya produksi beras yang belum pulih akibat fenomena El Nino sehingga panen raya mengalami kemunduran dari target yang telah ditetapkan, harga pupuk yang ada di pasaran cukup tinggi, serta kebijakan negara yang belum membuat (harga) pasar dunia tidak turun.
Menurut berita yang ada, Jokowi mengatakan bahwa kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di seluruh negara yang mengalami perubahan iklim dan fenomena El Nino. Masalah serius lainnya adalah negara yang juga merasakan dampak El Nino memberhentikan kegiatan ekspor beras untuk mencukupi cadangan pangan negaranya sendiri sehingga terjadi guncangan harga beras. Naiknya harga beras tentu memberatkan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
El Nino bukan hanya fenomena alam biasa, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang nyata. Kenaikan harga beras menjadi sentral dalam perbincangan ini, mengingat perlunya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bersamaan dengan diselenggarakannya event-event yang mengharuskan masyarakat memperbanyak stok yang ada. Masyarakat mengharapkan tindakan pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan jangka panjang dan mengembalikan harga beras di pasar pada harga normal.
Penulis: Dhiya Shofy
Editor: Danendra Reza