Review Dua Karya Laut Bercerita
Identitas Buku
Judul : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (Kpg)
Tahun Terbit : Oktober 2017
Jumlah Halaman : 378 Hlm
ISBN : 978-602-424-694-5
Identitas Film
Judul : The Sea Speaks His Name
Sutradara : Pritagita Arianegara
Pemeran : Reza Rahardian, Ayushita, Dian Sastrowardoyo, Tio Pakusadewo dan lain-lain
Durasi : 30 Menit
Lengkap sudah akhirnya saya me-review 2 karya apik ini, buku berjudul “Laut Bercerita” dan film pendek yang diadaptasi dari buku ini berjudul “The Sea Speaks His Name”. Lebih dari setahun saya menyelesaikan bukunya. Buku ini menjadi buku berlatarbelakang sejarah indonesia pertama yang saya habiskan, serta mengantarkan ke buku-buku serupa lainnya. Sedangkan untuk film pendeknya, butuh waktu lama saya menemukan dan akhirnya bisa menonton film pendek ini. Setelah melewati serangkaian kegagalan menonton film pendek ini, mulai dari keteledoran dengan perbedaan wilayah waktu pada saat Ubud Writers Festival dan beberapa kehabisan kuota menonton.
5 Oktober lalu, akhirnya saya bisa merasakan euforia film pendek ini dan berdiskusi dengan penulis, sutradara, produser dan pemain. Jelas saja susah mendapatkan tiket film ini, visualisasi dan cerita yang disajikan memanglah epic.
Buku ini menceritakan sekelompok mahasiswa yang berjuang melawan kekejaman rezim kala itu di tahun 90-an serta mengambil sudut pandang keluarga mereka. Berbagai teror telah diterima dan diakhiri dengan penculikan dan penghilangan paksa. Diawal buku, disuguhkan cerita dari tokoh bernama Biru Laut Wibisono bersama teman-temannya. Alex, Kinan, Sunu, Julius, Bram, Naratama dan aktivis lainnya senantiasa bersama-sama melawan rezim otoriter saat itu. Di sebuah kontrakan kecil di Yogyakarta, mereka menyusun aksi perlawanan. Hingga mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari teror dan penculikan. Memang ditahun itu penculikan mahasiswa dan aktivis marak terjadi, bahkan hingga detik ini beberapa nama belum menemui kejelasan.
Perjuangan mereka menemi jalan buntu, beberapa nama dari mereka berhasil diringkus, tak terkecuali Biru Laut. Mereka dikurung, disiksa dan diinterogasi tanpa tahu dimana dan siapa pelakunya. Diakhir perjalanan, diceritakan Biru Laut dan beberapa teman lainnya dihilangkan secara paksa dengan berakhir dalam tong drum yang dibuang di laut lepas. Namun, beberapa teman lainnya berhasil dikembalikan ke keluarganya.
Sudut Pandang Asmara Jati, adik Biru Laut, menjadi bagian cerita selanjutnya. Perasaan was-was seorang adik yang memiliki kakak seorang aktivis di masa itu, karena ia tahu kakaknya beresiko hilang. Asmara terus mencari jejak kakaknya yang hilang. Kejadian ini menjadi trauma bagi keluarga Biru Laut dan keluarga lain yang ditinggalkan. Novel ini mengajak pembaca agar mengetahui misteri dibalik kejadian-kejadian ditahun 90-an yang puncaknya ditahun 98. Diadaptasi dari sejarah kelam negara kita yang tidak disinggung di bangku sekolah.
Dalam film pendeknya, lebih berfokus perasaan kehilangan dari keluarga Biru Laut ketika Laut tidak kembali. Adegan penjara disajikan dengan sangat baik, luka-luka akibat siksaan disuguhkan dengan detail dengan kengeriannya. Perasaan kehilangan akan Biru Laut menjadi sorotan utama. Perasaan trauma dan kehilangan disuguhkan dengan akting yang bagus dari nama-nama pemeran besar tanah air.
Buku ini menjadi salah satu buku terbaik yang pernah saya baca. Kejadian diceritakan dengan sangat detail, sehingga alur mudah dipahami pembaca. Novel ini ditulis dengan riset yang mendalam, hingga mewawancarai nama-nama yang diculik namun berhasil kembali. Pemilihan diksi yang sederhana menjadikan novel ini mudah dimengerti. Kejadian demi kejadian diceritakan dengan baik membuat pembaca seolah-olah ikut serta dalam bagian cerita.
Mengenai film pendeknya, tidak kalah menarik. Bagaimana tidak, nama-nama pemeran film bukan nama sembarangan. Reza Rahardian berpesan sebagai Biru laut, Ayushita Nugraha sebagai Asmara Jati, Dian Sastrowardoyo sebagai Anjani, dan masih banyak nama besar lainnya seperti Tio Pakusadewo, Tanta Ginting, Lukman Sardi dan lain-lain. Latar atau Set yang dipertontonkan dalam film benar-benar menjawab angan-angan pembaca bukunya. Dengan akting yang memukau, buku yang diadaptasi menjadi film berdurasi 30 menit ini benar-benar mengaduk perasaan penonton. Rasa sedih dan trauma berhasil disalurkan kepada penonton dengan baik.
Namun ada satu kekurangan dalam film pendek tersebut, durasi yang diberikan mungkin kurang hehe. Berharap akan ada karya bagus lainnya yang diadaptasi dari cerita ini. Mungkin film layar lebar dengan durasi yang lebih panjang? Semoga saja.
Penulis : Hanif Azhari
Editor : Shanti Ruri P