Jewawut: Ketahanan Pangan yang Terlupakan

Berbagai tanaman yang diintroduksi dari luar negeri mampu berkembang secara baik di Indonesia. Seperti padi, dahulu berasal dari daerah perbatasan Barat Daya Tiongkok (dulunya Cina) Yung Nan – Bukit Asam India pada masa 7000 tahun SM. Hal tersebut dijelaskan rinci dibuku “Beras di Asia- Kisah Kehidupan Tujuh Petani” dari Unitwin UNESCO Project. Begitu juga Tebu yang asli berasal dari Papua Nugini ribuan tahun silam dan disebarluaskan melalui sistem tanam paksa Belanda. Diikuti jenis-jenis tebu baru dari Negara lain yang tumbuh dengan kualitas terbaik di Indonesia. Disini akan  dibahas berkaitan dengan komoditi yang hampir dilupakan, yaitu Jewawut atau Foxtail Millet. Ada yang pernah tahu? Atau baru mendengarnya?

Jewawut (Setaria italica) adalah sejenis sereal berbiji kecil dengan diameter sekitar 1 mm yang berkembang di Asia Tenggara. Dahulu, Indonesia membudidayakan jewawut, Wilayah yang mengembangkannya yaitu Sulawesi Barat, Pulau Buru, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Tengah. Umumnya Jewawut diolah menjadi tepung jewawut, bubur, dan dodol. Munculnya model pengembangan pangan baru yaitu beras mampu menggeser keberadaan pangan lokal dan puncaknya 1970-an pada Revolusi Hijau. Sehingga permintaan pasar yang rendah mendorong petani untuk meninggalkan jewawut. Kini, jewawut terkenal sebagai pakan burung.

Berdasarkan penelitian Jewawut memiliki nilai gizi yang cukup baik. Menurut Kementrian Pertanian Indonesia, nutrisi yang terdapat pada jewawut lebih baik dibanding jagung dan beras. Antara lain karbohidrat 84,2%, protein 10,7%, lemak 3,3%, dan serat 1,4%. Senyawa nitrilosida yang terkandung pada Jewawut berperan menghambat perkembangan sel kangker (anti kanker). Selain itu, dapat menurunkan resiko terkena penyakit jantung (serangan jantung, athericlerosis, stroke, dan hipertensi).

Galur jewawut yang dikoleksi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) kurang lebih sebanyak 20 galur. Sampai saat ini terdapat empat spesies yang dibudidayakan di dunia. Yaitu Pearl Jewawut, Foxtail Jewawut, Proso Jewawut, dan Finger Jewawaut. Foxtail Jewawut merupakan Jewawut lokal Indonesia yang mulai terkikis dengan Jewawut impor, sehingga penyelamatan sumber daya genetik mendatang perlu dilakukan. Padahal Jewawut berpotensi tinggi untuk mendukung diversifikasi pangan. Pengembangannya dapat didorong sebagai konsumsi harian masyarakat sehingga tidak bergantung pada satu komoditas pangan saja.

Reporter : Tri Raharjo
Infografis : Yashna Hafiza
Editor : Naila Nifda Amalia

One thought on “Jewawut: Ketahanan Pangan yang Terlupakan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com