Resensi Buku : Peyempuan
Oleh : Dini Mardhatillah
Penulis @peyem
Diterbitkan pertama kali oleh TransMedia Pustaka
Cetakan kesebelas 2016
Jumlah halaman xiv + 202 hlm; 13 x 19 cm
ISBN (10) 979-799- 259-4
ISBN (13) 978-979- 799-259- 0
@peyemp lahir dari sebuah gemelut keruwetan pikiran dan keresahan jiwa yang telah lama
terpendam, merasa mendapat cerminan dari foto bbm yang menggambarkan sosok perempuan
berambut panjang memakai hotpants, duduk denga wajah menyerong dan sebuah rokok
ditangan. Akhirnya hatinya semakin mantap untuk membuat akun twitter yang ber-username
@peyemp yang resmi muncul 26 juni 2012.
@peyemp merupakan tempat mengungkapkan segala unek-unek, tawa dan tangis. Tak hanya
itu @peyemp hadir untuk mengungkapkan sisi suatu perempuan yang masih dianggap tabu ,
memalukan dan ragu untuk dibicarakan oleh kebanyakan perempuan.
Banyak rahasia di dalam diri seorang peyempuan yang tidak diketahui oleh laki-laki. kami
memilih untuk menyimpannya rapat-rapat. Itu adalah kalimat pertama yang di post di twiter
yang membuat @peyemp dibanjiri follower. Namun tak sedikit komentar sinis yang diterima,
memang pro dan kontra selalu saling melengkapi.
Kelemahan buku ini terletak pada segi pemilihan bahasa yang kurang tepat dan sebagian
terkesan begitu berlebihan (alay). Selain itu juga ada beberapa sedikit typo dalam menulis kata
dan pada novel terdapat beberapa kisah yang terkesan sepotong-sepotong, memang sudah
mendapatkan inti ceritanya tetapi pembaca kurang dibawa ke dalam ceritanya dikarenakan
kurangnya kedekatan penulis terhadap daerah yang diceritakan seperti pada bab My Dear LDR.
Dimana menggunakan latar belakang daerah Surabaya dan terjadi percakapan antara
pengamen dengan si tokoh “Aku” (halaman 136)
“Mau ke Jakarta, Neng?” Tanya pengamen itu.
Seharusnya percakapan tidak menggunakan kata “Neng” karena kebiasaan orang Jawa Timur
yang memanggil seorang perempuan apalagi yang belum dikenal dekat dengan kata “Mbak”.
Pembaca khususnya yang memiliki kedekatan dengan latar belakang menjadi agak kurang
setuju dengan percakapan tersebut.
Dalam hal menyembunyikan perasaan peyempuanlah jagonya dia bisa memainkan peran,
menikah, dan menjadi istri serta ibu dari anak-anaknya meski di hatinya menyimpan cinta
kekasih idaman. Peyempuan sering kali diam, namun diamnya untuk menghindari sebuah
pertengkaran yang lebih besar, dan perempuan sangat mudah sekali menangis saat kata sudah
tak mampu diucap air mata adalah jalan satu-satunya untuk menumpahkan rasa yang
peyempuan alami.
Peyempuan adalah makhluk yang setia, mungkin kebananyakan laki-laki membantah
pernyataan ini. Memang ada perempuan yang hobi selingkuh tetapi perselingkuhan yang
dilakuakn oleh laki-laki jauh lebih sering. perempuan hanya perlu disentuh tepat di hatinya
maka dia akan merasa sangat nyaman sehingga tak ingin melepas kaum adam, bahkan sebagian
peyempuan rela melepas virginity untuk laki-laki yang disayang setelah itu mereka ditinggalkan.
Cukup banyak peyempuan yang tertipu oleh bujuk rayu seorang laki-laki dengan janji setia dan
iming-iming surga.
Tak hanya cocok menjadi bacaan kaum wanita buku ini juga sangat cocok untuk para laki-laki
untuk lebih memahami seorang perempuan. Buku peyempuan mencoba menjelaskan masalah-
masalah yang sering dialami perempuan yang diperkuat dengan kisah pendukung yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Para perempuan yang membaca novel ini akan menyetujui
dan merasa memiliki kesamaan peristiwa dengan penulis atau peyempuan- peyempuan lain di
luar sana.
Seorang peyempuan boleh lah selalu menggunakan perasaan tapi jangan pernah menyingkirkan
logika.
bermanfaat sekali artikelnya, thanks.