Militansi : Kunci Hidup Matinya Organisasi

Ilustrasi oleh: Yuliastuti Yasmin
Bagi mereka yang telah lama menyelami kehidupan dalam suatu organisasi pasti ada hal menarik untuk dibicarakan. Ya memang organisasi itu bisa sebagai wadah diskusi dan berbagi. Mungkin kali ini saya akan membagikan sedikit pengalaman saya ketika bergelut di dunia organisasi yang memang masih minim juga pengalamannya. Apalagi kalau soal militansi, pastinya masih terlalu awam bagi saya untuk membahas hal tersebut. Tetapi tak apalah, namanya juga berbagi sedikit banyak tak akan jadi masalah asal berbagi dalam kebaikan tentunya.
Sebagai orang yang belum terlalu lama menyelami dunia organisasi dengan organisatorisnya, saya mendapatkan poin penting dimana militansi kader organisasi merupakan kunci penting dalam menjalankan roda organisasi. Setiap kader adalah sel dari suatu organisasi, jika sel tersebut hidup dan sehat maka dipastikan jaringan tersebut juga berfungsi dengan baik dan jika jaringan tersebut baik maka terbentuklah organ yang dapat berjalan sesuai perannya. Katakanlah kader organisasi adalah suatu sel, dan nyawa dari sel tersebut adalah jiwa militan, maka kita tak akan kekurangan kontribusi pemikiran dan tenaga untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dan jika saja banyak sel yang mati karena tidak mempunyai nyawa militansi, tentunya organ juga tidak dapat berfungsi dengan baik. Ruang-ruang diskusi harus dibuka kembali untuk membangkitkan semangat dan gairah yang akhirnya membawa kreatifitas dan tentunya untuk memenuhi kebutuhan sel agar tidak mati semakin cepat membelah.
Saya merasakan bahwa jiwa-jiwa militan tersebut kian hari kian tergerus zaman dan akhirnya mungkin hanya menjadi utopia-utopia yang tak lagi dihiraukan. Sungguh ironis ketika organisasi banyak kehilangan makna dari kata tersebut. Kata-kata yang membakar api semangat hanya mereka pekikkan dimulut saja, biar terlihat keren dan disangka aktivis. Mereka yang ada di dalam organisasi sekarang banyak dipenuhi oleh orang-orang pragmatis. Hanya ingin menumpang kebesaran dari suatu organisasi, ingin jabatan tinggi dan popularitas tapi minim karya. Program kerjapun juga warisan dari pendahulu mereka yang masih waras dan menginginkan kehidupan yang lebih baik tentu jika diimplementasikan dalam kehidupan sekarang sudah diragukan akan menjawab suatu permasalahan atau tidak. Niat untuk membangun kehidupan yang lebih baik menjadi pudar dan hanya tersisa sedikit dihati, karena mereka sibuk menikmati popularitasnya. Ya mungkin seiring berjalannya waktu program kerja hanya jadi formalitas saja untuk menunjukkan bahwa organisasi tersebut masih eksis.
Peduli setan mas soal militansi, kan yang penting punya jabatan tinggi dan popularitas. Selain itu juga saat jadi panitia bisa numpang foto dan lumanya bisa buat konten Whatsapp atau Instagram story. Kalau malam masih bisa ngopi, kencan sama pacar, bicara barang-barang mewah dan branded tentunya, program kerja organisasi jalan dan IPK masih juga aman. Sungguh hal yang berat untuk mencapai popularitas. Bahkan selebriti banyak yang mengeluarkan uang hanya demi popularitas. Popularitas itu penting, agar dikenal banyak orang untuk mendapatkan wanita juga tidak susah. Sudahlah jangan bawa paham usang itu di tempat obrolan kami. Maaf kami hanya menerima circle orang-orang yang keren dan hits.
Kontributor : Rahmanda Muhammad Sukmajati