Kisah Pemberontakan, dan Kritik untuk Diktator Proletarian

Resensi buku Animal Farm, George Orwell

Oleh: Alif nur Rizki

   Animal Farm, George Orwell.                Gambar: Google

Penerjemah: Prof. Bakdi Soemanto

Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih

Perancang sampul : Fahmi Ilmansyah

Pemeriksa aksara : Intan Ren

Penata aksara : Martin Buczer

Tahun terbit: Oktober, 2016

Penerbit: Bentang Pustaka

Tebal buku: iv+144 halaman

ISBN: 978-602-291-282-8

 

Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet. Dianugerahi Retro Hugo Award untuk novela terbaik (1996) dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.

 

Pada mulanya, saya tidak punya pengetahuan lebih soal George Orwell dan beberapa karya fenomenalnya. Selain iseng, dan sekedar hanya ingin tahu, buku ini adalah karya Orwell pertama yang tamat saya baca. Dari situ saya mulai membaca dan mencari tahu siapa Orwell dan bagaimana kehidupannya sehingga karya-karyanya bisa lahir. Konon, ia menulis di banyak tempat/ negara berbeda. Ia lihai melihat hal-hal lain, begitu juga“Animal Farm”. Menurut saya secara umum, buku ini bukan sekedar mengisahkan binatang-binatang yang hidup dalam peternakan, Orwell juga menitipkan kritik dalam novel alegori politiknya ini.

***

Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah tatanan di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri. Major adalah salah satu binatang yang telah hidup lama dalam peternakan milik Pak Jones, dan tahu hidupnya tak akan lama lagi. Ia lantas bercerita banyak hal malam itu.

Ia mulai bercerita banyak soal kebebasan yang mestinya menjadi hal yang mutlak didapatkan binatang. Binatangisme¸sebuah konsep dimana seharusnya hewan-hewan hidup merdeka dan hidup tanpa dicampuri oleh tangan manusia. Seharusnya, hewan-hewan memiliki hak untuk menentukan hak mereka sendiri. Tidak seperti apa yang terjadi, eksploitasi manusia terhadap hidup binatang dan hasil-hasil yang bisa dihasilkan binatang di peternakan. Telur, susu, bulu, daging dan apa saja, lalu setelah mereka tua, mereka harus rela mati dan berada di meja-meja makan para manusia.

“Sekarang kamerad, apa sih, sifat kehidupan kita? Mari kita hadapi: hidup kita ini sengsara, penuh kerja keras, dan pendek. Kita lahir, kita diberi begitu banyak makanan, sehingga menjaga nafas dalam tubuh kita, dan diantara kita yang mampu dipaksa kerja dengan seluruh kekuatan kita sampai atom terakhir kekuatan kita; dan segera setelah kegunaan kita berakhir, kita disembelih dengan cara yang keji. Tak seekor binatang pun di Inggris tahu arti hidup bahagia atau waktu senggang sesudah ia berusia satu tahun. Tidak ada satu ekor binatang pun di Inggris ini yang bebas. Hidup seekor binatang supersengsara dan penuh perbudakan: ini adalah kenyataan yang sebenar-benarnya” Major, halaman 5.

Sadar bahwa selama ini hidup dalam kesengsaraan, para binatang sepakat dengan semua yang disampaikan Major. Pemberontakan menjadi salah satu jalan keluar untuk mendapatkan kemerdekaan para binatang. Malam itu dan setelahnya, selepas mendengar harapan Major, biri-biri, ayam, kuda, sapi dan semua binatang sedikit menyadari kebenaran di balik perkataannya.

Namun tak lama kemudian, Major meninggal dunia karena usianya yang sudah tua. Harapan-harapan Major masih terngiang di benak beberapa hewan, khususnya oleh para babi yang bijak; Napoleon dan Snowball. Pekerjaan mengajar dan mengorganisir massa jatuh kepada dua babi cerdas itu. Mereka dan Squealer, seekor babi kecil yang gemuk mulai mengelaborasikan pemikiran-pemikiran Major dalam suatu sistem pemikiran yang komplet, yang selanjutnya diberi nama Binatangisme. Binatang-binatang di peternakan mulai melaksanakan pertemuan-pertemuan rutin dalam rencananya melakukan pemberontakan dan mengkudeta apa yang dinamakan pemerintahan oleh manusia, yang dianggap menghisap dan eksploitatif. Para binatang itu bahkan memiliki lagu kebangsaan sendiri; “Binatang Inggris” liriknya berisi harapan dan semangat Binatangisme yang mereka perjuangkan.

Tak lama setelah itu, pemberontakan benar-benar terjadi. Rencana menggulingkan pemerintahan manusia dilakukan dengan segala upaya dan usaha. Para binatang menamakan pemberontakan itu dengan “Perang Kandang Sapi”. Berkat peran pentingnya, Snowball dan Boxer, seekor kuda muda mendapat penghargaan seperti pada corak-corak militer dimanapun sebagai apresiasi kehidupan peperangan. Lalu Jones, pemilik peternakan dan anak buahnya dipaksa hengkang dari rumahnya. Kini segala hal di peternakan dijalankan oleh kepemimpinan Babi; hewan yang dianggap lebih jenius daripada yang lain.

