Berkibarnya Bendera Palestina dan Gerakan Brawijaya Stand for Peace and Humanity
Pembukaan Rangkaian Acara Jelajah Almamater Universitas Brawijaya (RAJA Brawijaya) tahun 2024 sedikit berbeda dengan tahun lalu. Di luar konsep acara yang memang meriah, satu hal yang menarik perhatian ialah lautan bendera palestina yang dikibarkan beriringan dengan bendera merah putih oleh mahasiswa baru.
Pengibaran ini dilakukan beriringan dengan penampilan Aradhana 62 yang menyanyikan lagu berjudul “Heal the World” karya Michael Jackson, kemudian jingle Universitas Brawijaya dilantunkan bersama dengan ajakan master of ceremony. Bersamaan dengan itu terdapat pembacaan monolog tentang perdamaian dunia serta konflik yang belakangan ini terjadi dalam skala dunia.
Muhammad Zaki Ibrahim selaku Ketua Pelaksana RAJA Brawijaya 2024 berkata bahwa acara tahun ini diisi dengan selebrasi perdamaian dunia yaitu Brawijaya Stand for Peace and Humanity dengan mengangkat kebebasan Palestina.
Muhammad Faiq Fedayeen selaku wakil ketua pelaksana 2 media dan kemitraan Raja Brawijaya 2024 dalam wawancarannya (12/8/2024) menjelaskan tentang maksud perdamaian yang diusung. Aksi gerakan selebrasi perdamaian ini sejalan dengan nama angkatan yang diusung yakni Aradhana, yang memiliki arti perdamaian. Perdamaian yang dimaksud adalah menyebarkan perdamaian ke seluruh dunia dengan ditandai oleh pengibaran bendera merah putih serta bendera palestina.
“Ini juga ada kaitannya dengan nama Aradhana 62, dimana Aradhana itu berartikan perdamaian, dimana kita akan menyebarkan perdamaian ke seluruh dunia,” terang Faiq.
Faiq juga menerangkan bahwa aksi perdamaian ini tak sebatas hanya pada selebrasi pengibaran bendera. Botol plastik yang digunakan oleh mahasiswa baru untuk berwudhu juga akan dikumpulkan dan dijual. Uang hasil dari penjualan botol bekas tersebut akan didonasikan kepada penduduk Palestina.
Hasil donasi akan disalurkan melalui lembaga yang bekerjasama dengan rektorat. Terkait transparansi dana akan dipublikasikan secara internal untuk mahasiswa Universitas Brawijaya, terang Faiq.
“Terkait publikasinya, mungkin akan disampaikan melalui lingkungan masyarakat, lebih baiknya lingkungan mahasiswa UB saja,” jawab Faiq kepada reporter.
Sejalan dengan Faiq, Liya Agustita selaku Koordinator Divisi Humas berharap adanya selebrasi perdamaian ini akan berdampak positif kepada mahasiswa. Universitas Brawijaya dapat menjadi pelopor untuk menyuarakan isu perdamaian dunia sehingga diharapkan agar kampus lain turut menyuarakan isu perdamaian.
“Pastinya tentang perdamaian, ya. Karena seperti yang dibilang Mas Faiq, kita juga ingin menjadi salah satu kampus pelopor yang menyuarakan isu perdamaian. sehingga kampus kampus lain bisa mengikuti,” jelas Liya pada rekan media (12/8/2024).
Selebrasi dan tema perdamaian yang diangkat mendapat respon positif, baik mahasiswa baru maupun mahasiswa lama. Salah satu mahasiswa baru menjelaskan bahwa pengibaran bendera palestina merupakan langkah yang bagus karena dengan berkibarnya bendera Palestina ini, Universitas Brawijaya ikut serta dalam mendukung saudara kita yang tengah berjuang disana.
Sejalan dengan hal tersebut, Nugi, mahasiswa Fakultas Hukum sekaligus aktivis dari UB Student for Justice in Palestine (UBSJP) juga memberikan apresiasi kepada pihak kampus yang telah berani tampil beda dengan mengibarkan bendera Palestina dan Indonesia di acara pengenalan kampus. Aktivitas ini memaknai bahwa Universitas Brawijaya peduli dengan penderitaan yang dialami penduduk palestina serta menolak genosida dari Israel.
Selain itu, Nugi juga menjelaskan bahwa aksi ini akan berdampak luas terhadap mahasiswa. Beberapa mahasiswa yang kurang peka terhadap isu palestina akan lebih mengetahui terkait gerakan ini.
“Lebih berdampak ke mahasiswa baru, kenapa kita harus bela Palestina, kenapa kita harus menyuarakan Palestina di kampus ini (UB), juga berdampak pada teman teman BEM dan sebagainya. Intinya berdampak luas,” ujarnya.
Nugi berharap, mahasiswa berperan dalam menyuarakan isu palestina. Peran sederhana berupa penggalangan donasi sudah cukup berarti. Upaya berupa menyebarkan berita juga mampu menggugah rasa empati dari khalayak umum. Selain dua hal tersebut, peran yang dapat diambil adalah dengan menyelenggarakan aksi mahasiswa secara langsung maupun melalui media sosial.
Penulis: Raditya Mandala dan Dhiya Shofy
Editor: Danendra Reza