Inisiasi Mahkota Brawijaya sebagai Implementasi Isu Green Campus di RAJA Brawijaya 2024

Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) merupakan hajat tahunan sebagai bentuk tranformasi karakter dari siswa ke mahasiswa. Dalam hal ini, Rangkaian Jelajah Almamater Universitas Brawijaya (RAJA Brawijaya) sebagai PKKMB UB turut menyuarakan euphoria mahasiswa baru di Kota Malang. Berbeda dari tahun sebelumnya, RAJA Brawijaya 2024 lebih berfokus pada isu lingkungan dengan mengusung tema “Membangun Karakter Mulia dan Green Campus untuk Indonesia Emas 2045”.

Green Campus menjadi sorotan menarik karena isu tersebut sudah ramai digaungkan mulai dari pemerintah, aktivis lingkungan, hingga masyarakat. Namun tidak dipungkiri bahwa kesadaran mahasiswa mengenai lingkungan yang berkelanjutan masih kurang. Inilah yang mendasari panitia RAJA Brawijaya 2024 memilih tema tersebut dengan definisi green campus yang mengurangi limbah bukan serta merta meng-­cut-offnya. Implementasi dari tema tersebut terlihat dari penugasan untuk membuat mahkota dari koran dengan hiasan logo Aradhana 62 dan 3 daun hijau berdiameter 10 cm di bagian tengah.

Melalui press conference pada Senin, 12 Agustus 2024, Muhammad Zaky Ibrahin selaku ketua pelaksana RAJA Brawijaya 2024 mengaku bahwa green campus merupakan hal baru bagi panitia,

“Setelah berdiskusi dengan panitia dosen, kami menemukan banyak hal yang akan diperbarui by design. Sehingga inovasi yang kami bawakan pun atas persetujuan panitia dosen, terkait dengan bagaimana kami mendaur ulang sampah koran menjadi ecobrick dan terkait daun yang tidak kami wajibkan untuk memetik langsung dari pohonnya. Seperti yang kita ketahui bahwa daun-daun yang berceceran di Kota Malang terbilang banyak,” ujarnya.

Secara simbolis, mahkota melambangkan kebanggaan sebagai raja dan 3 daun melambangkan gerakan green campus. Berdasarkan panduan atribut dan barang bawaan RAJA Brawijaya 2024, mahkota termasuk barang bawaan hari kedua dan hari ketiga. Namun, terdapat informasi yang berbeda antara satu cluster dengan cluster yang lain mengenai pembawaan mahkota di hari pertama. Beberapa mahasiswa pun menyayangkan mahkota yang tidak digunakan ketika opening ceremony.

“Sedikit kecewa, ya, karena sudah membawa mahkota, ternyata tidak dipakai. Informasinya juga simpang-siur terkait dibawa atau tidaknya mahkota di hari pertama. Beberapa cluster diwajibkan sedangkan sebagiannya nggak. Tapi saya tetap membawa untuk berjaga-jaga,” ujar S selaku salah satu mahasiswa baru.

Inisiasi pengadaan atribut mahkota di RAJA Brawijaya 2024 tidak terlepas dari kendala yang dialami mahasiswa baru. Kurangnya pemahaman mahasiswa baru mengenai lingkungan sekitar kampus menjadi kendala utama sehingga mereka cenderung kesulitan untuk mencari koran dan daun sebagai bahan pembuatan mahkota.

Mahasiswa dengan inisial B turut mengungkapkan kesannya terkait penugasan tersebut, “Mungkin yang ribet itu mencari daun, ya, karena daunnya harus daun asli. Kami juga perantau jadi belum kenal dan paham daerah sekitar sini,” ungkapnya.

Terlepas dari hal tersebut, RAJA Brawijaya 2024 sudah terbilang baik karena banyak mengalami peningkatan dari segi kesiapan dan pelaksanaan. Pemilihan tema yang berfokus pada isu keberlanjutan dinilai sangat penting untuk memupuk kesadaran dan sikap mahasiswa baru dalam melestarikan lingkungan. Mereka juga menunjukkan kepuasannya terhadap acara yang berkonsep segar dan kebanggannya menjadi bagian dari Aradhana 62.

 

Penulis: Anggita Dwi dan Lusi Zahwatul

Editor: Danendra Reza

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com