Eco Enzyme: Cairan Ajaib Solusi Ancaman Food Waste

Sampah yang tak ada habisnya menjadi sebuah polemik di masyarakat. Dan negara ini menjadi salah satu negara yang masih kesulitan dalam menangani masalah sampah yang tiada habisnya. Definisi sampah menurut UU no18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah, sampah merupakan bahan sisa yang dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak memiliki nilai ekonomis jika tidak melalui proses tambahan. Berdasarkan data yang disajikan oleh SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional) menunjukkan bahwa timbunan sampah selama 2021 sendiri sebanyak 28,695,435.96 ton/tahun. komposisi sampah didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 30,2% kemudian disusul oleh sampah plastik sebanyak 15,6%. Untuk sumber sampah sendiri kebanyakan berasal dari sampah rumah tangga dengan persentase 40,8%. Di Indonesia sendiri masih minim akan pengelolaan sampah menjadi barang yang dapat digunakan kembali, terutama sampah sisa makanan.

Grafik Komposisi Sampah terbagi 2 yaitu Grafik Komposisi Sampah berdasarkan Jenis Sampah dan Grafik Komposisi Sampah berdasarkan Sumber Sampah. Grafik Komposisi Sampah dibawah ini adalah Tahun 2021. Sumber: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

Rendahnya perhatian akan ancaman food waste menjadikannya sebagai penyumbang jenis sampah tertinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2017 menjelaskan bahwa food waste menjadi permasalah yang krusial bagi sebuah negara. Indonesia sendiri menjadi penyumbang food waste terbesar kedua setalah Arab Saudi, yaitu sekitar 300 kg tiap individu (CIMSA UI, 2020). Jika dibiarkan begitu saja, food waste bisa menjadi sebuah malapetaka bagi keberlangsungan hidup manusia. Food waste menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya pemanasan global dan efek rumah kaca. Selain itu, food waste juga akan berdampak pada sector sosial, dimana menjadi sebuah poin yang menyebabkan ketimpangan sosial berupa derita kelaparan yang terjadi diberbagai negara.

Dalam pengelolaannya, sampah organik dan anorganik membutuhkan perlakuan yang berbeda. Sampah anorganik terdiri atas bahan-bahan sintetis yang sulit atau tidak dapat didegradasi oleh mikroba. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen (Dewi, 2021). Sampah jenis ini mudah diuraikan atau didegradasi oleh mikroorganisme. Pengolahan sampah organik biasanya dilakukan dengan membuat kompos untuk pupuk organik.

Eco enzyme, yang dapat juga disebut garbage enzyme yang merupakan cairan yang dihasilkan dari hasil fermentasi sampah dapur. Eco Enzyme merupakan hasil penelitian yang ditemukan oleh Dr. Rasukon Poompanvong dari Thailand lebih dari 30 tahun yang lalu. Dr. Rasukon secara aktif meneliti bagaimana mengolah sisa bahan dapur/ sampah organik yang tidak berguna menjadi enzIm ramah lingkungan yang sangat bermanfaat. Eco Enzyme merupakan solusi yang kompleks diproduksi oleh fermentasi sampah organik segar (buah dan sayuran segar), gula merah atau molase dan air (Nazim & Meera, 2015). Manfaat dari cairan eco enzyme ini sendiri adalah dapat digunakan sebagai bahan pencuci piring, penyegar udara, penyiram tanaman, disinfektan, sebagai cairan pembersih lantai, dan cairan pembersih baju.

Bagaimana eco enzyme dapat menurunkan pemanasan global?

Eco Enzyme diklaim mampu melepaskan gas ozon (03) yang dapat mengurangi karbondioksida (CO2) di atmosfer yang membendung panas di awan. Sehingga, cairan itu secara tidak langsung akan mengurangi gas efek rumah kaca dan pemanasan global. Eco enzym juga mengubah amonia menjadi nitrat (NO3), hormon alami dan nutrisi untuk tanaman. Selain itu, cairan itu dapat mengubah CO2 menjadi karbonat (CO3) yang bermanfaat bagi tanaman laut dan kehidupan laut.

Dalam proses pembuatan Eco Enzyme terdapat 4 tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :

1.      Menyiapkan Alat dan Bahan Langkah awal dalam pembuatan larutan eco enzyme yakni menyiapkan sampah organik seperti kulit buah, sayur, gula merah, air, serta tempat penampung seperti botol plastik

2.      Membuat Perbandingan Langkah selanjutnya yakni membuat perbandingan bahan yang diperlukan dengan formula 1:3:10. Misalnya 100 gr gula merah : 300 gr kulit buah : 100 ml air

3.      Pencampuran dengan cara menuang semua bahan kedalam botol, bisa menggunakan blender untuk mencacah limbah, kemudian campur gula dan air pada botol

4.      Penyimpanan Simpan larutan eco enzyme ditempat sejuk dan biarkan selama 3 bulan

Daftar Pustaka:

CIMSA UI. 2020. Food Waste dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Dalam Food Waste dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan — CIMSA UI. Diakses pada tanggal 8 Juli 2022 pukul 16.20 WIB.

Dewi, D.M., 2021. Pelatihan Pembuatan Eco Enzyme Bersama Komunitas Eco Enzyme Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul), 1(1), pp.67-76.

Nazim, F., & Meera, V. (2015). Use of garbage enzyme as a low cost alternative method for treatment of greywater – A review. Journal of Environmental Science and Engineering.

SIPSN. 2021. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. Diakses pada tanggal 8 Juli 2022 pukul 15.00 WIB.

Penulis: Ryan Kharisma P.

Editor: Yuga Dwi

Sumber gambar utama: tokohkita.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com