Untuk 22 Tahun Hilangnya Widji Thukul
Jika Kami dan Penguasa
Oleh : Fitrotun Nisa
Jika kami bungkam, kami malu
Jika kami diam, kami layaknya batu
Karena penguasa yang berbelok arah
Apa tidak boleh kami marah?
Jika penguasa masih menutup mulut
Rakyat lapar mengikat perut
Jika penguasa tak mau dengar
Hati nurani kami tek henti bergetar
Suara rakyat yang dibuang
Perkataan penguasa jadi yang paling terang
Tidak boleh ada yang membantah
Padahal darah rakyat bersimbah
Jika kami lantang berbicara
Maka ada kebenaran yang telah tiada
Namun kami harus hati-hati
Hasilnya bisa jadi tubuh yang mati
Kritik dan usul yang tak pernah sampai
Bertaruh nyawa hanya untuk berbicara
Namun kebenaran harus pada tempatnya
Jika penguasa masih menutup mata dan telinga
Kami luncurkan kalimat ‘melawan’ padanya
RIWAYAT
Oleh : Manusia Lembah
Aku telah lahir
Aku terlahir dimana demokrasi telah dikhianati
Aku terlahir di mana sawah sudah jadi bangunan, Banyak petani disemen kakinya
Aku terlahir dimana laut sudah diuruk jadi daratan
Aku terlahir dimana hutan sudah jadi pabrik korporasi
Kemudian Aku hidup
Aku hidup dengan menghirup asap asap polusi
Aku hidup dengan janji janji dan omong kosong politisi
Aku hidup dengan harga harga yang melambung tinggi
Hingga akhirnya tak terbeli dan aku mati
Aku telah mati
Ketika sajak sajak-ku telah menyurakan keresahan yang sudah lama kami pendam didalam hati
Aku mati dimana semua sudah maha chaos
Sajak yang Bersuara
Oleh Shanti Ruri Pratiwi
Ketidakadilan merajalela
Meresahkan, menyengsarakan
Suara kami dibungkam
Tindakan kami dikecam
Kehidupan kami diancam
Kami ingin memberontak
Dalam diam
Hanya sajak-sajak yang dapat kami haturkan
Karena hanya sajak yang dapat bersuara