Kembali Sapa Teman-Teman Maperta pada Program PMM Batch 4
Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau PMM merupakan salah satu program unggulan dari Kampus Merdeka kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi seluruh Indonesia selama satu semester. Program ini berjalan dengan harapan mahasiswa lebih memperkuat persatuan dalam keberagaman, mengasah kemampuan kepemimpinan, membangun jejaring, serta menjadi toleran berdasarkan kebinekaan. PMM batch 4 kali ini berbeda dari program PMM sebelumnya karena dilaksanakan pada semester genap dengan kuota 15.505 mahasiswa.
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa melalui program ini, seperti pengalaman baru dengan nilai-nilai kebinekaan, pertemanan lintas budaya dan adat istiadat, pengembangan soft skill, kesempatan mengambil mata kuliah diluar program studi yang tengah diambil, memperoleh nilai hasil pengakuan kredit mata kuliah dari Perguruan Tinggi (PT) asal hingga 20 SKS, mendapatkan e-sertifikat nasional, serta mendapatkan bantuan biaya penuh selama satu semester.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya berhasil mengirimkan beberapa mahasiswanya ke PT penerima yang berbeda di seluruh Indonesia. Pada kesempatan kali ini, LPM CANOPY diberi kesempatan untuk mewawancarai tiga mahasiswa yang berada di tiga universitas penerima yang berbeda yaitu Muhammad Ali Hanafiah Program Studi Agribisnis 2022 di Universitas Hasanudin, Sulawesi Selatan, Wildan Abdurochman Program Studi Agribisnis 2022 di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Papua Barat, dan Alfina Binti Khoirunisa Program Studi Agroekoteknologi 2022 di Universitas Andalas, Sumatera Barat.
Ketiga teman Maperta mengaku memiliki keraguan ketika mendaftar, mengingat mereka harus menyiapkan berbagai macam pemberkasan, seleksi yang panjang dan tidak mudah, ketakutan sulitnya beradaptasi di lingkungan yang baru, serta proses untuk konversi SKS nantinya. Namun, dengan motivasi yang kuat untuk belajar di universitas tujuan masing-masing serta dukungan penuh dari teman-teman, menguatkan hati mereka untuk mendaftar dan akhirnya diterima melalui program tersebut.
Banyak sekali suka dan duka yang dirasakan teman-teman Maperta selama menjalani perkuliahan. Ali berkata, “Program ini meenyenangkan karena kita diberikan kesempatan untuk bertemu banyak orang baru dengan latar dan pengalaman yang berbeda. Selain itu, kami mendapatkan sambutan yang hangat dan baik dari orang-orang disana, terutama mahasiswa PT penerima yang menerima kami sebagai tamu dengan baik. Namun, tak jarang merasa sedih karena harus meninggalkan Malang dan teman-teman disana, serta perlu beradaptasi di lingkungan dan budaya baru.”
Lingkungan baru tersebut mengajarkan teman-teman PMM untuk memiliki sikap toleransi dan memahami budaya dari suku berbeda yang tentunya akan sangat berkesan dan bemanfaat. Hal ini sesuai dengan slogan PMM yaitu ‘Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya’. Alfina berkata bahwa kesempatan untuk berkuliah di Sumatera mengajarkannya memahami lahan pertanian disana. Ia juga belajar mengenai cara penyebutan alat pertanian yang berbeda dengan di Pulau Jawa. Namun, terdapat duka yang dirasakan Alfina yaitu tidak bisa mengambil mata kuliah wajib di semester 4 dan perbedaan metode pembelajaran membuatnya takut merasa tertinggal dari teman-teman di Malang.
Daerah dengan budaya yang berbeda tentunya memberikan banyak kejutan bagi teman-teman Maperta. Fenomena tersebut sering kita dengar sebagai culture shock. Teman-teman Maperta sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru karena perbedaan bahasa dan gaya bahasa yang umum digunakan masyarakat disana, seperti mahasiswa Sumatera yang lebih sering menggunakan Bahasa Minang. Walaupun akan terjadi penyesuaian kedepannya, hal tersebut tetap menjadi perbedaan yang sulit untuk dihadapi sehingga yang dilakukan adalah membiasakan diri.
Ali dan Wildan juga sama-sama mengaku bahwa di daerah PT penerima mereka memiliki suhu yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Malang yang jauh lebih sejuk dan dingin. Culture shock lain yang dirasakan teman-teman Maperta adalah harga makanan dan barang-barang disana jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga di Pulau Jawa. Perbedaan waktu juga menjadi tantangan tersendiri karena harus menyesuaikan di daerah sekarang, lupa dan merasa kebingungan adalah makanan sehari-hari.
