Partisipasi Mahasiswa Difabel pada Raja Brawijaya Online 2020
Malang-Canopy (21/9). Universitas Brawijaya sejak bulan maret lalu telah melakukan perkuliahan secara daring sebagai bentuk pencegahan naiknya angka positif Covid-19 sehingga kegiatan belajar mengajar dapat tetap berlangsung. Begitu pula dengan kegiatan ospek yang diselenggarakan tahun ini, Raja Brawijaya 2020 diselenggarakan secara daring. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya, tak terkecuali maba difabel. Terdapat 15 maba difabel yang diterima untuk tahun ini dan ikut serta dalam Raja Brawijaya 2020.
Pada pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pendampingan untuk maba difabel oleh pihak PSLD atas permintaan dari pihak panitia. PSLD merupakan singkatan dari Pusat Studi dan Layanan Disabilitas yang memberikan layanan bagi penyandang disabilitas. Pihak panitia tidak melakukan pendampingan maba difabel secara langsung dan lebih fokus kepada maba tuna rungu karena kegiatan ini diselenggrakan secara daring dalam bentuk video. “Untuk pendampingan langsung dari panitia tidak bisa dilakukan, karena teman-teman difabel berasal dari berbagai daerah. Pendampingan teman-teman difabel lainnya dipegang oleh PSLD. Hal ini karena panitia lebih fokus kepada teman-teman tuli mengingat Raja Brawijaya tahun ini disiarkan dalam bentuk video,” tutur perwakilan Humas Raja Brawijaya 2020.
Pelaksanaan Raja Brawijaya secara daring ternyata dapat membantu maba difabel untuk penyandang disabilitas tertentu, contohnya tuna daksa karena mereka tidak kesulitan untuk mobilitas saat ospek. Namun untuk maba tuna rungu dan tuna netra menemukan kesulitan meskipun sudah diberikan pendampingan. Ziadatul Hikmiah yang merupakan anggota Divisi Pelayanan PSLD mengatakan, “Dilaksanakannya Raja Brawijaya dengan sistem online dapat membantu maba difabel atau tidak itu tergantung jenis disabilitasnya. Dapat memudahkan untuk tuna daksa dan pengguna kursi roda karena mereka tidak kesulitan untuk mobilitas, mencari pendamping, dan keluar rumah. Sedangkan maba tuna rungu membutuhkan komunikasi yang intensif juga dapat terhambat karena kendala jaringan. Kesulitan yang dialami maba tuna netra adalah ketika apa yang ditampilkan secara online tidak dapat terbaca di layar mereka.”
Meskipun demikian maba difabel merasa senang dapat berpartisipasi dalam Raja Brawijaya 2020. Bentuk pendampingan untuk maba tuna rungu, dengan adanya Juru Bahasa Isyarat, mereka merasa sangat terbantu untuk memahami materi yang sedang disampaikan. Sama seperti maba yang lainnya mereka juga mendapat penugasan berupa materi di Google Classrrom. Maba difabel berharap dengan adanya partisipasi mereka pada Rabraw 2020 mereka dapat tetap menjalin hubungan baik dengan panitia layaknya kakak yang dapat membimbing dan mengarahkan adik-adiknya menjadi mahasiswa yang baik.
Reporter : Fitrotun Nisa dan Yuliastuti Yasmin
Editor : Shanti Ruri Pratiwi