Resensi : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

 

wp_20160918_002

Judul : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Penulis : Eka Kurniawan

Jumlah halaman : 242 halaman

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

ISBN : 978-602-03-0393-2

Ajo kawir duduk di pinggir tempat tidur, tanpa pakaian. Ia memandangi selangkangannya, memandangi kemaluannya yang seolah dalam tidur abadi, begitu malas. Ia berbisik kepadanya, bangun, Burung. Bangun, bajingan. Kau tak bisa tidur terus menerus. Kau harus bangun. Tapi Si Burung Kecil sialan itu tak mau bangun.

Burung si Ajo Kawir tidak mau bangun merupakan konflik utama dalam novel ini. Bermula ketika si Tokek mengajak Ajo Kawir mengintip Rona Merah dari lubang pengintip. Dan terjadilah pemerkosaan Rona Merah oleh dua orang polisi.

Menginjak umur 20an, Ajo Kawir bertemu dengan iteung yang menguasai bela diri. Pertengkaran keduanya terjadi sebelum Ajo Kawir memberi pelajaran Pak Lebe. Tak lama dari kejadian itu, keduanya saling jatuh cinta. Tetapi masih ada konflik batin pada Ajo Kawir, apakah ia bisa memberikan segalanya untuk Iteung.

Lama setelah kejadian itu, Ajo Kawir masuk penjara dikarenakan telah membunuh Si Macan. Bebas dari penjara, ia bekerja menjadi seorang sopir dengan jalur Jawa-Sumatera. Hingga suatu hari ia bertemu dengan Jelita yang bisa membantu Ajo Kawir keluar dari masalah lelaki yang paling fatal.

Novel ini memiliki alur cerita cukup rumit. Maju-mundur-mundur-maju, yang kadang sangat membingungkan pembaca. Tetapi semakin acak alur, semakin membuat pembaca ingin tahu akan cerita selanjutnya.

Gaya bahasa yang disajikan cukup mudah dan agak gamblang. Justru kata-kata inilah yang hanya bisa muncul dalam novel, tidak dari media lain.

Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas. Kata-kata ini muncul dari sesuatu yang tak terduga, yaitu di tulisan bak truk yang sedang berjalan. Hal inilah yang sangat ditunggu pembaca, di manakah inti buku ini. Dan kemunculannya cukup sepele tapi tidak tertebak.

Konflik yang ada pada tokoh utama juga tak tertebak. Selain itu penulis juga berani untuk mengekspos sesuatu yang jarang disajikan oleh kebanyakan penulis yaitu kemaluan laki-laki. Banyak penulis yang masih menjadikan perempuan sebagai objek cerita. Menelanjangi segala lekuk tubuh perempuan, yang kadang pembaca perempuan agak sedikit malu membacanya.

“ada hal-hal yang harus dilakukan, yang jauh lebih berharga daripada sekedar kebebasan. Aku memilih menghabiskan hidup disini, daripada hidup bebas di luar dan menderita karena tak melakukan apa yang harus kulakukan.”

Merupakan kata-kata yang diucapkan teman Iteung di penjara, dan jika dipikir-pikir memang benar. Jangan pernah ragu untuk mengambil keputusan dari pada menyesal kemudian.

“mengetahui lebih banyak, hanya akan memberimu masalah lebih banyak”. Kata-kata Si Tokek yang diingat oleh Ajo Kawir sebelum bertemu dengan anaknya.

Oleh Desy FFU

One thought on “Resensi : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Maaf konten ini merupakan hak cipta kami. Untuk menduplikasi karya ini dapat menghubungi kami di redaksi@persmacanopy.com