Membahas mengenai PMM, program ini memiliki satu mata kuliah wajib yang diberikan oleh Kemendikbud dengan beban 4 SKS serta dapat dikonversi ke program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mata kuliah tersebut adalah Modul Nusantara. Modul Nusantara merupakan rangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang 4 komponen diantaranya kebhinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial yang didesain melalui pembimbingan secara berurutan dan berulang. Modul ini bertujuan untuk mengenalkan kekayaan kebudayaan nusantara yang bersumber dari berbagai golongan, suku, ras, agama, dan kepercayaan.
Komponen Modul Nusantara yang pertama yaitu Kebinekaan. Mahasiswa akan terjun langsung ke lapangan dan diberikan materi secara langsung. Wildan menceritakan salah satu pengalamannya ke Pulau Matan, salah satu pulau cantik dan terkenal di Tanah Papua, tepatnya berada di Kabupaten Raja Ampat. Di sana, Wildan dijelaskan mengenai awal pengenalan pulau sampai seterkenal sekarang. Jadi, selain diajak berlibur, teman-teman PMM juga diajak untuk lebih mengenal daerah tersebut. Seperti kata Ali, “Bahasa kasarnya, kita jalan-jalan”.
Kedua yaitu inspirasi. Teman-teman PMM akan dipertemukan dengan tokoh-tokoh terkenal di daerah masing-masing dan diajarkan bagaimana menyesuaikan diri di daerah tersebut. Ketiga yaitu refleksi. Refleksi dilakukan dua minggu sekali untuk mendiskusikan sejauh mana program dilaksanakan dan sebagai ajang untuk merekatkan diri baik dengan tim Modul Nusantara maupun tim PMM. Terakhir, kontribusi sosial sebagai gerakan untuk menjalankan salah satu integral Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat dimana mahasiswa diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan mengajar, bersosialisasi, dan bakti sosial.
Konversi SKS menjadi salah satu tantangan yang sulit untuk dihadapi teman-teman Maperta, mengingat kurikulum pembelajaran yang berbeda antara PT asal dan PT penerima. Namun, dari pihak fakultas terutama Kaprodi memfasilitasi teman-teman PMM untuk berkonsultasi serta mengarahkan terkait pengambilan mata kuliah di PT penerima. Alfina berkata bahwa dalam konversi ini banyak mengalami kendala karena SKS yang ada di Program Studi Agroekoteknologi sangat berat dan perlu adanya komunikasi dengan DPA dan Kaprodi terkait hal tersebut. Namun, karena DPA belum ditentukan maka diarahkan pada KPS. Penyesuaian mata kuliah 6 SKS dilakukan dengan mengambil 2 matkul yang sesuai di PT penerima sehingga memenuhi syarat konversi. Kunci dari tantangan ini adalah kesabaran.
Kegiatan belajar mengajar di Universitas Brawijaya dan PT penerima teman-teman Maperta memiliki perbedaan walaupun tidak terlalu jauh. Wildan berkata bahwa yang membedakan adalah disini dosen lebih sering menjelaskan dan penjelasan yang diberikan sangat detail, sehingga mahasiswa lebih sering mendengarkan daripada mencari informasi. Namun, bukan berarti pendidikan dengan mencari informasi kurang sesuai. “Mahasiswa dapat bertukar informasi dan meningkatkan bonding baik dengan dosen maupun sesama mahasiswa utamanya teman-teman Unimuda,” imbuh Wildan.
Program PMM merupakan program yang harus dipertahankan karena memiliki banyak sekali manfaat bagi para mahasiswa di Indonesia. Belajar di tempat yang baru dan penuh berbedaan mampu meningkatkan rasa toleransi yang dimiliki oleh mahasiswa. Berbekal keinginan kuat untuk mengabdi dan meningkatkan kualitas diri, mahasiswa diterpa tantangan yang luar biasa selama satu semester di PT penerima. Seperti kata Alfina, “Menyesuaikan diri di tempat manapun berdampak pada dunia kerja yang kita tidak tahu akan ditempatkan di mana. Sehingga, harapan terbesar dari mengikuti program ini dapat melatih adaptasi di lingkungan yang baru. Mumpung masih mahasiswa, manfaatkan masa ini untuk mencoba hal baru.”
Terima kasih atas ketersediaan teman-teman Maperta telah berbagi cerita dengan LPM CANOPY dan selamat berdinamika di universitas masing-masing!
Narasumber:
- Muhammad Ali Hanafiah, Agribisnis (2022) – Universitas Hassanudin
- Wildan Abdurochman, Agribisnis (2022) – Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
- Alfina Binti Khoirunisa, Agroekoteknologi (2022) – Universitas Andalas
Penulis: Dhiya Shofy
Dokumentasi: Muhammad Ali, Wildan Abdurochman, dan Alfina Binti
Editor: Danendra Reza