Mengenang Korban Kekejian Aparat di 8 Mei Sebelum Reformasi : Tragedi Gatotkaca Moses dan Marsinah

Perjalanan dimasa itu untuk menuju terjadinya Reformasi memang penuh dengan lika-liku. Hampir seantero Indonesia memanas, demo terjadi di beberapa kota. Mulai dari kalangan mahasiswa, buruh dan masyarakat semua terlibat untuk menuntut penolakan Soeharto menjadi presiden kembali, penolakan kenaikan harga-harga, memperbaiki kondisi ekonomi negara dan mendesak untuk melakukan yang namanya reformasi.

Sudah tidak dapat dipungkiri, keotoriteran rezim Seoherto banyak menelan duka, keikutsertaan aparat selalu terjadi untuk memecahkan masalah perpolitikan pada masa itu. Berikut merupakan dua tradegi pilu dari kekejian aparat di tanggal 8 Mei, Tragedi Moses Gatotkaca dan Tragedi Marsinah yang sudah dirangkum oleh awak Canopy.

Tragedi Moses Gatotkaca

Demonstrasi sebelum pelengseran rezim Soeharto terjadi dihampir seantero negeri. Tak terkecuali di Kota Pelajar, Yogyakarta. Mahasiswa dari universitas di Yogyakarta turut ikut turun ke jalan dan menyuarakan tuntutannya. Bahkan dilansir dari beberapa media, demonstrasi mahasiswa di Yogya sempat diwarnai dengan pembakaran patung Soeharto, yang mungkin menjadi aksi yang nekat pada masa itu. 

Puncaknya terjadi pada 8 Mei 1998 di Jalan Gejayan, korban luka-luka tidak bisa dihindarkan. Aparat membabi buta, menindak siapapun yang terlibat dalam demonstrasi tersebut. Tak terkecuali yang dialami oleh Moses Gatotkaca. Hendak pergi selepas maghrib untuk mencari makan, melintasi daerah dekat dengan aksi demonstrasi, Moses Gatutkaca malah dianiaya oleh aparat lantaran dikira bagian dari massa demonstran.

Tubuh Moses yang merupakan mahasiswa Universitas Sanata Dharma itu ditemukan tergeletak penuh luka. Moses dinyatakan meninggal ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. Peristiwa yang sering dikenal dengan Peristiwa Gejayan ini, menyisihkan kesedihan yang mendalam dengan jatuhnya 1 korban.

Jalan Gejayan menjadi saksi bisu bagaimana ricuhnya pada masa dan hari itu hingga menelan korban. Guna mengenang tragedi Moses Gatotkaca, nama Moses Gatotkaca diabadikan sebagai nama jalan tepat disebelah selatan Kampus Universitas Sanata Dharma yang juga terhubung dengan Jalan Gejayan.

Tragedi Marsinah

Marsinah merupakan ikon perjuangan buruh hingga saat ini, lewat keberaniannya untuk memperjuangkan hak-hak buruh. Sosok Marsinah akan terus dikenang hingga esok, dan perjuangannya tak akan pernah dilupakan. Namun naas, keberaniannya harus dibungkam dengan kekejian dari aparat pada masa itu.

Tragedi itu bermula ketika Marsinah menjadi buruh di PT Catur Putera Surya (CPS) yang merupakan pabrik arloji di Porong, Jawa Timur. Problematika upah yang tidak semestinya diberikan oleh perusahaan, membuat Marsinah dan rekan-rekannya matang melakukan mogok kerja. Mereka juga membawa beberapa tuntutan, diantaranya:

  1. Kenaikan upah sesuai kebutuhan buruh
  2. Tunjangan cuti haid
  3. Asuransi kesehatan bagi buruh ditanggung perusahaan
  4. THR minta satu bulan gaji sesuai dengan himbauan pemerintah
  5. Uang makan ditambah
  6. Kenaikan uang transport
  7. Bubarkan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
  8. Tunjangan cuti hamil tepat waktu
  9. Upah karyawan baru disamakan dengan buruh yang sudah 1 tahun kerja
  10. Pengusaha dilarang melakukan mutasi, intimidasi, PHK karyawan yang menuntut haknya

Keterlibatan aparat militer sebagai mediasitor perselisihan antara buruh dan pengusaha membawa malapetaka bagi siapapun buruh yang kritis dan mencolok. Keterlibatan aparat ini tertulis dalam perangkat Surat Keputusan Bakorstanas No. 02/Satnas/XII/1990 dan Keputusan menteri Tenaga Kerja No. 342/men/1986.

Lewat negosiasi yang alot, seluruh tuntutan yang dibawa saat mogok kerja berhasil terpenuhi. Namun dihari para buruh melakukan aksinya, yang dianggap sebagai dalangnya mendapat panggilan dari Koramil Porong, Sidoarjo. Sebanyak 13 orang diminta untuk menandatangani surat pengunduran diri. PHK 13 orang ini tak dilakukan oleh pihak perushaan PT CPS melainkan dari Kodim Sidoarjo.

Mendengar kabar tersebut, Marsinah tidak terima. Marsinah segera merencanakan soal protes yang akan dilayangkan keesokan harinya. Namun, di malam itu juga  5 Mei 1993, menjadi terakhir kalinya Marsinah terlihat dalam keadaan hidup.

Marsinah ditemukan pada 8 Mei 1993 di sebuah gubuk dalam keadaan tidak bernyawa. Menurut hasil visum, Marsinah dianiaya dengan menggunakan benda tumpul dan mendapati luka serius di sekujur tubuhnya.

Misteri kematian Marsinah, berbuntut pada dipanggilnya 2 satpam dan 7 pimpinan PT CPS. Mereka mendapat siksaan dari aparat militer dan dipaksa untuk mengaku telah merencanakan pembunuhan Marsinah. Hingga saat ini, dalang utama dari pembunuhan Marsinah masih belum terungkap.

Kenangan pilu itu masih membekas hingga saat ini. Keberanian Marsinah harus tetap dikenang dengan baik. Marsinah akan tetap menjadi ikon perjuangan buruh hingga esok.

Penulis : Hanif Azhari

Editor : Shanti Ruri Pratiwi

Referensi

https://tirto.id/darah-tumpah-di-gejayan-dalam-aksi-mahasiswa-1998-fm8P

https://jogja.tribunnews.com/2019/09/23/kisah-jalan-moses-gatotkaca-gejayan-yogyakarta-yang-bersejarah

https://tirto.id/pembunuhan-buruh-marsinah-dan-riwayat-kekejian-aparat-orde-baru-cJSB

https://www.liputan6.com/news/read/3955844/belum-terkuaknya-misteri-kematian-marsinah-sang-buruh-wanita-pemberani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com