Bandotan (Ageratum conyzoides) : Tanaman yang Jarang Diketahui Manfaatnya
Tanaman yang biasa dikenal dengan Ageratum conyzoides atau Bandotan ini merupakan tanaman yang banyak tumbuh subur di daerah subtropis dan tropis seperti Indonesia. Tanaman bandotan sangat tidak disukai petani. Tanaman merupakan tanaman pengganggu utama. Alasan petani tidak menyukai tanaman bandotan karena bunga berwarna putih lembut dan mudah terbawa angin membuatnya lebih mudah menyebar dan memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat. Oleh karena itu, gulma ini sulit untuk diberantas. Namun bagi petani organik, bandotan justru bermanfaat sebagai pestisida tanaman. Caranya, pecahkan daun dan semprot tanaman dengan obat nyamuk (repellent) dan zat penghambat pertumbuhan serangga.
A. conyzoides banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati luka. Bahan aktif yang terkandung dalam kerang antara lain alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, dan terpenoid, yang memiliki efek antibakteri pada bakteri Gram-positif dan Gram-negatif yang menyebabkan luka terbuka. Bandotan banyak digunakan sebagai obat tradisional di daerah tropis dan subtropis, biasa dikenal dengan sebutan “Billy goat weeds” karena batang dan daun tanaman seluruhnya tertutup bulu halus berwarna putih (Singh et al., 2013).
Selain itu, bandotan juga dapat digunakan secara eksternal untuk penyembuhan luka, kusta dan bisul dan sebagai agen antihemorrhagic, antiseptik dan hemostatik (Dash & Murthy, 2011). Sedangkan secara internal sebagai diuretik dan antipiretik. Ekstrak air panas daunnya digunakan secara oral untuk mengobati cacingan, antispasmodik, dan untuk mengobati diabetes (Dash & Murthy, 2011) dan bagian akar tanaman digunakan untuk menurunkan demam (Hidayati & Harjono, 2017).
Daun A. conyzoides memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab kerusakan gigi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa daun bandotan mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan antrakuinon dengan efek antiinflamasi, insektisida, analgesik dan antibakteri (Melisa, 2017). Karena banyaknya khasiat yang luar biasa sebagai tanaman obat, maka tak heran jika bandotan ini banyak diperjual belikan, baik untuk diolah menjadi obat herbal maupun penelitian. Contohnya dapat kita temui pada e-commerce banyak yang menjual tanaman bandotan.
Referensi:
Dash, G. & Murthy, P., 2011. Wound Healing Effects of Ageratum conyzoides Linn. International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2(2).
Hidayati, A. & Harjono, 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Daun Babandotan (Ageratum conyzoides L) dalam Pelarut Etanol. Jurnal MIPA, 40(1), pp. 33- 38.
Melissa, Muchtaridi. 2017. Review: Senyawa Aktif Dan Manfaat Farmakologis Ageratum conyzoide. Journal Unpad Farmaka Suplemen. Vol 15 No 1:200-212.
Singh, S. et al., 2013. Ethnobotany, Phytochemistry and Pharmacology of Ageratum conyzoides Linn (Asteraceae). Journal of Medicinal Plants Research, 7(8).
Penulis : Ryan Kharisma
Editor : Shanti Ruri Pratiwi
Gambar bersumber dari dimebeneficios.com