Merindu Lagi pada Danusan FP Sebelum Diterpa Makan Siang Gratis

Sebagai mahasiswa FP yang dicanangkan menjadi kunci ketahanan pangan masa depan memanglah berat. Diterpa tugas plus praktikum yang sangat menguras energi membuat kantuk, lemah, letih, lesu, dan lapar kerap datang menghampiri di jam perkuliahan. Solusi terampuh untuk menghilangkan permasalahan ini tidak lain dan tidak bukan adalah pengisian energi melalui jajan danusan. Perdanusan bagi Maperta yang super sibuk ini bak malaikat penyelamat dari kelaparan. Saat dirimu tak sempat sarapan, danusan siap sedia menyapamu untuk menawarkan jajanan risol mayo dan kawan-kawan.

Sayang seribu sayang, menjamurnya danusan sudah tak seperti semester ganjil lalu. Apabila kita me-refresh rajutan memori dan histori semester kemarin, kontestasi persaingan danusan FP UB berjalan panas dan sengit. Setiap sudut kelas serta area di FP bahkan benar-benar dikuasai jajanan danus. Perdanusan duniawi turut pula dimeriahkan dengan masifnya transaksi pundi-pundi rupiah, adu rayu penjual dan pembeli, lobi tipis-tipis antarpelaku untuk menguasai daerah teritorialnya, serta perencanaan strategi tempur dalam mencapai posisi market leader danusan. Bahkan perdanusan duniawi ini juga sempat menimbulkan huru-hara drama penyitaan danusan yang dianggap menimbulkan sampah dan merusak estetika.

Ying (bukan nama sebenarnya) merupakan salah satu mahasiswa pegiat danusan yang saat itu menjadi korban perampasan danusan. “Awalnya memang sebelumnya itu beberapa kali dari kita (pihak danusan) meninggalkan kardus-kardus besar, kan nyampah jadinya. Nah gara-gara itu kita ditegur satpam jangan danusan di Gedung Sentral. Terus kita disuruh pindah di area LKM tapi kurang jelas di area mananya. Akhirnya kita danusanlah di meja batu. Setelah kurang lebih 2 minggu eh kok ternyata danusan kita disita sama pihak fakultas bareng sama kepanitiaan yang lain. Kalau kepanitiaanku alhamdulillah cuma boxnya aja yang disita. Bahkan sampai sekarang boxnya belum diambil karena prosedurnya juga kurang jelas,” ujar Ying saat diwawancarai awak Canopy. Kemudian, situasi tersebut berangsur-angsur normal seperti sedia kala. Perlahan tapi pasti danusan dapat bergerilya kembali menjajakan makanan demi mencegah Maperta kelaparan meski ketidakjelasan perampasan tersebut sifatnya masih dipertanyakan. Sungguh dinamika yang luar biasa.

Setelah kurang lebih 4 minggu memasuki semester genap, kini saya sedikit kesulitan menemukan danusan. Bahkan kemarin ketika perut mulai kelaparan dan ingin membeli jajanan ringan di kantin FP nampaknya supply jajannya sudah habis tak tersisa diborong Maperta kelaparan. Padahal masih jam 10 pagi, hooh masih pagi banget. Karena saya tidak mau berlarut-larut dengan kelaparan, melipirlah langsung ke kantin fakultas sebelah hehehehe.

Melihat demand dan opportunity yang begitu besar untuk menguasai pangsa pasar danusan FP UB, Sebenarnya dalam kurun waktu seminggu sebelum memasuki bulan Ramadhan merupakan momentum danusan yang tepat untuk unjuk gigi. Sayangnya, sejauh mata memandang, eksistensi dari danusan sangat menurun drastis. Meski sempat menemui satu dua manusia berdanusan, namun sangatlah sulit untuk me-reach out people danusan tersebut.

Bagi kawan-kawan kepanitiaan atau apapun itu, melihat peluang emas kekosongan market leader dalam perdanusan duniawi, berikut merupakan kiat-kiat menjadi #1 dalam perang danusan.

  1. Siapkan Segera Strategi Jitu Danusan, Curi Start di Bulan Ramadhan

Seperti yang sudah saya katakan tadi, kekosongan market leader dalam dunia danus-mendanus ini jangan disia-siakan begitu saja. Siapkan strategi tempur terbaikmu! Sebenarnya kalian melewatkan momentum 1 minggu sebelum puasa. Namun tenang saja, tak ada kata terlambat dalam memulai. Mungkin nanti bisa saja muncul inovasi danusan menu sahur dan buka puasa plus sistem delivery order. Maperta yang super sibuk nugas dan ngelaprak pastinya butuh jasa Anda Braw! Pas juga dalam rangka bulan puasa, kapan lagi mencari berkah Ramadhan jalur danusan.

  1. Menuju Market Leader Danusan Pasca Lebaran

Semisal dari teman-teman kesulitan melakukan danus-mendanus di bulan Ramadhan, mau tidak mau harus memasak strategi jangka panjang untuk danusan pasca lebaran, let him cook Braw! Strategi ini bisa dengan pembaharuan inovasi produk, mencari supplier dengan harga miring yang bisa memorakporandakan danusan base lawan, menyediakan produk-produk yang secara visual membuat lapar mata, strategi pengambilan danusan ke vendor yang dilakukan lebih pagi dari para pesaing, strategi penguasaan lokasi danusan agar tak kalah saing dan sebagainya. Saya rasa setiap kepanitiaan ataupun organisasi sudah memikirkan grand design terbaiknya terkait hal ini. Kembali lagi kita lihat eksekusi lapangan yang akan menentukkan siapa sang pemimpin danusan FP 2024. Cuma alangkah lebih baiknya kembali jika bulan puasa ini dirimu sudah turun lapang terlebih dahulu. Siapa tau dengan memulai terlebih dahulu bisa mendongkrak popularitas danusanmu dan menjadi kunci di bursa perang danusan pasca lebaran, we never know about the future.

  1. Momentum Tepat Sebelum Terpaan Makan Siang Gratis

Kebijakan makan siang gratis kedepannya pastilah menjadi ancaman dan tantangan utama dalam pelaksanaan perdanusan duniawi. Saya pribadi semisal diberi opsi memilih membeli danusan atau antre makan siang gratis, ya sudah pasti meminang pilihan makan siang gratis dengan senang hati. Anggaran dananya saja sudah dicanangkan sebesar Rp 15.000,00 per manusia. Dana sebesar itu pastilah menu yang dihidangkan bisa dikatakan sangat bergizi bagi Maperta kelaparan. Lima belas ribu rupiah bila dibelanjakan dengan bijak sudah bisa membeli semangkuk soto dan air mineral dingin atau satu porsi ayam geprek beserta minum. Kongkrit sekali bukan mengancam perdanusan duniawi?

Dari rasionalisasi yang sudah dipaparkan di atas, rasanya saya benar-benar merindukan dinamika perdanusan duniawi. Pasalnya urgensi dan eksistensi danusan ini memberikan warna tersendiri untuk kehidupan kampus. Meski ya perlu ditekankan lagi kepada pihak-pihak pelaku danusan yakni “Sehat-sehat people danusan dengan segala huru-haranya”.

 

Penulis: Nisrina Marlita

Editor: Danendra Reza

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com