 

Allegori Politik Kekuasaan

Snowball dan Napoleon memegang peran penting dalam menjalankan kehidupan peternakan yang tanpa campur tangan manusia. Meskipun kerap berbeda pandangan dalam beberapa hal, mereka punya keunggulan di masing-masing bidang. Mereka merubah plang peretenakan menjadi lebih berperikebinatangan; “Peternakan Binatang”. Tidak ada eksploitasi, dan lebih berperikebinatangan, setiap binatang bekerja sesuai kemampuannya dan mendapatkan sesuai yang bisa ia terima.

Disisi lain, beberapa penulis resensi buku banyak mengulas soal dualisme kepemimpinan yang dijalankan Snowball dan Napoleon. Namun, sosok Snowball lebih mencuat terlebih ia pandai berpidato dan gemar membaca buku. Salah satu yang pernah ia baca “Farmer and Stockbreeder”, tentang segala inovasi peternakan dan pengolaan pangan ternak, lumbung dan bagaimana memproduksi pangan secara mandiri mampu ia pahami, dan yang paling penting; pembangunan kincir angin. Dimana jika itu berhasil, binatang-binatang tak perlu bekerja lebih dan bisa menikmati listrik serta air hangat. Napoleon tak yakin rencana Snowball akan berhasil, karena pembangunan itu merupakan hal yang sulit, akhirnya pembahasan soal kincir angin ini kemudian menjadi kontroversi.

Puncaknya terjadi pada rapat mingguan; sebuah pertemuan rutin yang diikuti semua binatang dan dijalankan untuk menentukan langkah kedepan peternakan secara bersama-sama. Soal kincir angin, Napoleon menganggap ini omong kosong dan menganjurkan semua binatang tidak memberi dukungan terhadap pembangunan itu. Dengan nada menyalak, Snowball meraih perhatian untuk melakukan pembelaan; dan simpati seluruh binatang terbagi menjadi dua. Yang pada akhirnya Napoleon lebih unggul berkat dukungan para anjing-anjing yang setia melaksanakan perintahnya. Snowball terusir dan tidak medapatkan kabar apa-apa lagi; pahlawan pemberontakan itu hilang dan tidak muncul lagi. Peternakan binatang jatuh di tangan Napoleon.

Napoleon mulai mengubah beberapa kesepakatan dan peninggalan bersama yang dulu telah disepakati seluruh binatang. Soal 7 perintah binatang, dimana semua binatang adalah setara kemudian menjadi kondisi yang tidak jelas. Napoleon berhak tidur di ranjang, mendapat perlindungan anjing penjaga dan memutuskan segala keputusan peternakan sesuai keinginannya; karena dia satu-satu babi dewasa jenius yang tertinggal. Ia menjadi penguasa yang sesungguhnya. Ia mengharuskan para binatang menjalakan pembangunan kincir angin yang dulu ia tolak, pembatasan serta jatah ransum bagi setiap binatang dibahas ulang. Di saat-saat tertentu, Napoleon menjual hasil-hasil peternakan kepada manusia di peternakan tetangga, yang dahulu sebetulnya telah dilarang pasca pemberontakan. Doktrin “Kamerad Napoleon selalu benar” dan “Binatang harus kerja lebih keras lagi”perlahan ditanamkan. Pertemuan rutin ditiadakan, lagu kebangsaan dilarang dan lain sebagainya.

 

Kritik untuk Diktator Proletarian

Disinilah saya sedikit menangkap pesan yang coba disampaikan Orwell. Bahwa akan ada suatu keadaan dimana kekuasaan itu sungguh memabukkan, demokrasi dan kemerdekaan yang dahulu diagungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran dimana pemimpin selalu benar. Memang benar jika diibaratkan, pemberontakan telah melepaskan mereka dari sistem menindas menuju masyarakat tanpa kelas, dan revolusi kaum proletar berhasil mengambil alih sarana produksi. Namun kepemimpinan “Diktator Proletarian”, yang dalam MDH ini dikenal dengan munculnya kekuasaan-kekuasaan borjuis baru dari kelas proletar, yang bisa saja lebih menindas dari sebelumnya.

Sekurang-kurangnya saya membaca MDH, inilah yang kurang lebih bisa saya tangkap. Sebelumnya diawal tulisan telah sedikit disinggung bahwa Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet, yang pada saat itu juga sedikit tegang beberapa tokoh pentingnya seperti Stalin, Lenin dan juga Trotsky. Dalam novelnya ini, Orwell mengkritik Soviet, Stalin, dan segala intrik kaum Bolshevik di awal pembentukan Soviet pasca meninggalnya Lenin. Siapa yang tahu?

Terakhir, bagi saya buku ini cukup baik dari segi terjemahan ada beberapa penerjemah karya ini). Bagi pembaca setia novel klasik, ini bisa jadi buku pertama yang membuatmu mengenali Orwell dengan baik. Sekiranya banyak kekurangan, dengan senang hati saya menerima kritik dan saran pembaca sekalian. Selamat mencari dan membaca bukunya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com