Meneguk Hangatnya Wedang Rempah di Situs Patirtaan Ngawonggo
Jika kalian ingin berwisata budaya sekaligus sambil menikmati minuman tradisional dan herbal sebaiknya kalian ke Situs Patritaan Ngawonggo. Situs berupa kolam pemandian yang sangat asri dengan banyak tumbuhan ini terletak di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.
Salah satu pemuda desa berumur 27 tahun bernama Rahmad Yasin merupakan seorang Juru Pelihara sekaligus sosok yang pertama kali menemukan Situs Purbakala ini menuturkan bahwa situs ini diperkirakan telah ada sejak zaman Kerajaan Medang pada masa kepemimpinan Mpu Sindok. Yasin juga mengatakan bahwa nama Desa Ngawonggo berasal dari kata “Kaswangga” yang termaktub dalam pancakahyangan Prasasti Wurandungan. Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa Kaswangga adalah sebuah desa yang menjadi sarana Kadewaguruan (kompleks pertapa yang dirancang secara khusus) di masa silam.
Ketika saya melangkah pada hari Minggu (5/7/2020) bersama sang Juru Pelihara menunjukan bahwa pada situs ini seharusnya ditemukan pahatan sembilan arca dan tulisan aksara jawa yang terbuat dari tanah padas yang kian hari kian terkikis oleh aktivitas alam. Namun dari kesembilan arca tersebut, sebagian sudah aus dan sulit dikenali. Hanya sebagian arca yang masih terlihat jelas bentuknya seperti arca Ganesha, Dewa Wisnu, dan Siwa. Lokasi pemandiannya terbagi menjadi 6 kolam berbeda yang semuanya terletak di tebing Sungai Manten. Kolam-kolam ini diperkirakan menjadi tempat pemandian suci bagi bangsawan sesuai dengan kastanya dari patirtaan 6 yang terletak paling atas sampai patirtaan 1.
“S debenarnya penduduk setempat telah mengetahui keberadaan pemandian purbakala ini sejak dulu, bahkan aktivitas warga seperti mandi dan mencuci pakaian dilakukan di tepi sungai manten disamping Situs ini, namun ketika itu belum ada yang mengekspos keberadaan peninggalan sejarah ini,” Jelas Yasin.
Situs yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata Kaswangga disingkat menjadi Pokdarwis Kaswangga dapat dijumpai berbagai jenis bambu seperti Bambu Rampal (Schizostachyum zollingeri), Bambu Petung (Dendrocalamus asper), Bambu Ori (Bambusa arundinacea), Bambu Apus (Gigantochloa apus), dan Bambu Kuning (Bambusa vulgaris).
Ketika keringat saya menetes dan mulai lelah melangkahkan kaki, kemudian saya menepikan diri di Warung Wedang Rempah bernama “Tomboan” untuk melepas dahaga. Di warung yang masih satu kompleks dengan Situs Patirtaan Ngawonggo ini menyajikan muniman khas tradisional dan herbal berasal dari rempah rempah seperti Jahe, Cengkeh, Pekak, Serai, Rosella, Jinten, Kembang lawang, Secang dan Moringa. Bahan bahan tersebut diracik menjadi beberapa minuman dengan berbagai menu.
Ketika saya bertanya kepada Abdullah Bilbas Rusdianto atau biasa disapa Abink salah salah satu Juru Racik di warung tersebut, “Menu favorit disini apa mas?”, Beliau sontak menjawab “Menu favorit disini yakni ada Wedang ngawonggo, Wedang abang, dan Wedang tomboan ijo”. Langsung saja saya memesan Wedang ngawonggo karena penasaran minuman yang mengandung nama desa ini.
Warung ini mulai dikenal terbukti melalui akun Instagram @tomboan_ memiliki pengikut hampir 3000, disini juga tersedia berbagai menu makanan vegan (berasal dari sayuran) dan , seperti Nasi jagung, Penyet terong, Sate tahu, Tahu tempe, Kuah santan, Kulupan babat sawah/ramban, dan Sambal uleg. Semua yang dihidangkan dimasak secara tradisional di pawon atau dalam bahasa Indonesia disebut dapur, semua bahan asli dari Desa Ngawonggo dan pastinya tanpa ada unsur hewani.
“Alasan disajikannya menu makan makan vegan ini adalah kami berkomitmen untuk tidak membunuh, maupun menggunakan/mengkonsumsi hewan. Termasuk terasi, susu, telur, dan produk hewani lainya,” Papar Abink
Pemuda berambut gimbal tersebut juga menuturkan bahwa tidak ada patokan harga untuk semua menu baik makanan dan minuman, silahkan bayar seikhlasnya ke kasir asih, kaya miskin sama saja semuanya bisa menikmati disini.
Abink juga menambahkan bahwa warung ini buka mulai pukul 09:00 – 20:00 WIB namun hari kamis libur, untuk rombongan minimal terdiri dari 4 orang. Jika ingin menikmati sajian makanan khusus harus reservasi terlebih dahulu melalui akun Instagram.
Saat sedang asyik mengobrol sambil meneguk wedang, datang seekor kucing bernama “Mboté” menjadi icon Warung Tomboan. Kucing tersebut memiliki warna putih, kaki cukup pendek dan sedikit gendut sehingga begitu menggemaskan. “Biasanya Mboté asyik bermain dengan para pengunjung dan biasanya tidur didekat perapian agar hangat “ papar Abink.
Abink menceritakan meskipun ditengah musim pandemi Situs Patirtaan Ngawonggo dan Warung Tomboan ramai disambangi para pengunjung dari Malang Raya. Mereka datang pagi hari biasanya para pesepeda yang berolahraga seringkali mampir kesini, untuk beristirahat sejenak atau berwisata di situs ini.
Penulis : Wikan Agung
Editor : Shanti R.P
Gambar diabadikan oleh Wikan Agung