Perubahan Kebijakan Magang Tuai Kekecewaan Mahasiswa FP UB

Perubahan sistem magang reguler maupun MBKM menjadi magang mandiri sesuai dengan surat edaran (SE) rektor dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran dan melindungi para mahasiswa dari paparan Covid-19

Seluruh mahasiswa magang FP beserta orang tua/wali menghadiri audiensi yang diadakan oleh FP UB yang membahas mengenai koordinasi pencegahan dan penanganan Covid-19 pada mahasiswa magang. Audiensi dilakukan pada kamis (1/7) melalui aplikasi video conference zoom yang dimulai sejak pukul 13.30 WIB, dengan diawali oleh sambutan Dekan FP UB, Pak Dr.Ir. Damanhuri, MS. Kemudian, dilanjutkan oleh Pak Dr. Sujarwo, SP., MP selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bu Dr. Riyanti Isaskar, SP., M.Si dan Koordinator Operasional Satgas Covid-19 UB, Bu dr Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri.

Dalam audiensi ditunjukkan SE rektor yang berisi “Perkuliahan Tahun Akademik 2021/2022 dilakukan secara daring. Perkuliahan dimaksud meliputi proses belajar mengajar, bimbingan, kuliah kerja/praktik lapangan, magang, ujian Tugas Akhir, dan/atau bentuk kegiatan terkait perkuliahan lainnya.”

Sehingga pihak FP sepakat mengubah seluruh sistem magang menjadi magang mandiri. Kebijakan ini dilakukan karena tingginya lonjakan Covid-19 serta banyaknya variasi dari Covid-19 yang tidak dapat diremehkan. “Bagi mahasiswa baik regular maupun MBKM, yang telah melakukan magang maupun akan melakukan magang, berdasarkan SE rektor dan PPKM darurat, maka seluruh agenda magang diubah menjadi magang mandiri, bagi mahasiswa yang berada jauh dari tempat tinggal asal akan dipulangkan,” Ujar Sujarwo.

Kebijakan ini tentu menimbulkan respon dari orang tua maupun mahasiswa. Salah satunya Monica yang mengungkapkan bahwa dirinya telah menyiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan magang di instansi seperti masker, vitamin, dan lain sebagainya. Ia sangat menyayangkan jika magang tahun ini juga dilakukan secara daring karena kenyatannya mereka (mahasiswa) akan nongkrong atau keluar rumah untuk melepas stres. Selain itu, para orang tua/wali juga telah mengeluarkan banyak biaya untuk mempersiapkan kegiatan magang bagi anak-anaknya.

Mengenai hal tersebut, Riyanti angkat bicara, “Bapak/ibu kami dengan sangat menyesal menyampaikan ini, kami tidak ingin ini terjadi. Jika memang bapak/ibu telah mengeluarkan uang banyak tidak lebih penting daripada kesehatan anak didik (mahasiswa) kami semua. Karena kasus melonjaknya Covid-19, kami tidak ingin anak-anak (para mahasiswa) terpapar. Dengan adanya kebijakan ini tidak banyak mahasiswa yang akan terpapar,” Jelas Riyanti.

Bukan hanya Monica, Nina juga mengajukan pertanyaan tentang kegiatan magang mandiri yang nantinya akan menyediakan alat dan bahan sendiri, tidak menutup kemungkinan untuk kontak dengan orang lain ketika melakukan transaksi karena dalam skala RT saja juga sangat beresiko. Kini giliran dr. Ayunda menanggapi pertanyaan tersebut, “Jika interaksi jual beli bisa kita upayakan tanpa banyak tatap muka, saya rasa bisa, seperti beli online, atau pre order dan tinggal ambil,”

Selain membahas mengenai kegiatan magang, audiensi tersebut juga menjelaskan bagaimana skema isolasi mandiri jika telah melakukan tes dan dinyatakan positif. “Hal ini perlu kita ketahui, sehingga penularan Covid-19 dapat diminimalisir, jikalau terpapar jangan ragu untuk melapor pada pihak yang berwenang karena tindakan tersebut akan menyelamatkan banyak orang” Ungkap dr. Ayunda

Penulis dan Editor : Shanti Ruri Pratiwi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com