Praktisi Hukum yang Peduli dengan Konservasi Lahan Pertanian Lewat Dunia Pendidikan

Foto: imarahmawati.wordpress.com
Dr. Bambang Sudjito, SH. ialah seorang praktisi hukum kelahiran Surabaya tahun 1952. Ia menempuh jenjang pendidikan strata-1 (S1) di Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga Surabaya, kemudian setelah lulus S1, ia langsung mengabdikan dirinya untuk Universitas Brawijaya (UB) Malang sebagai seorang dosen yang mengampu mata kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Perbandingan Hukum Pidana saat itu. Sebelumnya, Bambang juga pernah bekerja di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), namun akhirnya Bambang lebih fokus mengabdikan dirinya kepada UB.
Semenjak duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP), bambang sudah mulai tertarik akan lingkungan serta konservasi. Menurutnya, ilmu hukum tidak hanya persoalan hukum, namun ilmu yang lainnya berpengaruh untuk mengaplikasikan ilmu hukum tersebut termasuk pertanian. Kebijakan hukum itu selalu memayungi kebijakan teknis, maksudnya, aspek hukum itu selalu mewadahi segala aspek teknis konservasi, kita harus terlebih dahulu mengetahui aspek teknis sebelum diwadahi dalam aspek hukumnya, tutur Bambang.
“Masalah konservasi di Indonesia memang masih jauh dari sempurna” ujar Bambang, yang telah menyelesaikan program Magisternya (S2) pada tahun 2004 lalu. Menurutnya, peran pemerintah dalam membenahi kondisi alam di Indonesia ini masih sangat kurang, perangkat, fasilitas pendukung, sumberdaya manusianya masih sulit untuk dikembangkan, terkadang dalam aturannya bagus, namun dalam praktiknya masih kurang bagus karena masih banyak kepentingan kelembagaan yang saling tolak tarik serta masyarakat Indonesia yang kurang akan memiliki rasa kekayaan akan keanekaragaman hayati. “Lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali” tutur dosen yang pernah mengampu matakuliah Manajemen Produksi Benih tersebut, yang merasa bahwa Indonesia sudah terlambat dalam usaha memperbaiki alam ini, karena sudah banyaknya masalah konservasi yang belum terselesaikan.
Sikap kepeduliannya akan kondisi pertanian di Indonesia, sudah mulai ditunjukan lewat Tesis S2-nya yang membahas tentang lahan pertanian tebu untuk keberlanjutan industri gula di Jawa Timur. Pria berusia 62 tahun ini secara rinci menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Timur masih belum sadar terhadap pertanian tebu. Dosen FH yang telah menyelesaikan kuliah Doktorialnya 2013 lalu ini menyatakan “saya lebih memokuskan kepeduliannya terhadap konservasi lewat dunia pendidikan.” Pernyataan tersebut membuktikan kepeduliannya terhadap masalah konservasi lewat kajian-kajian yang pernah ia sampaikan pada perkuliahan. selain mengajar di Fakultas Hukum, Bambang juga mengajar di Fakultas pertanian (FP) dan Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Dosen pengampu mata kuliah Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan (TKSDL) ini pernah mengikuti beberapa organisasi lingkungan diantaranya sebagai anggota di Organisasi Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI) dan juga Masyarakat Agroforestri. Pria kelahiran Surabaya ini memang sangat menyukai kegiatan yang berkaitan dengan konservasi, khususnya dibidang pertanian. Salah satu contoh lainnya terkait kepeduliannya tentang lingkungan yaitu saat menyelesaikan program Doktorialnya yang mengambil judul disertasi “Kebijakan Formulasi Ketentuan Pidana Terkait dengan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan yang Berbasis pada Perlindungan Petani”. Ketika ditanya mengapa tertarik dengan konservasi ataupun dunia lingkungan alam, pria yang bertempat tinggal di jalan Sigura-gura ini menjawab, bahwa kita diciptakan untuk menjaga alam ini agar tidak rusak dan akhirnya punah, karena suatu saat hidup kita akan kembali kealam sekitar.
Harapan ia untuk masalah konservasi lingkungan terutama lahan pertanian ini ialah mengharapkan bahwa semuanya berasal dari diri kita sendiri untuk membuka wacana. “Janganlah ego akan keilmuan,”ujarnya. Maksudnya ego keilmuan ialah ilmu dari satu sisi saja, jangan hanya memikirkan ilmu yang sedang kita tekuni, tetapi baiknya kita harus mengetahui juga ilmu-ilmu lain yang berkaitan. “Selain ego keilmuan, janganlah kita ego sektoral, kita hanya memikirkan sektor yang terfokus dengan ilmu yang kita miliki saja, namun kita harus juga memikirkan sektor lainnya, karena semua sektorial yang ada di Indonesia ini sangat berkaitan tidak bisa bangun sendiri-sendiri,” tambah Bambang Sudjito.
“Harapan saya, ayo bangsa Indonesia bangkit, bersama-sama membangun Indonesia, hilangkan rasa ego,” ucapnya dengan mimik wajah bersemangat.
Diakhir sesi wawancara, dosen FH yang banyak mengoleksi buku-buku bacaan terkait konservasi lahan, air, maupun lingkungan ini berpesan bahwa “Siapa lagi yangpeduli kondisi kita, jika bukan kita sendiri, siapa lagi yang peduli pertanian jika bukan kita, karena negara Indonesia yang katanya negara agraris, jangan sampai kalah dengan negara industri, kita harus menjadi panutan untuk negara lain sebagai negara agraris.”