Magang MBKM Agribisnis 2022 dan Problematikanya

Malang, CANOPY (1/5) ‒ Tidak semua program magang MBKM 2022 yang dilaksanakan di Program Studi Agribisnis bisa dinilai baik. Berbagai keluhan dirasakan mahasiswa mulai dari mitra yang tersedia, rumitnya pengajuan mitra secara mandiri hingga ketidakefektifaan hari kerja dari mitra MBKM.

Magang MBKM akan diadakan pada semester panjang, yang terdiri beberapa jenis MBKM. Pak Bayu dari tim MBKM menyebutkan bahwa jenis-jenis magang MBKM, yakni MBKM dengan mitra Dikti, mitra Dudi (mitra selain Dikti), dan mitra dari FP/UB.  Menurut beliau, dari ketiga jenis MBKM tersebut, masing- masing memiliki teknis yang cukup berbeda, Namun, pada intinya mahasiswa MBKM akan mendapatkan arahan baik dari dosen pembimbing maupun pembimbing lapang dari  masing-masing mitra.

“Program MBKM ini sangat bermanfat untuk banyak pihak, diantaranya peningkatan kualitas dan kompetensi mahasiswa, peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi, juga kualitas Perguruan Tinggi, dan peningkatan kualitas SDM di dunia kerja dan dunia bisnis,” tutur Pak Bayu dari Tim MBKM di FP UB.

Ramadhan Agung (Agribisnis 2019), yang diterima untuk magang di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur merasa sangat bersyukur atas diterimanya dalam program magang MBKM tersebut.

“Untuk kesulitan saya rasa tidak ada, mungkin di awal saat menentukan mata kuliah yang diambil untuk direkognisi ke dalam SKS karena saya sendiri belum tau job description saya ditempat magang, namun setelah berjalannya waktu pihak fakultas kembali melakukan evaluasi untuk mendata kembali mata kuliah yang diambil mahasiswa disesuaikan dengan kecocokan kegiatan yang dilakukan di tempat magang masing-masing,” ucapnya.

Ramadhan juga menambahkan “sebaiknya kedepannya yaitu pihak MBKM FP UB bisa menambah mitra magang lebih banyak lagi agar para mahasiswa bisa memilih dan memaksimalkan kuota bagi mereka yang berkeinginan mengikuti program MBKM magang ataupun MBKM lainya,” pungkasnya.

Lalu, Arif (Agribisnis 2019), yang juga diterima di tempat magang yang serupa memberikan saran dalam penyelenggaraan magang MBKM untuk menetapkan dosen pembimbing MBKM, karena tahun ini dosen pembimbing mahasiswa agribisnis yang magang didapatkan setelah mahasiswa mengikuti MBKM selama 2 bulan. Sehingga mahasiswa merasa terhambat dalam konsultasi terkait laporan dan pengumpulannya. Lalu, pada hari Sabtu dan Minggu mahasiswa magang kerap masuk, membuat mahasiswa akan kebingungan mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Mestinya hari Sabtu dan Minggu kegiatan diliburkan untuk mahasiswa menyusun laporan atau melakukan kegiatan bermanfaat lainnya.

Sedangkan menurut Vino (Agribisnis 2019), yang mengikuti magang reguler mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. Awalnya ia tertarik mengikuti program magang MBKM. Namun, Vino merasa kesulitan, dan mengaku telah mendaftarkan mitranya sebanyak 3 kali melalui google form namun tidak ada balasan, sehingga ia memutuskan untuk tidak mengikuti program tersebut.

“Alasan saya tidak memilih mitra yang tersedia karena mitra yang disediakan oleh FP berada jauh dari tempat tinggal saya, sehingga saya memutuskan untuk mengajukan mitra secara mandiri. Akan tetapi saya baru mengetahui setelah mengajukan mitra mahasiswa harus menghubungi dosen terkait. Sayangnya informasi tersebut tidak dicantumkan di google form, menyebabkan saya (dan mahasiswa lain -red) terlambat menghubungi dosen untuk diberikan surat. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti magang regular saja,” ujar Vino.

Reporter: Yuga Dwi.

Editor: Shanti Ruri P.

Gambar bersumber dari: lldikti10.ristekdikti.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com