Malang-Canopy. Rangkaian Acara Jelajah Almamater Brawijaya atau dikenal dengan Raja Brawijaya salah satu acara tahunan sebagai bentuk sambutan serta Pengenalan Kehidupan Kampus kepada Mahasiswa Baru (PK2MB) Universitas Brawijaya. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dihadiri secara serentak seluruh mahasiswa baru di GOR Pertamina, UB Sport Center maupun di Gedung Samantha Krida dan Aula Auditorium Fakultas Ilmu Komputer, tahun ini mahasiswa baru (maba) dapat dengan nyaman duduk di rumah menatap layar device masing-masing. Tentu, Raja Brawijaya tahun ini “terpaksa” dilakukan secara online guna mencegah penyebaran Covid-19 sehingga nama acara juga diberi tambahan kata online dibelakangnya. Terkait pelaksanaannya, panitia memanfaatkan platform zoom untuk rangkaian kegiatan serta google classroom untuk penugasan. Muncul pertanyaan, seberapa efektif sebenarnya pelaksanaan Raja Brawijaya jika dilakukan secara online?
Daffa Anzutama selaku Ketua Pelaksana Raja Brawijaya online 2020 saat kami wawancarai kemarin (20/9) menuturkan bahwa acara sudah berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai pula dengan tujuan pada buku Panduan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru 2020 yang dibuat Kementrian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud). Dirinya juga menuturkan mekansime yang diterapkan panitia guna memantau mahasiswa saat pelaksanaan Raja Brawijaya seperti wajib menyalakan kamera, presensi yang dilakukan secara berkala, dan juga pemberian tugas di setiap materinya.
Menurutnya terdapat perbedaan yang signifikan terkait pelaksanaan ospek offline dengan online, saat offline mereka hanya membuat konsepan dan teknis pelaksanaan saja, sedangkan saat online seperti sekarang ini mereka juga mempersiapkan hal terkait produksi seperti pembuatan video yang nantinya akan ditayangkan baik sebelum maupun saat pelaksanaan kegiatan ini. Daffa berharap maba mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan sebagai maba seperti pengenalan lingkungan kampus dan materi-materi yang substansial.
Alvaro sebagai salah satu mahasiswa baru Pendidikan Kedokteran mengungkapkan kesannya terkait pelaksanaan Raja Brawijaya tahun ini. Seperti halnya kebanyakan mahasiswa lain yang mengeluhkan masalah internet, ditambah dia yang tinggal di daerah yang bisa dibilang susah sinyal atau koneksi tidak stabil. Ia terpaksa harus naik sampai ke loteng rumah agar koneksi internet stabil ditambah lagi bantuan kuota internet dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang belum juga turun hingga saat berita ini ditulis (20/9). Ia juga mengungkapkan, dengan diadakannya Raja Brawijaya secara online terasa kurang berkesan dikarenakan tidak bisa bertemu langsung dengan maba lainnya. Jika bisa memilih, ia lebih memilih ospek offline karena dirasa lebih efektif karena bisa langsung mengenali lingkungan kampus dan bertemu teman seangkatan secara langsung.
Selain itu kami juga mewawancarai Nadhifa, salah satu mahasiswa baru Hubungan Internasional. Dirinya mengungkapkan pelaksanaan Raja Brawijaya online kurang terasa vibe-nya dan tidak terlalu memberi kesan yang mendalam baginya serta kurang memenuhi ekspektasinya yang berharap bisa berinteraksi langsung dengan peserta Raja Brawjaya. Sama halnya dengan Alvaro, ia cenderung memilih pelaksanaan Raja Brawijaya secara offline dikarenakan acara ini hanya sekali sehingga sangat disayangkan tidak bisa mengikutinya secara langsung. “Menurut saya, ospek online itu kurang efektif, saya lebih memilih ospek secara offline saja karena bonding dengan sesama mahasiswa secara nyata itu menurut saya penting.” Pungkasnya.
Setiap acara tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, tak terkecuali Raja Brawijaya tahun ini. Masalah internet yang juga masih menjadi kendala bagi beberapa maba dan masalah teknis lainnya. Kendati demikian, kerja keras dari panitia juga patut diapresiasi melihat ini merupakan pertama kali kegiatan ini dilaksanakan secara online.
Reporter : Hermawan Fibi dan Hanif Azhari
Editor : Shanti Ruri Pratiwi
Leave a Reply