Dosen Pembimbing Skripsi: Memilih atau Dipilih?
Bagi mahasiswa tingkat menengah ke atas, dosen pembimbing menjadi salah satu hal yang penting dalam penyusunan skripsi. Akan tetapi, jika dosen pembimbing tidak sesuai dengan bidang yang diinginkan, maka dapat menjadi hambatan kedepannya. Biasanya, mahasiswa akan memiliki banyak keluhan karena merasa tidak sesuai dengan bidangnya. Belum lama ini, surat keputusan tentang Pengangkatan Dosen Pembimbing Tugas Akhir (Skripsi) bagi Mahasiswa Angkatan 2022 Departemen Sosial Ekonomi Pertanian telah dikeluarkan. Hal itu menjadi informasi yang mengejutkan, apalagi tidak ada pendataan terlebih dahulu. Dosen pembimbing sebaiknya memilih sendiri atau ditentukan dari pihak fakultas? Terkait hal itu, mari kita simak bagaimana tanggapan mahasiswa Universitas Brawijaya.
Intan – Mahasiswi Agribisnis 2022
“Dosen pembimbing sebaiknya memilih sendiri ya, kalau ditentuin itu seperti hoki-hokian. Pastinya dosen pembimbing kan memengaruhi pembahasan skripsi, takutnya enggak sesuai sama minat kita. Semisal kita minat dibidang A, eh, ternyata dosen pembimbing kita dibidang B. Walaupun gitu, semisal kita milih dosen pembimbing sendiri, takutnya enggak rata antara dosen satu sama dosen lain. Mungkin bisa bikin batas kuota untuk dosen pembimbing. Menurutku sih, pihak fakultas udah bikin seleksi dari nilai-nilai kita, jadi udah dipilihin dosen pembimbing yang sesuai kemampuan.”
Razzaq – Mahasiswa Agribisnis 2022
“Dosen pembimbing menurutku memilih sendiri. Dosen pembimbing kalau udah dipilihkan, takutnya kita enggak jadi ngerjain topik sesuai minat. Akhirnya, banyak keluhan tentang topik yang diambil karena ngerasa enggak sesuai.”
Elen – Mahasiswi Perpajakan 2022
“Menurutku, dosen pembimbing kita memilih sendiri, tapi untuk bagian laboratorium aja. Nah, untuk selanjutnya, dosen pembimbing bisa dipilihkan pihak fakultas. Kalau gitu, dosen pembimbing jadi sesuai sama bidang yang bakal kita pilih.”
Ratri – Mahasiswi Agribisnis 2021
“Aku lebih seneng kalau memilih dosen pembimbing sendiri. Dosen pembimbing kalau milih sendiri, jadinya bisa milih yang sesuai sama kita. Paling penting sih, pilih yang ramah dan fast respon.”
Dinda – Mahasiswi Agroekoteknologi 2022
“Kalau aku sejujurnya lebih setuju mahasiswa memilih dosen pembimbing sendiri. Setiap dosen pembimbing tentunya punya keahlian dibidang yang beda, jadi mahasiswa bisa menyesuaikan dosen pembimbing seusai penelitiannya. Jadi, mahasiswa juga dapat dosen pembimbing yang udah ahli dibidangnya.”
Afifah – Mahasiswi Agribisnis 2022
“Menurutku, dari awal seharusnya mahasiswa memilih sendiri topik untuk tugas akhir. Lalu, baru dipilihkan dosen pembimbing yang sesuai sama topik tadi. Walaupun cara itu diterapin, menurutku pihak fakultas bakal kerja double dan lama karena mahasiswa juga banyak yang masih bimbang. Menurutku, dipilihnya dosen pembimbing oleh pihak fakultas udah cukup karena kita bisa menyesuaikan untuk mata kuliah dan topik nantinya. Jadi, dipilihnya dosen pembimbing mempermudah kita sebagai mahasiswa. Semisal emang ada mahasiswa yang udah punya topik skripsi, tapi ternyata dosen pembimbingnya enggak sesuai, mungkin bisa izin untuk ganti dosen pembimbing.”
April – Mahasiswi Agribisnis 2022
“Menurutku dosen pembimbing sebaiknya memilih sendiri, sih. Dari temen-temenku, banyak yang kurang cocok sama bidang dosen pembimbingnya. Semisal kita cocok untuk penelitian bidang A, ternyata dapat dosen pembimbing bidang B. Takutnya itu bisa jadi hambatan penyusunan skripsi nanti. Semisal sebelumnya ada pendataan dosen pembimbing, sebaiknya ada skala prioritas per bidang penelitian dan transkrip nilai. Jadi, nanti disesuaikan, apa kapasitas mahasiswa memang seusai dibidang yang dipilih.”
Nadhira – Mahasiswi Agribisnis 2020
“Kalau menurutku, dosen pembimbing tetap dipilih pihak fakultas, tapi didasari oleh pendataan dan penyerahan proposal dulu. Semisal mahasiswa bikin proposal tema atau topik tertentu. Setelah itu, baru dipilih dosen pembimbing yang cocok sama tema atau topik itu.”
Mayoritas mahasiswa berpendapat bahwa mereka sebaiknya memilih dosen pembimbing sendiri agar sesuai dengan minat dan topik penelitian mereka. Mereka khawatir bahwa jika dosen pembimbing dipilihkan oleh fakultas, hal ini bisa menyebabkan ketidaksesuaian bidang dan menghambat penyusunan skripsi. Beberapa mahasiswa menyarankan adanya kombinasi, di mana mahasiswa memilih topik atau laboratorium sendiri, kemudian fakultas menyeleksi dosen pembimbing yang sesuai berdasarkan proposal topik. Ada juga yang mengusulkan batas kuota untuk dosen pembimbing agar beban kerja dosen lebih merata. Penggunaan transkrip nilai untuk menetapkan prioritas dalam pemilihan dosen pembimbing juga cukup penting.
Penulis: Aizurahma Zaikir
Editor: Danendra Reza